Chapter 13 - Sadar

59K 5.4K 137
                                    

Haiii selamat datang di bab baru cerita SAFAREZ!

Yuk budayakan untuk vote cerita ini sebelum kalian membacaaa.

Selamat membaca semoga sukakk!

Chapter 13 - Sadar

🦁🦁🦁

Safarez mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk saat ia baru membuka matanya. Mata Safarez sempat menyipit merasa pusing yang memenuhi kepalanya. Sedikit ringisan keluar dari mulutnya membuat semua orang yang berada di ruang rawat itu menoleh dengan terkejut.

Acacia langsung berdiri dari duduknya dan menatap Safarez dengan khawatir. "Abang? Abang bisa dengar Bunda?"

"Kamu pingsan dari malam sampe siang gini tau gak?!"

Safarez merasakan tangan kirinya mendapati tetesan-tetesan airmata yang jatuh dari mata Bundanya membuat ia sedikit tersenyum.

"Gia, kamu panggil dokter cepet," ucap Bundanya membuat Gia mengangguk lalu memencet tombol panggilan disamping ranjang Safarez.

"Kamu kenapa Bang yaampun bisa kayak gini?! Kamu gak tahu Bunda hampir jantungan pas kamu nelepon Ayah terus ngucap kayak gitu?!"

"Bunda udah Bun, Bang Farez baru sadar," ucap Gia menengahi Bundanya yang sudah menangis.

Rezvan menghela napasnya lalu mempersilakan Dokter yang baru masuk untuk memeriksa Safarez.

"Syukurnya tidak ada luka dalam pada anak Bapak. Namun saran saya agar dirawat sekitar dua hari untuk pemulihan luka-lukanya,"

Rezvan mengangguk lalu mengucapkan terimakasih. Safarez menghela napasnya lalu mencoba duduk walau diiringi dengan ringisan.

"Abang ngapain sih! Udah tiduran aja sana!" omel Bundanya membuat Safarez tersenyum tipis.

Safarez berhasil duduk dibantu oleh Gia. Gia juga mengatur ranjang Safarez agar ikut tegak. Safarez menatap Bundanya dan Giani. "Bisa tinggalin Farez sama Ayah?"

"Mau ngapain? Mau bahas CASTOR iya?! Bisa gak sih kamu-"

"Bunda...." ucap Safarez memotong. Safarez menghela napasnya lalu menggenggam tangan Bundanya yang masih berkaca-kaca.

"Farez gak papa Bun, Bunda jangan nangis gitu,"

Acacia memukul pelan lengan Safarez. "Gimana Bunda gak nangis hah?! Gak papa gimana? Kamu gak liat itu muka kamu?! Kenapa sih kamu harus juga kayak Ayah? Kenapa CASTOR doang yang kamu pikirin Bang?"

"Ini gak ada hubungannya sama CASTOR Bun,"

Rezvan berjalan lalu menepuk pelan pundak Acacia. "Gia, kamu ajak Bunda makan dulu ya. Bunda belum makan dari kemaren,"

Gia mengangguk lalu mengajak Bundanya keluar meninggalkan Safarez dan Rezvan diruang rawat lelaki itu.

Safarez menghela napasnya lalu menatap Ayahnya yang kini duduk di kursi samping ranjangnya.

"Bener ada karyawan Ayah yang meninggal karena kecelakaan kerja?"

Rezvan mengerutkan keningnya lalu menatap tajam Safarez. "Apa yang buat kamu begini anak dari karyawan itu?"

Safarez terkejut mendengar nada dingin Rezvan lalu mengangguk pelan. "Ayah benar gak anggap itu sebagai kecelakaan kerja?"

Rezvan bersidekap dan memandang tajam Safarez. "Pak Yudi, orang itu bekerja sama dengan perusahaan saingan Ayah. Dia selama ini menjadi mata-mata dan berkhianat sama perusahaan Ayah,"

Safarez membulatkan matanya. "Apa?"

"Tau itu Ayah pindahkan dia ke kantor cabang di Sulawesi dengan dalih urusan kantor. Tapi bajingan licik itu tau kalau Ayah sudah tau. Akhirnya setelah seminggu di Sulawesi, Ayah dapat kabar kalau Pak Yudi itu meninggal dengan laporan kecelakaan. Ayah curiga dia dibunuh karena jejak kecelakaan itu gak kerekam sama sekali,"

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang