Chapter 27 - Please Don't Go

71.2K 5.9K 669
                                    

Haloooooooo SAFAREZ update lagiiii!!

Aku masih ganyangka secepet itu kalian menuhin target aku🥺

YUK budayakan untuk vote sebelum membaca cerita inii!!

aku mau recommend lagu yang bisa kalian dengerin sambil baca part ini biar lebih kena.

Cinta Jangan Kau Pergi - Vidi Aldiano

coba didenger sambil baca, kalau nangis diluar  tanggung jawab aku yaaHAHAHAH❤️

Selamat membaca semoga sukaaakkk!!!

Chapter 27 - Please Don't Go

🦁🦁🦁

Safarez terpaku dan terdiam. Matanya langsung memanas. Tangannya mencengkram erat ponselnya. Bahkan napas Safarez sudah tak teratur lagi.

Hazel dan Rezvan melirik satu sama lain. Bahkan mereka tidak bisa lagi berkata-kata. Giani ikut terkejut dan menatap Safarez.

"Abang..." panggil Acacia serak. Bundanya itu maju dan menggenggam tangan Safarez yang masih menatap kosong kearah lantai dengan napas yang memburu. Acacia sudah tidak sanggup lagi melihat putra sulungnya yang selalu tersakiti. Acacia tidak bisa melihat tatapan kosong seolah putranya tak bernyawa. Tidak terhitung sudah berapa tetes airmata Acacia saat menghampiri putranya yang hanya diam mematung.

"Abang.." panggil Acacia lagi saat putranya tak merespon ucapannya. Rezvan ikut maju dan menepuk pundak putranya. Rezvan pun kaget melihat untuk pertama kalinya putranya seperti kehilangan dirinya sendiri. Selemah dan serapuh ini.

"Safarez," panggil Rezvan. Safarez kemudian mengerjapkan matanya lalu menatap Rezvan. Mata lelaki itu sudah siap menumpahkan tangisnya.

Safarez menoleh pada Giani yang menatapnya. Safarez menatap dengan tajam pada Giani.

"Puas?"

"Gak cukup lo bikin hancur gue. Lo juga bikin hancur keluarga gue, bahkan lo bikin hancur hubungan gue sama Xavera. Lo puas Giani?Atau kurang?" Safarez menggeram marah.

"Lo tunggu apalagi? Tunggu bokap gue bangkrut? Tunggu nyokap gue sakit? Tunggu karir Hazel hancur? Atau tunggu cewek gue meninggal biar lo puas?"

Semua hanya diam menyaksikan kemarahan Safarez. Safarez maju selangkah mendekati Giani. "KENAPA LO HARUS HIDUP SIH?!KENAPA GAK LO AJA YANG SAKIT BIAR CEWEK GUE AJA YANG SEHAT?! HIDUP CEWEK GUE LEBIH BERHARGA DARI HIDUP LO!" bentaknya membuat semua orang terkejut.

"Abang," panggil Acacia pelan. Acacia mengusap bahu anaknya itu. Melihat Giani yang kini sudah terduduk dilantai dan menangis. Safarez menggeram lalu menatap sinis Ayahnya.

"Kalau sampe Farez pulang dan dia masih ada dirumah ini, Farez gak akan pernah pulang kerumah ini lagi," ucap Safarez lalu berlari meninggalkan rumahnya. Meninggalkan seluruh keluarganya yang menatap kearah lelaki itu berlari dengan iba.

Hazel mendecih. "Puas lo? Puas udah ngancurin keluarga gue?!" jerit Hazel.

"Selama ini gue nahan setiap Bang Farez lebih utamain lo! Selama ini gue selalu sabar dan sayang sama lo sebagai kakak gue! Tapi apa yang lo lakuin sama kita semua yang udah tulus sama lo?!"

Hazel menatap Rezvan dan Acacia yang masih terdiam. "Puas Ayah sama Bunda udah nyakitin kedua anak kandung kalian?"

Mata Hazel kembali meneteskan airmatanya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Hazel sama Bang Farez gak pernah menuntut dan minta sesuatu dari Bunda dan Ayah. Tapi tolong kali ini aja dengerin kita," lirih Hazel.

Hazel memeluk Ayahnya dengan gemetar. "Hazel terlalu sayang sama Ayah dan Bunda. Hazel gak mau kehilangan keluarga ini,"

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang