Chapter 25 - Pengkhianatan Yang Nyata

63.5K 5.7K 957
                                    

Haiii selamat datang lagi di bab baru SAFAREZ. Demi Tuhan aku speechless bangettt sama apresiasi kaliaan nungguin cerita ini.

Maaf ya aku lama updatenya soalnya hari ini aku agak sibuk ngurus-ngurus daftar ulang kuliahHEHE..

YUK budayakan untuk vote sebelum membaca cerita iniii!

Selamat membaca, semoga sukaakk!!

Chapter 25 - Pengkhianatan Yang Nyata

🦁🦁🦁

Safarez sedang merokok di warkip. Lagi dan lagi ia sendiri dan memilih membolos. Sampai tadi istirahat, ia tidak melihat Xavera di kantin. Bahkan gadis itu tidak lagi bisa dihubungi membuat perasaan Safarez semakin kacau.

Hari ini Safarez sangat kacau. Rambut lelaki itu yang biasanya tersisir rapi kini acak-acakan. Seragam lelaki itu sudah dilepas menyisakan dalaman hitamnya saja. Terhitung sudah empat batang ia merokok sendirian disini tanpa niatan berhenti.

Safarez menghela napasnya. Kemarin malam-malam sekali ia nekat menghampiri rumah gadis itu. Namun rumah itu kosong. Bahkan satpam yang biasa berjaga di posnya juga tidak ada. Safarez semakin kacau tak mengetahui sama sekali keberadaan dan keadaan gadisnya itu.

Saat Safarez akan mengambil satu batang lagi, ia dikejutkan dengan satu amplop coklat yang terlempar. Matanya menatap Azgar yang kini memilih duduk diseberangnya.

"Apaan nih?" tanya Safarez. Azgar mengangkat dagunya mengarah amplop itu.

"Buka aja,"

Safarez dengan ragu mengambil amplop cokelat itu. Tangannya dengan perlahan membuka amplop tersebut. Keningnya berkerut saat melihat beberapa lembaran foto.

Diambilnya foto-foto itu dan membulatkan matanya dengan terkejut. Emosinya memuncak. "Gar-"

"Itu screenshot an cctv sekolah. Gue tau lo kaget, gue juga,"

Safarez mengepalkan tangannya melihat foto lainnya. Ia meremuk foto tersebut dengan kasar lalu berdiri.

"Mau kemana lo? Nyamperin?"

Safarez mendelik sinis. "Menurut lo?"

Azgar terkekeh. "Jam sekolah ini Bos. Tunggu pulang aja. Setengah jam lagi,"

Safarez menghela napasnya lalu mengangguk. Ia kemudian duduk kembali dan mengambil satu batang rokok lagi.

"Gimana lo bisa dapet?" tanya Safarez. Azgar mengambil kotak rokok itu dan ikut merokok.

"Gak susah buat gue meretas cctv sekolah,"

Safarez mengangguk. Tak meragukan lagi kemampuan sahabatnya itu dalam hal retas-meretas.

"Lo harus hati-hati Bos. Feeling gue pengkhianatnya disekitar lo,"

🦁🦁🦁

Xavera menatap kosong kearah jendela di ruang rawatnya yang menapilkan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Hari masih siang tapi ia sudah kesepian. Tak ada yang menjenguknya kecuali Papinya. Dan kini Papinya sedang pergi mencari makan siang.

Xavera mengerjapkan matanya yang sudah lelah menangis berjam-jam. Ia merasa hidupnya hampa. Hidup yang ia pikir akan bahagia setelah mengenal Safarez kini hanya tinggal angan-angan. Pria itu akan menemaninya sampai akhir hayatnya hanya angan-angan.

Xavera meringis dan tertawa sumbang meskipun tertahan oleh sungkup oksigen. Ia merasa bodoh telah mempercayakan kebahagiaan hidupnya pada seseorang. Bukannya Xavera tidak bisa lagi bahagia setelah mengetahui ia divonis penyakit yang sama dengan Maminya?

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang