Chapter 33 - Pengakuan

58.8K 5.8K 1K
                                    

HALOOOO balik lagi nih sama bab baru SAFAREZ. Seberapa ngeselin bab kemaren? Aku baca komennya pada emosi sama Gia banget HAHA..

Yukk budayakan untuk vote selalu sebelum membaca cerita ini!!

Selamaat membaca semoga sukaaaak!

Chapter 33 - Pengakuan

🦁🦁🦁

"Safarez mau dia keluar dari sekolah ini sekarang juga! Kalau Ayah gak bisa pindahin dia, biar Safarez yang mundur dari sekolah ini!"

Semua yang ada diruangan itu kontan melotot mendengar ucapan Safarez. Rezvan menghela napasnya lelah.

"Safarez, kita sudah bicarakan tentang hal ini,"

Safarez mendecak. "Ya sudah dibicarakan, tapi Ayah gak nurutin apa yang Farez dan Hazel mau! Parasit ini harus dibuang jauh-jauh dari hidup kita Ayah!"

Safarez melirik Giani sinis. "Sebaik itu aja Ayah dan Bunda, dia masih bisa khianatin keluarga kita! Kita bahkan gak tau apa isi otaknya sekarang! Apa yang Ayah sama Bunda tunggu? Hazel yang jadi korban?"

"SAFAREZ!" pekik Acacia. Merasa ucapan putranya sudah keterlaluan. Safarez menatap Bundanya dan tersenyum pedih.

"Bunda, tangan Farez cuma dua. Gak peduli berapa banyak anggota CASTOR diluar sana tapi Safarez harus ngelindungin apa yang Safarez punya dengan tangan, badan, dan nyawa Safarez sendiri. Tolong Bunda. Safarez punya banyak tanggungan. Keselamatan Ayah sama Bunda, keselamatan Hazel, dan sekarang Xavera juga jadi tanggung jawab Safarez. Kenapa Ayah sama Bunda gak bisa ringanin beban Safarez dengan jauhin parasit kayak dia dari hidup kita?" tanya Safarez.

Acacia menatap putranya itu dengan prihatin. Sedangkan Rezvan menunduk, memijat keningnya.

"Bahkan kalau Ayah jauhin dia pun dari lingkup kita, dia belum tentu gak berbahaya juga," tambah Safarez.

Safarez melirik tajam pada Giani. "Apa yang udah lo rencanain? Jawab Gi!"

Giani menatap Safarez lalu menggeleng. "Gak ada Bang,"

"JANGAN PANGGIL GUE PAKE SEBUTAN ITU!"

semua terkejut pada teriakan Safarez yang diluar dugaan. Pria itu berdiri dan menatap bengis pada Giani.

"Kalau lo cowok, udah gue buat lo sekarat!"

Giani menatap berani pada Safarez. "Yaudah kalo gitu sini! Buat gue sekarat! Kalau Xavera yang sekarat bisa bikin lo jatuh cinta, gue juga pasti bisa kan?!"

Safarez tertawa sumbang. "Sinting," ucapnya pelan.

Giani mengabaikan itu. Ia maju dan mendekati Safarez. "Kenapa? Xavera emang sekarat kan? Bahkan katanya hampir meninggal. Kenapa gak meninggal aja sekalian?!"

Safarez menggeram lalu mendorong Giani sampai Giani jatuh kembali ke sofa. "JAGA MULUT LO!"

"LO BENER-BENER GATAU DIRI YA?!"

"Safarez udah Nak!" Acacia kemudian berdiri dan menahan putranya yang menatap benci pada Giani.

"LO AJA YANG HARUSNYA MATI! DASAR GAK TAU DIRI!"

"SAFAREZ CUKUP!" pekikan Ayahnya membuat Safarez menoleh dan menatap Ayahnya dengan terluka.

"Sejauh ini perilaku Giani terhadap Safarez dan Ayah masih bela dia?" tanya Safarez pelan. Mata lelaki itu berkaca-kaca. Bahkan rangkulan Acacia sudah dilepasnya. Safarez menatap Bundanya.

"Apa sih hubungan Ayah dan Bunda sama anak ini sampai kalian ngebela dia lebih dari Farez sama Hazel?"

Safarez menatap Giani lalu kembali menatap Ayahnya. "Ayah tau apa aja yang udah anak ini perbuat. Ayah juga tau seberapa dia sakitin Farez sama Hazel. Bisa-bisanya Ayah masih bela Giani?"

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang