Chapter 6 - Little Deep Talk

72.5K 6.3K 113
                                    

Haiiii selamat datang di bab baru SAFAREZ!

Yuk budayakan untuk vote dulu sebelum membaca cerita iniii!
Aku apresiasi banget sama vote dan komen kalian jadi tolong tinggalin jejak yaa🥰🥰

Selamat membacaa semoga sukakk!!

Chapter 6 - Little Deep Talk

🦁🦁🦁

Xavera melangkahkan kakinya menuju lorong rumah sakit sendirian. Untung saja hari ini hari Minggu jadi ia tidak perlu membolos sekolah hanya untuk kontrol rutin ke rumah sakit. Xavera berjalan menuju ruang dokter yang biasa menanganinya saat ia mendengar panggilan namanya menandakan kini urutannya untuk bertemu dokternya.

Mata Xavera menatap pintu berwarna putih itu lalu menghembuskan napasnya dan membuka pelan pintu tersebut. Xavera tersenyum menatap Dokter Fandi, dokter yang menangani dirinya dan almarhumah Maminya dulu.

"Dokter," sapanya dengan senyuman. Dokter Fandi mengangkat wajahnya dan tersenyum menatap Xavera. Dokter Fandi berusia sekitar 30an dan sudah memiliki anak.

"Xave, akhirnya kamu datang," ucap Dokter Fandi. Xavera tersenyum lalu berjalan menuju kursi tepat didepan Dokter Fandi dan duduk disana.

"Maaf Xave baru bisa ke rumah sakit sekarang Dokter. Xave gak bisa kontrol kalau hari biasa karena Xave sekolah," Dokter Fandi menoleh dengan terkejut.

"Kamu sekolah?" tanya Dokter Fandi terkejut. Xavera tersenyum tipis lalu mengangguk.

"Xave kamu taukan-"

"Otak Xave gak bisa dipakai buat mikir terlalu keras kan? Umur Xave gak lama? Xave gak bisa sembuh? Jangan diingetin lagi dokter, Xave tau," ucapnya sembari tersenyum tipis. Mata Xave memandang kalender yang berada di meja Dokter Fandi.

"Xave maksud saya-"

"Kira-kira Xave masih bisa tahan sampai lulus sekolah gak Dok? Atau itu terlalu lama ya?" ucap Xavera masih dengan memandangi kalender tersebut. "Xavera belum pernah ngerasain rasanya wisuda sama prom Dok," lanjutnya lalu terkekeh pelan.

Dokter Fandi menghela napasnya lalu tersenyum. "Kalau kamu percaya kamu bisa hidup lebih lama lagi, Dokter yakin Tuhan akan mendengar doa-doa kamu,"

Xavera menatap Dokter Fandi lalu tersenyum walau hatinya tahu itu hal yang tidak mungkin.

"Kamu selalu minum obat yang Dokter suruh kan?" Xavera mengangguk. Dokter Fandi menghela napasnya lalu menatap Xavera dengan serius.

"Xavera, obat yang saya kasih bukan untuk menyembuhkan. Obat itu cuma menahan rasa nyeri pada kepala kamu. Mau ya kemoterapi? Bukannya kamu mau sembuh?"

Xavera menatap nanar Dokter Fandi. "Bukannya sama aja Dokter? Dulu Mami juga kemo, tapi hasilnya?"

"Xave, umur dan takdir semua ada di tangan Tuhan. Tugas Dokter Fandi dan kamu hanya mengusahakan yang terbaik selagi kita mampu,"

"Efek samping dari kemo apa dokter?"

Dokter Fandi menghela napasnya. "Standart yang pasti kamu tahu, rambut rontok. Kamu juga gampang lemas. Alat gerak kamu juga terkadang jadi sering kesemutan atau mati rasa untuk beberapa menit. Mual dan muntah itu wajar untuk pasien yang sedang kemo,"

Xavera menundukkan kepalanya. "Boleh Xave pikirin dulu Dok?"

Dokter Fandi tersenyum menatap Xavera. "Tentu, jangan lupa konsultasi sama Papi kamu,"

Xavera menunduk lalu berpamitan dan keluar dari ruangan Dokter Fandi dengan langkah yang gontai.

Xave berjalan keluar dan menghentikan langkahnya di minimarket depan rumah sakit. Ia kemudian memasuki mini market tersebut dan memilih mengambil satu bungkus roti dan air mineral. Saat akan mengambil air mineral, ia dikejutkan dengan tangan yang juga mengambil air mineral yang sama. Reflek Xavera menoleh ke kanan dan terkejut melihat Safarez yang kini menatapnya dengan senyum tipis.

SAFAREZ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang