4

1.4K 195 29
                                    

Setelah acara pengucapan janji dan acara sebagainya selesai, Dahyun di bawa pulang oleh Sana dan kedua orang tuanya ke rumah mereka karena mereka tidak mau jika Sana harus tinggal bersama keluarga Dahyun yang memang bukan keluarga mampu.

Simpelnya sih mereka hanya merasa sangat takut kalau Sana tidak di beri makan atau sebagainya.

Saat ini Dahyun sedang duduk termenung di bibir ranjang yang ada di dalam kamar Sana dengan tuxedo yang masih melekat di tubuh putihnya.

Sepertinya yang paling terpukul dengan pernikahan itu adalah Dahyun karena Dahyun sedari tadi tidak berhenti bergumam dan bertanya pada dirinya sendiri kenapa dia bisa begitu atau kenapa dia bodoh.

Seperti sekarang contohnya.

"Kim Dahyun kenapa kau dengan mudahnya mengucapkan janji itu?" tanya Dahyun pada dirinya sendiri.

"apa kau tidak berfikir bagaimana kelanjutan semua ini Kim Dahyun?"

"sungguh Kim kau benar-benar bodoh!" gumam Dahyun merutuki dirinya yang dengan mudahnya mengucapkan janji di hadapan tuhan tanpa ragu walaupun sedikit terdapat kesalahan.

"apakah sekarang kau menganggap jika pernikahan adalah sebuah permainan?" prustasi Dahyun mengacak rambut panjangnya dan sedikit menjambaknya dengan kuat hingga Dahyun merasakan perih di kulit kepalanya.

"astaga tuhan mohon maafkan aku" Dahyun yang sebelumnya duduk di bibir kasur milik Sana, menjadi menurunkan duduknya ke atas lantai dan mengendurkan dasi kupu-kupu yang sebelumnya terpasang rapih mencekik lehernya.

"kenapa kau duduk di bawah?" tanya Sana yang membuat Dahyun terperanjat kaget dan memegangi dadanya.

"anjir kaget" batin Dahyun sembari berusaha meredam keterkejutannya.

"gerah!" dingin Dahyun yang setelahnya langsung diam kembali.

Sana menaikan alisnya setelah menatap penampilan Dahyun yang begitu kacau dengan rambutnya yang berantakan, dasi yang di pakai hanya tinggal menyampai di kerahnya dan kemeja yang tadinya rapih di masukan menjadi keluar sebelah.

Diam-diam Sana tersenyum melihat betapa lucunya wajah pria yang kini sudah menjadi suaminya walau sedang prustasi dan sedih.

Sana melangkahkan kakinya menghampiri Dahyun dan menempatkan bokongnya di sebelah Dahyun yang sedang menenggelamkan walahnya di sela-sela lututnya.

"aku minta maaf?" ungkap Sana yang berhasil membuat Dahyun mengangkat wajahnya ke arah Sana.

"sudahlah, lupakan saja semua yang sudah berlalu! Aku tidak akan mengatakan apa-apa soal pernikahan ini walau kau hanya menganggapku sebagai pengganti pengantinmu yang asli" lirih Dahyun yang setelahnya kembali ke aktifitas sebelumnya.

"aku akan berusaha mencintaimu" ucap Sana yang berhasil membuat jantung Dahyun berulah dan dengan spontan Dahyun langsung mengangkat kembali wajahnya menatap Sana tidak percaya.

"jangan mengatakan hal yang tidak-tidak kalau kau hanya merasa kasihan padaku, aku cukup tahu di mana posisiku dan di mana posisimu" lanjut Dahyun dengan nada sendunya.

"kau tidak percaya padaku?" tanya Sana.

"sejujurnya tidak"

"kenapa?"

"aku tidak tahu"

"lantas apa yang membuatmu tidak tahu?"

"aku juga tidak tahu! Tapi aku berfikir mungkin saja aku hanya di anggap sebagai seorang laki-laki miskin yang tidak berpendidikan oleh keluargamu dan termasuk kau juga tentunya karena aku mengingat perkataan ayahmu yang dengan mudahnya berkata jika dia bisa membayarku berapa saja yang aku mau asalkan aku mau menikah denganmu. Disitu aku merasa jika harga diriku sedang di perjual belikan secara tidak langsung oleh kau dan orang tuamu itu. Ak-aku tidak mau kau mencintaiku hanya karena kau merasa kasihan padaku ka-..." seketika ucapan Dahyun terhenti setelah dia mendengar sebuah suara isakan keras yang keluar dari gadis yang sedang duduk di sampingnya.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang