Part 34

1.6K 192 129
                                    

Beberapa bulan kemudian ....

Pagi.

Kelopak matanya bergerak-gerak, Tzuyu mencoba membuka mata dengan perlahan. Gadis itu lalu mengerjap, menatap langit-langit di rumah sakit itu dengan sorot lemas.

Tzuyu terbatuk, tenggorokannya terasa kering. Ah, Sudah berapa lama Dia tidak minum?

"Tzuyu!?" Itu suara papanya. Pria paruh baya itu dan kedua kakaknya yang baru saja datang membulatkan matanya -senang- melihat Tzuyu yang sudah bangun dari komanya.

Tzuyu hanya menatap mereka datar, tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun pada mereka.

"Akhirnya Kamu bangun juga, Sayang. Papa bener-bener khawatir sama Kamu ..." ucap Jong Soo. Kemudian Dia menggerakan tangannya, nyaris menyentuh lengan Tzuyu. Namun Tzuyu langsung menepisnya dengan kasar, kemudian membuang mukanya ke arah lain.

Jong Soo tertegun.

"Tzuyu ...."

"Pergi," titah Tzuyu.

"Tapi--"

"Per-gi." Tzuyu mengulangi perkataannya penuh dengan penekanan.

"Tzuyu, Papa--"

"PERGI!" Tzuyu menoleh, menatap papanya tajam. Dia kemudian terengah-engah, napasnya tampak tidak teratur.

"Iya ..." Jong Soo mengangguk. Dia menatap putrinya itu dengan sorot pedih. "Papa pergi. Kamu jangan teriak lagi, ya. Kamu masih belum sehat, sayang." Dia kemudian berbalik, dan melangkah keluar dari ruang rawat Tzuyu.

"Tzuyu ...." Yoona mendekat sambil membawa segelas air putih, kemudian Dia berikan pada Tzuyu. "Kamu minum dulu, ya."

Tzuyu mengambilnya tanpa menoleh, dan kemudian langsung meneguknya. Setelah air itu tandas, Dia memberikan gelasnya itu lagi pada Yoona.

"Kamu mau apa? Pasti nanti Kakak beri." Yoona kini duduk di tepi ranjang, menatap lirih adiknya itu yang kini masih memalingkan mukanya ke arah lain.

"Mama," jawab Tzuyu parau. Lalu Dia menatap kakaknya itu dengan sorot miris. "Aku mau mama di sini."

Yoona terdiam, lalu menatap Jennie yang sedari tadi tak berkutik, hanya menatap Tzuyu dengan sorot sedih.

"Jangan yang itu, ya? Mama kan udah bahagia di alam sana. Dia nggak bakal bisa nemuin kita secara nyata."

"Kalau mama nggak bisa nemuin aku, biar aku yang nemuin mama. Biarin aku mati."

Yoona dan Jennie sontak menggeleng. Kemudian mereka memeluk Tzuyu erat, merasa sangat sakit melihat adiknya yang kini seperti tidak mempunyai semangat hidup lagi.

"Maafin Kakak, Tzuyu ..." lirih Jennie. Sungguh, Dia sangat merutuki dirinya sendiri karena jarang menemui adiknya itu. Dia terlalu sibuk dengan kehidupannya sendiri, sehingga melupakan adiknya yang sedang membutuhkannya saat itu.

Sejujurnya, Jennie terlalu malas pulang ke rumah, Dia lebih memilih menginap di rumah temannya atau kakaknya. Dari awal, Dia memang sudah menerima 'keluarga baru', tapi rasanya jika berada di rumah itu, Jennie menjadi ingat saat-saat Dia masih bersama sang mama. Dan itu membuatnya semakin sakit saja.

Jennie tidak marah jika papanya nemilih menikah lagi. Tapi Dia jadi merasa sedih ketika melihat mereka, bergurau bersama saat berada di ruang tamu, bercerita-bercerita bersama. Dan itu mengingatkan Jennie saat bersama keluarganya dulu. Dulu, Dia, Yoona, Tzuyu, papanya dan mamanya, juga melakukan hal serupa seperti mereka. Melihat ruang tamu yang menjadi tempat berguraunya dulu bersama sang mama, membuat Jennie semakin tidak tahan berada di rumah itu.

Please Love Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang