🍀

15.4K 1.7K 805
                                    

Donghae menatap ke-19 putranya yang tampak lesu pagi ini. Sudah hampir seminggu sejak chenle, jisung dan heejin dikebumikan, keadaan rumah pun tampak sepi dari biasanya. Sangat sangat sepi.

Donghae menghembuskan nafasnya, ia akui kalau dirinya juga masih belum menerima kenyataan yang sebenarnya, jika ketiga anak bungsunya telah pergi dari dunia ini.

Yoona datang kemeja makan dengan membawa segelas susu.

"haechan, tolong bangunkan heejin, chenle dan jisung dong". Kata yoona, yang belum menyadari ucapan.

Mereka menoleh. Menatap sang bunda dengan tatapan yang memancarkan kesedihan. Hening sesaat hingga yoona menyadari ucapannya. Wanita itu menutup mulutnya seraya menyeka airmata yang sedikit menggenang di ujung matanya.

"bunda minta maaf..". Lirih yoona.

Taeyong yang ada disebelah yoona mengelus lengan sang bunda.

"bunda gak perlu minta maaf, emang kitanya aja yang belum nerima semua".

Yoona terdiam. "mungkin sehabis sarapan kita bisa berkumpul diruang tengah, ayah kalian ingin menunjukan sesuatu". Kata yoona sambil melirik donghae.

Donghae mengangguk pelan. "mungkin setelah melihatnya, perasaan kalian akan lebih baik".

"tentang adek yah?". Tanya jungwoo.

Donghae tersenyum kecil. "ya, tentang adek kalian".

Mereka mengangguk pelan, lalu mulai memakan sarapannya masing masing.
.
.
.

"johnny, tolong siapkan proyektor terus taro dimeja, jangan lupa layarnya". Johnny segera beranjak mengambil barang yang diminta sang ayah.

"trus yangyang, tolong ambilkan laptop milik heejin dikamarnya, juga ambilkan buku berwarna biru didalam lacinya".

Yangyang mengangguk pelan. Pengen nolak sih tapi gaenak. Berat dia tuh masuk kekamar 3 adiknya itu.

Tiba tiba ada yang merangkul pundaknya. "ayok, gua temenin". Kata haechan yang dibalas senyuman oleh yangyang.

Nafas mereka semakin memburu saat sudah mendekati pintu kamar ketiga bocah itu. Perlahan haechan membuka pintu kamar itu, aroma coklat, mint serta lemon milik ketiga adiknya menyeruak memasuki rongga hidung keduanya.

Mereka terdiam sebentar. Kamar ini masih rapi, barang barang ketiga bocah itu masih utuh disini, mungkin hanya beberapa bajunya saja yang hilang. Semuanya masih ada, kecuali pemilik dari masing masing barang itu.

Keduanya masih merasakan kehadiran ketiga bocah itu. Teriakan mereka, tawa mereka, juga suara celotehan mereka.

Haechan menggeleng pelan. Nggak, dia harus coba nerima semua ini. Tanpa menunggu yangyang yang masih terdiam di ambang pintu, haechan segera mendekat ke arah meja belajar heejin, lalu membukanya.

"yang, cari laptopnya gih". Kata haechan, membuyarkan lamunan yangyang.

Cowok itu mengangguk, lalu mendekat ke arah ranjang heejin, dimana benda berwarna silver itu tergeletak diatas selimut.

"udah chan?".

Haechan berbalik, menatap yangyang dengan mata yang berkaca kaca. Ditangan cowok itu ada buku yang diminta sang ayah.

"gue kangen mereka yang". Lirihnya.

Sorot mata yangyang menyendu. Dirinya beranjak mendekati abang beda 4 bulannya itu. Tangannya merangkul pundak haechan, mengajaknya keluar dari kamar yang penuh kenangan ini.

"kita semua kangen mereka chan. Mereka, terlalu sulit buat dilepasin".

Haechan mengangguk pelan.

FÀMILY NĆT [21 Ver.]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang