Heejin mengintip dari spion tengah. Melihat herin dan mark yang sedang bercengkrama satu sama lain, dan melihat genggaman mark yang seolah tak mau melepas kepergian sang kekasih hati.
Hari ini, dia bersama bang taeil dan bang mark, pergi mengantar herin ke bandara. Ia akan lepas landas sore ini.
Heejin tersenyum kecil. Perlakuan mark mengingatkannya pada hyunsuk. Genggamannya, senyum konyol nya, tawanya. Ah, heejin jadi rindu.
Heejin lalu melirik ke taeil yang fokus mengendarai mobil. Ia teringat juga sosok gadis yang dicintai sang abang walau gak bisa diraih.
Ah, mereka cocok. Kata heejin. Hanya saja keyakinan yang membuat mereka tidak bisa bersatu.
Ia menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Memperhatikan jalanan yang sedikit lengang.
Kali ini pikirannya menuju rubin. Ia lalu mengambil secarik kertas yang ditulis oleh pria itu. Ah bukan pria itu, lebih tepatnya sang kakak. Ia hanya mengetik walau itu agak menyusahkan jarinya.
The bad one, accidentally God let go. So that is good, have a chance to enter.
Heejin menggeleng pelan. Gak gak, bukan ini yang dia mau.Kenapa disaat ia sudah yakin dengan perasaannya, tuhan malah meluluh lantakan kembali. Mengujinya.
Heejin meremas kertas yang dipegangnya, lalu memasukkan kembali ke saku hoodienya.
Ia menyandarkan badannya ke sandaran kursi. Lalu memejamkan matanya perlahan. Ia lelah.
.
.
.Mark mengusap lembut surai kecoklatan milik sang kekasih yang berada di dalam pelukannya. Sedangkan herin tidak berhenti terisak di dada mark, membuat baju sang kekasih sedikit basah.
"sstt.. Udah ah nangisnya, nanti tambah jelek lho".
Herin memukul dada mark dengan sedikit kekehan. "biarin! Jelek jelek gini juga udah laku!".
Mark terkekeh, lalu mengendurkan pelukannya. Menangkup wajah sang kekasih yang sedikit sembab.
"nanti liburan aku bakal ngunjungin kamu. Kamu gausah khawatir".
Herin mengangguk pelan. "jaga hati, okay?". Ucapnya sambil menjulurkan kelingkingnya.
Mark terkekeh, lalu menautkan jari kelingkingnya ke kelingking sang kekasih. "janji. Kamu juga jaga hati".
Herin mengangguk. Mark lalu mendekatkan wajahnya ke herin, mencium lembut bibir sang kekasih.
Heejin yang menonton dari jauh memeluk gemas lengan taeil. "aduh bang gakuat adek!".
Taeil terkekeh, lalu memeluk sang adik dari samping. "yaudahkamu sama abang aja". Ucapnya lalu mencium pipi heejin.
Wajah heejin memerah. Ia langsung menyembunyikan di dada sang abang. Malu.
Taeil kembali terkekeh sambil mengelus lembut surai milik sang adik. Lalu matanya menangkap mark yang mendekat ke arah mereka.
"nangis mah nangis aja kali bang, sok sok tegar padahal malamnya malah nangis dibawah bantal". Ejek taeil.
"dih mana ada!". Elak mark.