Chapter 37 - Another Fact

53.1K 4.7K 565
                                    

HAIII selamat datang lagii di cerita SAFAREZ! Gak kerasa udah bab 37 aja🥺

YUK budayakan untuk selalu vote cerita ini sebelum membaca!!

Selamat membaca semoga sukakkk!!

Chapter 37 - Another Fact

🦁🦁🦁

Safarez menghembuskan asap rokoknya pelan. Ia kini berada di warkip, bersama teman-temannya dan beberapa anggota CASTOR lainnya. Jam menunjukkan pukul 7 malam tetapi tidak ada satupun yang berniat beranjak pulang.

Tadi setelah mengobrol dengan Xavera, Papi gadis itu datang. Safarez yang masih tahu diri memilih pamit dan membiarkan Xavera menghabiskan waktunya bersama Papinya. Karena ia rasa, gadisnya itu butuh waktu dengan Papinya.

Safarez menatap Raja yang mendecak sambil memandangi ponselnya sedangkan Azgar memilih ikut merokok seperti Safarez.

"Kenapa lo?" tanya Safarez melihat Raja yang mengernyit sebal. Raja menoleh dan mendengus.

"Susah banget deketin Hazel. Dia masih anggap gue Abangnya terus," keluh Raja sembari melempar ponselnya ke sofa disampingnya. Memilih mengikuti Safarez dengan mengambil satu batang rokok milik Safarez.

"Dia ngapain lagi emang?" tanya Safarez. Azgar dan Aldo hanya memperhatikan keduanya.

Raja meringis. "Dia minta tolong gue anterin dia buat jalan sama cowok,"

Kening Safarez berkerut. "Kenapa gak minta tolong gue?"

Raja mengangkat bahunya. "Mungkin dia tau lo sibuk sama Xavera,"

Safarez menghela napasnya. Seketika teringat selama ini ia jarang menghabiskan waktu bersama Hazel. Safarez menoleh pada Azgar yang memainkan ponselnya.

"Sekarang hari apa?" tanya Safarez pada Azgar. Azgar mendengus.

"Pelajar macam apaan lo sampe hari aja gatau,"

Safarez mendecak membuat Azgar terkekeh. "Selasa Bos, kenapa?"

Safarez diam lalu mengangguk. Jika hari ini hari Selasa, maka besok Rabu. Dan janjinya untuk kencan dengan Xavera dimulai hari Kamis, berarti ia besok bisa meluangkan waktunya untuk mengajak Hazel sekedar jalan-jalan dan menghabiskan seharian bersama adiknya.

"Kapan Hazel minta anterin sama lo?" tanya Safarez pada Raja.

"Lusa,"

Safarez mengangguk lalu mengirim pesan pada Hazel untuk mengosongkan jadwalnya besok. Safarez ingin menebus kesalahannya yang selama ini jarang memprioritaskan Hazel karena terlalu sibuk dengan yang lain.

Safarez menghela napasnya. Mengingat kembali perbincangannya dengan Xavera tadi. Bagaimana gadis itu pesimis dengan keselamatannya sendiri. Safarez mengacak rambutnya, ingin sekali meluapkan emosi terpendamnya.

"Bos," panggil Aldo. Safarez menoleh pada lelaki keriting itu. Aldo berdeham.

"Lo keliatan kacau," ucap Aldo membuat Safarez tersenyum tipis.

"Kalau gue gak kacau pas keadaan kayak gini, tandanya gue gila," balas Safarez. Azgar meletakkan ponselnya. Menatap sahabat-sahabatnya. Merasa topiknya menarik.

"Cukup merasa lo sanggup nahan semuanya sendirian Bos. Lo punya kita padahal," ucap Aldo.

Safarez terkekeh pelan. "Bahkan gue sendiri gak tau, beban apa yang bisa gue bagi,"

"Semua terlalu numpuk," tambahnya.

Raja menatap kasihan sepupunya. Masalah keluarga yang berat, belum lagi memiliki pacar yang memiliki penyakit mematikan. Mungkin kalau Raja menjadi Safarez, ia akan mengasingkan diri dan melarikan diri mungkin.

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang