Chapter 34 - Unclear

59.6K 4.9K 169
                                    

HALOOOO balik lagi sama bab baru SAFAREZ.

YUK budayakan untuk vote sebelum membaca cerita ini!

Selamat membaca semoga sukaakk!

Chapter 34 - Unclear

🦁🦁🦁

Xavera menatap penuh harap dengan Dokter Fandi. Sementara Dokter Fandi ini membuang tatapannya, tak ingin menatap pasiennya.

"Dok, boleh kan?" tanya Xavera lagi. Dokter Fandi menatap pasiennya itu lalu menghela napasnya.

"Sebagai Dokter kamu, saya melarang Xa. Kamu butuh perawatan intensif,"

Xavera menghembuskan napasnya. "Dok, saya pernah hampir meninggal. Kehidupan saya yang sekarang mau saya isi dengan hal yang bikin saya bahagia supaya saya gak nyesel,"

Dokter Fandi menggeleng. "Tapi kesehatan kamu tetap prioritas nomor satu Xavera. Tolong mengerti lah,"

Xavera tersenyum tipis lalu mengangguk. "Saya ngerti Dokter khawatir. Tapi saya tau apa yang saya mau Dok,"

Dokter Fandi menghela napasnya. "Kenapa kamu bersikeras melakukan ini?"

Xavera memandang dengan sendu pada jendela yang menampilkan langit siangnya yang terik. "Seperti yang udah saya bilang. Saya pernah meregang nyawa. Ketika saya dikasih kesempatan hidup lagi, kesehatan bukan prioritas utama saya. Prioritas utama saya itu kebahagiaan diri saya yang gak bisa saya dapatin sebelumnya Dok,"

Dokter Fandi duduk disamping ranjang Xavera. Ikut seperti gadis itu yang memandang lurus pada jendela di ruang rawat. "Kamu menyerah?"

Xavera menoleh pelan lalu tersenyum tipis. "Di kasus saya gak ada lagi yang namanya berjuang, memilih maju ataupun menyerah Dok. Di kasus saya hanya tinggal menunggu keajaiban Tuhan. Dokter pasti lebih mengerti secara medis kan?"

Dokter Fandi menunduk. "Saya pernah gagal menyembuhkan Mami kamu. Saya gak mau mengulang hal yang sama pada putrinya,"

Xavera menggeleng pelan. "Dokter sudah melakukan dengan sangat baik. Bahkan Mami gak mempermasalahkan itu,"

Dokter Fandi menoleh. Menatap Xavera. "Tapi saya ingin menyembuhkan kamu Xavera. Kamu sudah seperti anak saya sendiri,"

Xavera tersenyum manis. "Saya tau. Dokter adalah dokter terbaik yang pernah saya kenal," ucap Xavera.

"Tolong biarin saya Dokter. Saya bakal tetap pakai selang oksigen dan inpus,"

🦁🦁🦁

Xavera menatap Papinya. Tatapan yang sama dengan yang ia layangkan pada Dokter Fandi. Papinya menggeleng dengan tegas.

"Enggak Xavera. Papi gak akan menyetujui itu,"

Xavera menatap sendu Papinya. "Pi, cuma tiga hari," ucap Xavera.

Papinya tetap menggeleng. "Bahkan satu jam pun Papi tidak akan mengizinkannya,"

Xavera menunduk sedih. "Xavera cuma pingin membuat semua gak sia-sia Pi,"

"Apa yang lagi omongin Xa?"

Xavera mendongak menatap Papinya. "Papi, bantu Xavera Pi,"

Papinya menggeleng tegas. "Sayang, Papi cuma mau yang terbaik untuk kamu,"

Xavera menggeleng pelan. "Papi, Xavera gak mau menyesal,"

"Dan Papi gak mau kehilangan kamu Xa! Kamu udah cukup buat Papi selalu ketakutan selama ini. Cukup Mami yang membuat Papi
merasakan penyesalan yang dalam Xa, jangan lagi kamu membuat Papi seperti itu,"

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang