Chapter 28 - Beda Alam

68.9K 5.9K 492
                                    

HALOOOO SEMUANYAAA!! atas request kalian yang selalu nerror aku untuk cepet update, gais plis aku masih proses nulis. Karena kalian minta aku up sampe kadang 3 bab sehari dengan antusias banget makanya draft aku sekarang abisHAHAH..

Jadi mulai dari 2 bab kemarin aku selalu nulis baru setelah aku up. Jadi kalau lama maaf karena aku juga lagi ngurus beberapa hal lain..

Tapi makasih banget atas apresiasi kalian, aku bener-bener terharu secepet itu kalian menuhin target aku. Maaf banget selalu aku targetin votes dan comments nya karena aku cukup sedih kayak cerita CASTOR yang baca total udah lebih dari 120k tapi yg vote cuma 5k🥺 aku harap cerita SAFAREZ gak kayak gitu...

YUK budayakan untuk selalu vote sebelum membaca cerita inii!!

JANGAN LUPA JUGA UNTUK FOLLOW WATTPAD AKU TAKUTNYA KALIAN KETINGGALAN BERITA🥺

Selamat membaca semoga sukaaakkk!

Chapter 28 - Beda Alam

🦁🦁🦁

Xavera menatap bingung keadaan sekitarnya yang sepi. Xavera menoleh pada ruangan-ruangan disekitarnya. Tak ada satupun orang membuat Xavera bergidik ngeri. Lagian apapula dirinya? Seingatnya ia berada dirumah sakit. Setelah muntah-muntah sampai ia terjatuh dari ranjang, kenapa ia bisa tiba-tiba ada disini?

Xavera menatap horror bangunan sekelilingnya. Tidak gelap namun juga tidak terang. Remang lebih tepatnya.

"Papi?" panggilnya namun hanya suaranya yang menggema yang terdengar kembali.

"Safarez?" panggil Xavera walau setelah itu ia merutuki dirinya sendiri didalam hati karena masih sempat-sempatnya memanggil mantannya itu.

Ah mantan, Xavera tidak sampai hati menyebut lelaki itu mantan. Karena nyatanya hati Xavera masih utuh seutuh-utuhnya milik Safarez.

"Kalian pada dimana sih?!" rutuknya kesal. Xavera berjalan tanpa tau arah. Hanya mengikuti langkah kakinya yang menuntunnya pada satu ruangan.

Mata Xavera mengerjap saat melihat punggung wanita yang familiar untuknya. Dengan ragu Xavera berjalan pelan menuju wanita itu dengan mata berkaca-kaca.

"Mami?"

Saat wanita itu menoleh dan tersenyum barulah tangis Xavera meluruh. Xavera langsung berlari dan memeluk Maminya yang dibalas dengan erat oleh Maminya.

"Mami? Ini bener Mami?"

Maminya mengangguk dan tersenyum. "Xavera apa kabar sayang?"

Xavera kembali meneteskan airmatanya. "Mami kemana aja?"

"Mami selama ini disini, nunggu kamu,"

Xavera terdiam. "Jadi Xavera udah dijemput sama Mami sekarang?"

Maminya tersenyum lalu menggeleng. Menarik tangan Xavera duduk di bangku tempat Maminya tadi duduk.

"Xavera disini dan diam. Coba denger apa yang bisa Xavera denger,"

Xavera terdiam dan mencoba mendengar isakkan samar-samar yang didengarnya.

"Aku sayang kamu Xa. Aku sayang banget sama kamu," kening Xavera berkerut merasa familiar dengan suara ini. Mata Xavera kembali memanas.

"Bangun Xa, bangun. Aku janji bakal selalu ada buat kamu Xa," Xavera membekap mulutnya sendiri. Menahan suara isakkan dirinya.

"Xa jangan hukum aku kayak gini,"

"Jangan Xa. Jangan begini. Aku mohon bangun,"

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang