Chapter 4 - Panggilan Kepala Sekolah

76.6K 6.7K 528
                                    

HAIII selamat datang di bab baru cerita SAFAREZ!

Yuk budayakan untuk vote sebelum membaca cerita ini!!

Sampai ketemu di bab selanjutnyaa!!

Chapter 4 - Panggilan Kepala Sekolah

🦁🦁🦁

Mobil Safarez berhenti tepat di pagar rumah mewah membuat Safarez sedikit melirik gadis disampingnya yang menunduk dengan gemetar. Mata Safarez menelisik wajah Xavera yang pucat dan dahinya yang berkeringat.

"Lo sakit?" tanya Safarez pelan. Gadis itu seperti terlonjak kaget lalu menggeleng dengan cepat. Mata gadis itu menatap Safarez lalu tersenyum tipis.

"Makasih banyak udah nolongin gue dan anterin gue balik. Gue duluan ya," ucap Xavera cepat lalu membalikkan badannya membuka pintu.

Safarez langsung saja menahan tangan gadis itu membuat gadis itu reflek menahan napasnya lalu menoleh.

"Lo gak nawarin gue masuk dan obatin luka gue? Ni gue luka gara-gara nolongin lo loh," ucap Safarez pelan. Mata gadis itu mengerjap lucu membuat Safarez mati-matian menjaga ekspresi wajahnya tetap datar.

"Gue gak bisa obatin orang,"

Kening Safarez berkerut. "Kan tinggal bersihin terus pake obat merah, masa gitu doang gak tau,"

"Itu lo bisa, ngapain minta tolong sama gue?" balas Xavera membuat Safarez mengerjapkan matanya kaget.

"Bentuk tanggung jawab lo mana setelah bikin gue babak belur kayak gini?"

Xavera mengerutkan keningnya menatap Safarez dengan heran. "Kan bukan gue yang nonjok lo,"

Safarez menatap tajam mata Xavera membuat Xavera mati-matian menahan gugup. Bunyi alarm dari jam tangan Xavera membuat keduanya menoleh pada pergelangan tangan kiri gadis itu.

"Gue buru-buru. Sekali lagi makasih. Oh ya sapu tangannya gue cuci dulu ya," ucap Xavera lalu menghentakkan tangannya begitu saja lalu dengan cepat keluar dari mobil Safarez dan berlari memasuki gerbang rumahnya membuat Safarez menatap kepergian gadis itu dengan bingung.

Lama Safarez menatap kearah perginya Xavera dalam diam. Tak lama kemudian ia terkekeh pelan.

Lucu

🦁🦁🦁

Xavera berlari menuju kamarnya. Kepalanya semakin pening dan nafasnya semakin tak beraturan. Sesampainya dikamar, ia langsung berjalan menuju meja belajarnya. Mengeluarkan botol-botol obat dan mengambil air putih segelas yang memang selalu tersedia di kamarnya.

Dengan cepat Xavera meminum 7 jenis obat sekaligus dan meminum air putihnya. Xavera terduduk di kursi belajarnya dan mencoba mengatur napasnya sembari meringis setiap merasa kepalanya semakin berdenyut.

Wajahnya masih pucat. Keringat dingin masih saja mengalir dari dahi dan lehernya. Mata Xavera berkaca-kaca menatap botol-botol obat yang tersebar di meja belajarnya. Kemudian pandangannya beralih pada figura foto dirinya berdua dengan Maminya. Foto itu adalah foto terakhirnya bersama sang Mami sebelum Maminya menghembuskan napas terakhir akibat penyakit yang sama yang kini tersarang di tubuhnya.

"Mami, Xave gabisa sembuh ya? Sebentar lagi Xave nyusul Mami ya?" ucap Xavera lirih. Matanya mengerjap membuat tetesan air mata itu jatuh membasahi pipinya.

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang