Chapter 43 - Last Day

51.1K 5.2K 459
                                    

HALOOOOO apa kabar? Beberapa dari kalian bener kalau menebak it's close to the end!! Memang ini udah mendekati akhir dari cerita SAFAREZ.

What about the ending? Is it sad or happy ending? jawabannya..
.
.
.
.
TUNGGU AJA YA GAIS DIBACA AJA YANG PENTING KALIAN NIKMATIN ALURNYA DULU OKEII. Ngerasain juga gimana jadi Farez, Xave,. dan tokoh-tokoh lainnya. Semoga baper baca cerita SAFAREZ yaa!!

Yuk budayakan untuk vote sebelum membaca cerita ini!! Karena vote apalagi comment kalian sangat berarti buat aku!

Selamat membaca, semoga sukaakk!!

Chapter 43 - Last Day

🦁🦁🦁

Xavera menatap Safarez yang baru saja berjongkok disampingnya. Mereka baru saja sampai di makam Maminya Xavera. Hari baru menunjukkan pukul 7 pagi. Memang Xavera sengaja mengajak Safarez ke Makam Maminya sepagi ini. Ia sudah terlanjur janji dengan Hazel pukul 10 pagi di rumah sakit.

Xavera tersenyum saat mendapati Safarez menggenggam tangannya. Lelaki itu seolah takut Xavera sedih atau bagaimana. Xavera tidak sedih. Karena memang tujuan awal Xavera kesini hanya untuk mengenali Safarez kepada Maminya, sekaligus menunjukkan Safarez, letak persis makam Maminya.

"Mami, liat sekarang Xavera bawa siapa," ucap Xavera senang. Safarez menghela napasnya dan tersenyum tipis.

"Waktu itu Mami cuma bisa denger suaranya kan? Kata Mami Safarez lucu. Coba deh Mami liat wajahnya. Gak ada lucu-lucunya, serem malah,"

Kening Safarez berkerut namun ia tetap tersenyum tipis. Pandangan Safarez beralih pada nisan Mami Xavera.

"Saya Safarez Tante," ucap Safarez memperkenalkan diri.

Xavera tertawa pelan. "Mi, kalau kemarin Xave kenalin Farez sebagai mantan, sekarang udah jadi pacar lagi loh Mi,"

Safarez menikmati ocehan asal gadis itu. Safarez juga menikmati cerita-cerita yang sebenarnya biasa saja namun bisa terdengar menarik apabila gadis itu yang menceritakan.

"Farez ini orangnya gak romantis Mi. Harus dipaksa dulu baru bisa manis. Heran juga ya kenapa Xave malah sukanya sama dia,"

"Udahlah galak, serem, gak romantis pula," keluh Xavera sembari cemberut.

Safarez menghela napasnya. Membiarkan gadis itu mengejeknya didepan calon mertuanya. Eh apa katanya tadi? Calon mertua? Tak salah kan kalau Safarez berharap demikian?

"Tapi cuma dia yang paling ngertiin Xave Mi, cuma Farez yang mau bertahan sama kondisi Xavera sekarang,"

Safarez langsung melirik gadisnya ketika ucapan itu terlontar. Xavera, gadisnya masih tersenyum pelan.

"Sekarang kan Xave botak Mih. Hal yang paling Xave benci dulu. Mami tau kan seberapa sayangnya Xave sama rambut Xave?"

Safarez menunduk pelan dan mencoba menarik napasnya berkali-kali. Mengabaikan rasa sesak yang menusuk hatinya berkali-kali. Ucapan gadis itu yang lirih seolah memacu beribu jarum menusuk hati Safarez.

"Mami, Mami gak perlu khawatir. Xavera bahagia disini. Xavera bahagia Mami kasih izin Xavera hidup lagi buat sama Farez, Papi, dan orang-orang yang sayang sama Xave,"

"Mami bener. Saat kehidupan Xave yang sekarang, kesehatan bukan lagi prioritas utama Xave. Hati dan otak Xave cuma pingin Xave bahagia, di sisa-sisa waktu yang Xave punya,"

Safarez langsung menatap gadisnya itu dengan dalam. Merasa semakin janggal dengan ucapan Xavera. Xavera menoleh lalu menatap Safarez dengan senyum tipis.

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang