Part 35

1.5K 190 55
                                    

Jangan lupakan vote dan komentarnya, ya :)

Tzuyu membolos sekolah. Dia merasa muak berhadapan dengan orang-orang yang telah menyakitinya. Kini Tzuyu berada di sebuah pantai, duduk sambil menatap hamparan laut dengan sorot kosong.

Dia merasa kesepian. Hatinya terasa hampa, memberontak meminta agar dirinya kini kembali menjadi dirinya yang dulu, yang selalu ceria. Namun Tzuyu tidak bisa menjadi seperti dirinya yang dulu, karena jika kembali pada dirinya yang dulu, Tzuyu hanya akan semakin tersakiti dan tersakiti.

Tzuyu melirik ranting kayu yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya. Dia berdiri, berjalan dan mengambil ranting kayu tersebut. Dia menunduk, menatap pasir dengan wajah datar. Kemudian mulai menulis nama orang-orang yang telah menyakiti hatinya di atas pasir itu menggunakan ranting kayu tersebut.

Urutan pertama, nama papanya, kemudian Mi Kyung, Sana, Dahyun, teman sekolah. Dan yang terakhir ... Taehyung. Tzuyu menggertakkan giginya dengan tangan menggepal menatap nama-nama yang telah Dia tulis di atas pasir itu.

Tzuyu kemudian mengangkat sebelah kakinya, menginjak satu persatu nama mereka dan kemudian menggesek-geseknya sampai tak berupa tulisan.

Tzuyu kemudian menatap satu-satunya nama yang masih tersisa apik di atas pasir itu. Taehyung. Tzuyu tersenyum sinis. Mengapa? Mengapa hanya nama cowok itu yang rasanya tidak sanggup Tzuyu hapus? Bahkan, dalam hatinya saja Tzuyu juga tidak bisa menghapusnya. Dia sangat merindukan Taehyung. Tetapi api kekecewaan itu masih membara di dalam hatinya, sungguh, sangat sulit bagi Tzuyu untuk menghilangkan rasa kecewanya itu.

"Kenapa Kamu lebih pilih Sana daripada ngejar aku, Cowok? Apa emang sepenting itu Sana di hidup Kamu? Terus aku ini apa? Kamu nggak mikirin perasaan aku waktu itu, Kamu nggak ngejar aku, padahal saat itu aku sangat kacau dan butuh Kamu. Kamu mungkin emang nggak sayang aku, kan? Mungkin Kamu mau pacaran sama aku itu karena Kamu kasihan? Karena dulu aku terlalu ngemis-ngemis cinta, Cowok. Iya, kan? Cowok cuma kasian sama aku, makanya mau jadiin aku pacar."

Tes. Air mata Tzuyu mengalir, meluncur jatuh tepat di pasir yang ada tulisan nama Taehyung. Tzuyu mengusap air matanya. Kemudian mengambil ranting kayu yang tadi Dia letakan di sampingnya. Tzuyu mulai menggambar  hati. Di tengah gambar hati itu, Dia menulis nama Taehyung.

"Aku ... cinta banget sama Cowok. Tapi, kalau Cowok nggak cinta sama aku, aku bisa apa?" Tzuyu tersenyum sakit. Dia kemudian mulai menggambar lagi tetapi kali ini menggunakan jari telunjuknya sendiri.

Dia mengimbuhkan sesuatu pada gambar hatinya itu, menjadi berupa gambaran hati retak. Sama persis seperti apa yang kini Tzuyu rasakan.

Puk. Seseorang menepuk bahunya dari belakang. Membuat Tzuyu langsung menoleh. Dia langsung melotot horor.

"Ka-kamu?!"

Taeyong memutar bola matanya. Dia kemudian duduk di samping Tzuyu, membuat Tzuyu langsung geser menjauh. Tzuyu tampak sangat ketakutan.

Taeyong cengo sesaat, tetapi setelahnya Dia terkekeh. "Tenang kali. Gue nggak bakal nyekek Lo lagi!"

Mendengar itu, Tzuyu sedikit memperpendek jarak mereka. Namun Dia masih terlihat was-was. "Ka-kamu sejak kapan ada di tempat ini?" tanya Tzuyu.

"Dari tadi, bahkan sebelum Lo dateng." Taeyong menjawab. Dia menatap Tzuyu sesaat, lalu tersenyum mengejek. "Udah curhatnya? Duh-duh-duh. Kasihan banget hidup Lo. Sakit banget ya kayaknya?"

Tzuyu mengerutkan keningnya, tidak terima melihat senyuman mengejek Taeyong. "Kamu-!"

"Ya, emang sakit banget. Apalagi kalau dilupain sama keluarga sendiri." Taeyong mengukir senyum kosong. Dia menoleh, menatap wajah Tzuyu dengan sorot miris. "Sebelumnya, gue emang benci banget sama Lo, tapi setelah itu gue cari tahu tentang Lo. Hah, ternyata nasib Lo itu nggak ada bedanya sama nasib gue. Dilupain, dan nggak pernah diperhatiin lagi. Tapi mungkin nasib Lo masih mendingan daripada sama nasib gue. Bokap sama kakak-kakak Lo masih sedikit peduli sama Lo. Sedangkan gue? Mungkin udah dianggap mati sama mereka, gue nggak pernah lagi diperhatiin sama Ibu, ditanya kabar juga nggak. Kalau Sana, sih, masih tanya kabar, tapi cuma lewat pesan doang."

Please Love Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang