Chapter 15 - Tamara Hazel Surendra

58K 5.4K 80
                                    

Haiii balik lagiii sama cerita SAFAREZ!

sejauh ini, gimana tanggapan kalian sama Safarez?

YUK budayakan untuk vote duluu sebelum membacaa cerita inii!

Selamat membacaa semoga sukakk!

Chapter 15 - Tamara Hazel Surendra

🦁🦁🦁

Sore ini, Safarez dan Xavera sudah berada di mobil menuju bandara. Hari ini Safarez sengaja membawa mobilnya karena akan menjemput Hazel. Pengawal-pengawal keluarganya ia suruh untuk pergi lebih dulu ke bandara mengingat Safarez pun tidak ingin merasakan riweh nya bandara nanti.

"Ko gugup gitu sih?" tanya Safarez saat melirik Xavera yang tak berhenti memainkan tangannya. Gadis itu sedari tadi hanya diam. Bahkan beberapa kali Safarez mengajak Xavera berbincang, Xavera hanya menjawab sekenannya.

"Takut Hazel gak suka sama gue,"

Bibir Safarez menunggingkan senyumnya. "Bagus,"

Kening Xavera berkerut mendengar jawaban lelaki itu. "Kok bagus sih?"

Safarez mengangguk sembari tersenyum. "Bagus jadi biar gue aja yang suka,"

"Ish gapernah serius!"

Safarez tertawa lalu membawa pergelangan tangan Xavera dan menggenggamnya erat. "Tenang aja, biarpun manja begitu, Hazel gak akan kurang ajar kok,"

Xavera menghembuskan napasnya sedikit tenang. Lelaki itu masih terus saja menggenggam tangannya hingga mereka berdua sampai di bandara. Safarez memarkirkan mobilnya di tempat parkir biasa. Meskipun banyak orang yang tau dirinya sebagai putra sulung keluarga Surendra, tetapi Safarez tidak ingin berlaku berbeda dan seenaknya.

"Yuk turun," ajak Safarez dan menoleh pada Xavera. Kening Safarez berkerut melihat wajah Xavera yang pucat.

"Gak usah takut. Sampe pucet gitu," canda Safarez.

Xavera menghembuskan napasnya menahan sedikit rasa pusingnya. Hari ini adalah jadwal kemoterapi keduanya. Tapi ia sudah melewatkannya memilih untuk menemani Safarez menjemput adiknya. Semoga saja rasa sakitnya bisa dilawan setidaknya hari ini.

Xavera mengangguk lalu keluar dari mobil tanpa menunggu Safarez yang membukakannya. Xavera kemudian berjalan menyusul Safarez. Saat gadis itu bersampingan dengannya, Safarez langsung saja menggenggam tangan dingin Xavera melangkah menuju pintu kedatangan.

Banyak wartawan-wartawan yang sudah berdiri menunggu kedatangan Hazel membuat Safarez mendengus. Ini salah satu yang membuat ia malas menjemput adiknya itu.

"Kita beneran mau nunggu disana?" tanya Xavera.

Safarez menoleh lalu menggeleng. "Kita disana aja, nanti biar Hazel yang telepon kalau dia udah sampai," tunjuk Safarez pada salah satu kafe yang sepi.

Xavera mengangguk lalu mengikuti langkah Safarez dengan tangan yang masih di genggam. Sesampainya di kedai kopi, mereka duduk saling berhadapan.

"Lo mau apa?" tanya Safarez. Xavera melirik menu lalu tersenyum pada pelayan yang berdiri diantara mereka.

"Hot chocolate aja," ucap Xavera pelan. Safarez mengangguk mendengarnya.

"Saya hot cappuccino," ujar Safarez yang kemudian diangguki pelayan.

Setelah pelayan tersebut meninggalkan meja mereka, Safarez menoleh pada Xavera.

"Mumpung Hazel belom dateng. Gue boleh nanya sama lo?"

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang