PROLOG

144K 8.7K 329
                                    

Haiiii selamat datang di cerita SAFAREZ!

Yuk budayakan vote sebelum membaca cerita ini...

Selamat membaca semoga sukaaakk!

Prolog

🦁🦁🦁

"Farez, Hazel, turun dulu sayang!" pekik Acacia dari lantai bawah.

Safarez atau yang biasa dipanggil Farez itu menghela napasnya. Kebiasaan buruk yang dilakukan Bundanya padahal setiap ruangan di rumah ini sudah dilengkapi dengan interkom untuk memudahkan mereka saling menghubungi antar ruang dan lantai.

Safarez keluar dari kamarnya, ia menoleh saat pintu kamar adiknya, Hazel, terbuka. Hazel memberikan tatapan bingung.

"Kenapa Bang?" tanya Hazel. Safarez menggeleng tidak mengerti lalu mendekati Hazel dan menggandeng tangan adiknya untuk menuruni tangga.

Langkah Safarez berhenti di beberapa undakan tangga terakhir saat melihat Bunda dan Ayahnya bersama seorang gadis bertubuh kecil dengan penampilan lusuh. Tubuh gadis itu dilengkapi beberapa plester da Safarez masih bisa melihat banyak lebam disekitar leher dan lengan gadis itu. Safarez yang berumur 13 tahun itu mengerutkan keningnya.

"Eh ngapain berhenti disitu? Sini sayang," panggil Bundanya dengan senyuman manis.

Safarez menatap Ayahnya yang hanya diam tetapi merangkul bahu gadis kecil itu. Safarez juga menoleh pada adiknya yang melayangkan tatapan tidak sukanya saat melihat Rezvan yang merangkul gadis itu. Maklum, Hazel tipe anak perempuan bungsu yang posesif pada Ayahnya.

Akhirnya Safarez kembali menggandeng tangan Hazel dan menuntunnya berdiri kehadapan orang tuanya dan gadis tersebut yang masih menundukkan kepalanya.

"Oke, Farez dan Hazel kenalin ini namanya Gia. Mulai hari ini Gia akan tinggal disini," jelas Acacia sembari tersenyum.

Safarez mengerutkan keningnya. "Maksud Bunda?"

Rezvan menghela napasnya lalu menepuk pundak Safarez dengan tenang. "Mulai sekarang Gia jadi adeknya Farez dan kakaknya Hazel ya,"

Hazel menatap kedua orangtuanya dengan tak percaya. "Bunda sama Ayah serius?" tanyanya sembari menatap orang tuanya dengan berbinar. Selama ini Hazel selalu mengeluh karena tidak mempunyai kakak perempuan. Hazel ingin merasakan rasanya belanja kosmetik bersama, menentukan skincare yang semua itu tidak bisa ia dapati dari abangnya, Farez.

Safarez hanya diam menatap gadis dihadapannya yang akhirnya menatap Hazel dengan senyuman tipis.

"Hazel, Farez, ayo kenalan dulu sama Gia," ucap Acacia.

Safarez menatap gadis itu yang menautkan kedua tangannya dengan gemetar.

"Safarez, panggil Bang Farez," ucap Safarez sembari menjulurkan tangannya.

🦁🦁🦁

Xavera mengerjapkan matanya menatap Dokter Fandi yang dulu menangani Maminya dengan pandangan tak percaya. Disampingnya, Papinya juga ikut melayangkan tatapan yang sama. Mata Xavera perlahan berkaca-kaca, tangannya langsung bergetar.

"Dok...dokter serius?" tanya Papinya sekali lagi. Dokter Fandi menatap Xavera sendu. Diraihnya tangan gadis yang masih terpaku itu dan digenggamnya tangan yang bergetar itu dengan lembut.

"Xavera, kamu pasti percaya kalau Dokter Fandi dan Papi kamu akan berusaha sekuat mungkin menyembuhkan kamu kan?"

Xavera menggeleng pelan. "Stadium berapa dokter?" tanyanya pelan.

Dokter Fandi menghela napasnya lalu mengambil hasil ronsen milik Xavera dan membentangkannya, menunjuk dibagian otak Xavera yang sebenarnya tidak Xavera mengerti.

"Ini, tumor yang masih kecil. Kecil tapi bukan berarti sepele, karena merujuk ke sel kanker. Tapi kamu jangan khawatir. Semua bisa sembuh kalau Xavera percaya dan yakin," ucap Dokter Fandi dengan senyum tipis.

"Kanker otak? Sama kayak Mami dulu?" tanya Xavera bergetar.

Dokter Fandi mengangguk. Yang Xavera sadari detik itu juga, keseluruhan hidupnya sudah terenggut mengenaskan.

🦁🦁🦁

Haii selamat datang di prolog dari cerita SAFAREZ.

Yuk tinggalin jejak kalian dengan cara vote dan comment terus cerita ini yaaa!!

sampai ketemu di bab berikutnyaa🥰

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang