"sayang, kamu udah bawa semua barang kita yang ada di sinikan?" tanya Sana pada Dahyun untuk memastikan jika mereka tidak meninggalkan barang penting mereka di hotel itu.
"ne, semuanya sudah ada dalam tasku" balas Dahyun sambil memakaikan tas ke punggungnya.
Setelahnya mereka langsung berjalan turun menuju lobi untuk menggapai pintu keluar agar bisa sampai di parkiran hotel milik keluarga Minatozaki ini.
Saat mereka berada di parkiran, handphone Sana tiba-tiba bergetar dan menampilkan nama Tzuyu di layar handphonenya sehingga Sana mau tidak mau harus mengangkatnya karena Sana tahu jika Tzuyu sedang meminta kepastian tentang percakapan mereka kemarin.
Setelah Sana meminta izin pada Dahyun dengan berbohong untuk menerima telephone dari teman terlebih dahulu, Sana langsung menjauh dari Dahyun dan menempelkan hanphonennya di telinga setelah memencet tombol hijau.
"ayo bertemu?" ucap Tzuyu tanpa basa-basi bahkan Sana saja belum sempat mengucapkan kata sapaan seperti selayaknya menyapa seorang yang menelphone.
Sana menghela nafas menatap sebentar Dahyun yang sedang memasukan tasnya di kursi belakang.
"dimana?"
"Cafe tempat biasa kita bertemu"
"baiklah ayo kita ketemu" putus Sana yang dengan pasrah.
Sana memutuskan itu karena Sana sudah yakin akan mengatakan apa pilihannya dan yang pasti pilihannya itu adalah pilihan yang terbaik untuk masa depannya kelak.
"Sana kamu nanti naik apa? Jika kamu tidak memakai kendaraan biar aku saja yang menjemputmu seperti biasa" tawar Tzuyu dari balik sambungan telephone mereka.
"aku bawa mobil jadi kamu gak usah repot-repot jemput" dingin Sana yang langsung menutup panggilan sepihak.
"hhhh semoga pilihanku ini tidak membuat diriku dalam bahaya" gumam Sana sambil berjalan menghampiri Dahyun yang kini sedang berdiri menyender di mobil sambil memainkan handphonenya.
"Dah-"
"Sana aku harus pulang ke rumahku karena hyung bilang eomma sedang sakit dan dia ingin bertemu denganku beserta hyung juga, kamu gak papa pulang sendiri? Aku soalnya di jemput hyung, tapi kalo kamu mau ikut kita berangkat bareng kerumahku" ujar Dahyun memotong kalimat yang hampir di keluarkan Sana.
Dalam hati Sana bersyukur jika dia tidak harus memikirkan alasan yang masuk akal untuk bertemu dengan Tzuyu agar Dahyun tidak curiga, tapi dalam hati yang sama juga Sana merasa iba jika harus membiarkan Dahyun pergi sendiri walau ada Lisa bersama Dahyun karena bagaimanapun juga Sana itu adalah menantu keluarga Kim, jika Sana tidak datang atau tidak sama sekali menampakan batang hidungnya di depan keluarga Kim maka itu akan menjadi pertanyaan besar dan Sana harus memikirkan alasan yang masuk akal agar keluarga Kim percaya.
"mianhe, barusan temanku telphone jika dia ingin menyampaikan sesuatu yang penting dan itu tidak bisa di sampaikan melalui telphone, tapi kamu jangan khawatir karena setelahnya aku akan langsung datang ke rumahmu kok" ujar Sana memberikan alasan yang lumayan masuk akal untuk di terima otak Dahyun.
Tampaknya Dahyun tidak terlalu peduli dengan alasan Sana dan langsung mengangguk mengiyakan sambil berkata.
"ya sudah kamu hati-hati, aku tunggu kamu di rumah" saat Dahyun hendak melangkah pergi, Sana menahan tangan kekar Dahyun mencegahnya agar jangan dulu pergi.
"wae?"
"boleh aku meminta nomor ponselmu?" tanya Sana yang memang mereka belum pernah saling bertukar nomor ponsel.
Dahyun merebut ponsel yang sedang di pegang Sana dan langsung mengetikan nomornya, setelahnya dia langsung memberikan kembali ponsel itu pada Sana.
"itu nomorku, jika ada yang penting kau boleh menelphoneku"
"jika aku hanya rindu atau sedang ingin mengobrol denganmu apa aku boleh menelphonemu?" tanya Sana beraegyo.
"ne terserahmu saja" sebelumnya Dahyun menyempatkan diri untuk mencuri ciuman dari bibir Sana dan langsung berlari begitu saja setelah berhasil membuat Sana malu setengah mati karena ada beberapa orang yang melihat kelakuan mereka.
"jika saja ini bukan tempat ramai, aku pasti sudah berteriak dan menjambak rambutnya" gumam Sana memasuki mobil sambil melihat handphonenya yang tertera kontak Dahyun yang bernama 'My Husband❤', itu bukan Sana yang menamai kontaknya tapi Dahyun sendiri yang menamainya.
Senyum tercetak jelas memoles wajah cantik milik gadis yang memiliki darah keturunan jepang korea itu, walau Dahyun hanya memberikan perlakuan sederhananya, namun Sana selalu tersenyum bahagia tanpa paksaan.
Mobil di lajukan menuju Cafe yang sering mereka kunjungi, Cafe itu terletak di daerah Gangnam atau daerah tempat berkumpulnya orang-orang cebol dari seluruh penjuru korea selatan karena terletak banyaknya klub-klub malam.
Kriing
Bel di atas pintu berbunyi sesaat Sana atau pengunjung yang lain membuka pintu, adanya bel di atas pintu itu seperti menandakan jika orang yang sedang kamu tunggu telah tiba dan mengakhiri waktumu untuk menunggunya.
Mata beredar mencari keberadaan pria yang sudah mengajaknya bertemu, tepat pertama matanya melirik tempat yang biasa mereka tempati, terpantrilah seoarang pria tampan yang tengah menunggu sambil sesekali menyesap minumanya tanpa berniat untuk melirik kearah sekitar seperti biasanya.
Suara kursi di seret membuat Tzuyu mengangkat kepalanya dan langsung menampakkan senyum manisnya menyambut Sana yang hanya menampilkan wajah datar.
"jadi ada apa kau mengajakku bertemu?" tanya Sana acuh tanpa berniat menatap wajah Tzuyu.
"kita makan atau minum saja terlebih dahulu sebelum membicarakan inti pertemuan kita" tawar Tzuyu dengan nada lembutnya.
Sana berdecih sambil tersenyum sinis menyambut nada suara lembut milik Tzuyu.
"aku sudah makan dan juga aku tidak ingin minum, jadi cepat katakan saja karena aku tidak memiliki waktu untuk berbicara dengan pria yang selain suamiku atau keluargaku" tegas Sana yang di balas tatapan sedih Tzuyu.
"hah baiklah, aku ingin mengetahui siapa pria yang kau pilih?" tanya Tzuyu yang membuat Sana tersenyum tenang.
"jika kau memperhatikan apa yang aku ucapkan barusan maka kau akan tahu siapa yang aku pilih, jika kau tidak memeperhatikannya maka biar aku yang memperjelas jika aku memilih suamiku apapun yang terjadi" tekan Sana dengan nada seriusnya.
Jujur Tzuyu sakit hati mendengar pilihan Sana yang seoalah-olah tidak menghargai usahanya yang sudah mati-matian membujuk sang ibunda dan menolak permintaannya untuk di nikahkan dengan pilihannya yang ternyata dia adalah sahabat kecil Tzuyu.
Tzuyu menunduk dalam menyembunyikan air matanya yang mengalir tanpa aba-aba dan tanpa pemberitahuan.
"sungguh, kau sekarang memang sudah tidak mencintaiku lagi" lirih Tzuyu sambil menunduk dalam.
Sana diam walaupun sebenarnya dia sedih karena sudah merelakan salah satu dari dua pria yang sangat berharga untuknya.
"apa aku harus membunuh pria itu terlebih dahulu agar aku bisa mendapatkan hatimu kembali?" tanya Tzuyu prustasi.
"jangan macam-macam Tzuyu, jika kau benar-benar melakukan itu maka aku akan benar-benar membencimu lebih dari aku membencimu setelah kau meninggalkanku di hari pernikahan kita" ancam Sana yang di balas tawa remeh Tzuyu.
Tbc...
Sorry for typo.
Tzuyu, apa aku harus keluarin Jihyo biar kamu bisa move on dari Sana? Wkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
FanficOnly my couple SaiDa. Jangan menganggap serius apa yang aku tulis di cerita ini karena ini hanyalah sebuah imajinasi yang datang di waktu gabut akibat pandemi, bahkan saking gabutnya aku berak sambil bawa handphone buat nemenin aku di kamar mandi. Y...