🗽

11.4K 1.4K 388
                                    

Punten goput~

================================

Heejin menatap sendu jendela kamarnya yang dipenuhi bulir bulir air hujan. Sekarang seoul sedang sering sering hujan.

Jisung dan chenle yang lagi main game mengalihkan atensinya ke anak terakhir dikeluarga itu.

Mereka saling senggol, siapa yang mau ngedeketin si adek duluan. Mau ngehibur ceunah.

Disaat chenji saling senggol, air mata lolos dari pelupuk mata heejin. Awalnya biasa aja, tapi lama lama makin deras sampai heejin terisak diantara kedua lututnya.

Chenle dan jisung yang tadi saling senggol langsung lari mendekati heejin. Memeluk tubuh mungil nan rapuh dari samping.

Tangisnya semakin pecah. Memenuhi satu kamar mereka. Ten, doyoung dan kun yang lagi lewat kaget mendengar suara tangis. Langsung mereka membuka pintu kamar adik adiknya itu. Kaget mendapati heejin yang menangis kencang didalam pelukan chenji.

"kenapa?".

Chenle dan jisung menggeleng pelan. Kun mengelus pelan surai coklat sang adik. Sebenarnya tanpa chenle dan jisung cerita pun mereka tau apa yang terjadi.

"sstt... Tenanglah". Ucap kun lembut.

Chenle dan jisung menyingkir, lalu kun duduk disamping heejin, membawa gadis itu ke pelukannya.

Perlahan isakan heejin berhenti, walau nafasnya masih belum teratur.

Doyoung lalu duduk disebelah kiri heejin yang kosong. Menggenggam tangan sang adik.

"dia kesana untuk kebaikan. Kamu gak perlu sedih. Percaya, rubin kuat dan dia bakal lewatin itu semua".

Heejin masih terdiam.

"aku capek bang". Ucap heejin lirih.

Ten yang dari nyimak doang cuma bisa nahan airmatanya. Gakuat euy liat perempuan nangis. Terlebih itu adiknya sendiri.

"bang, boleh gak aku nyusul mama?".

================================

Heejin menatap rubin yang juga sedang menatapnya. Sekarang ia sedang berada di bandara untuk mengantar rubin ke amerika.

"baik baik disana, jangan lupa minum vitamin sama obatnya". Peringat heejin.

Rubin menggangguk pelan. Ia tidak bisa bergerak banyak sekarang. Tubuh semakin lemah bahkan sekedar dibawa berjalan ke toilet saja. Bahkan di bandara ini ia menggunakan kursi roda.

Heejin terdiam. Tapi dengan tak sopannya airmata yang sedari tadi ia tahan menetes dari ujung matanya.

Perlahan jari rubin bergerak menuju pipi heejin, mengusapnya pelan.

"jangan sedih". Lirih rubin.

Heejin menggeleng. Menggeleng sambil mengatup bibirnya, menahan airmata yang siap meluncur kapan saja.

Rubin membawa heejin ke  pelukannya, walaupun ia sedikit kesusahan karna kursi rodanya.

"bunny, a-aku hanya i-ingin a-airmata yan-yang kau ke-keluarkan adalah airmata ke-kebahagian yang men-menyambutku pu-pulang. Bukan a-airmata ke-kesedihan". Lirih rubin mengelus pelan punggung heejin.

Rubin perlahan mendekatkan wajahnya ke depan. Mencium lembut kening heejin. Lalu turun ke matanya perempuan itu yang basah. Dan terakhir bibir.

Donghae dan seojoon hanya memperhatikan dari jauh. Sedangkan jae hanya memandang datar pasangan itu. Bikin iri aja.

FÀMILY NĆT [21 Ver.]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang