11

1.3K 170 10
                                    

Karena Dahyun tidak ingin di anggap remeh oleh kakek Minatozaki, Dahyun mulai mencari tahu tentang bisnis dan semuanya yang menyangkut tentang pekerjaan appa mertuanya sejak setelah percakapannya bersama Sana, itupun Sana yang menyuruhnya.

Dahyun meletakan buku yang ia baca karena merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, tapi Dahyun tidak mengatahui apa itu dan Dahyun sekarang ini sedang berusaha memikirkan apa yang dia lupakan.

"Sana kamukan kuliah bisnis? Kenapa gak kamu aja yang ngajarin aku?" tanya Dahyun yang baru sadar jika Sana itu sebenarnya bisa mengajarinya dan Sana juga baru sadar kenapa ia tidak mengajari Dahyun langsung dan membiarkan Dahyun membaca dan mempraktekannnya sendiri.

Kenapa cuma gara-gara panik mereka jadi mendadak bodoh seperti ini.

"iya juga yah, kenapa juga aku jadi bego kayak gini"gumam Sana yang setelahnya mulai melihat jam yang ternyata masih memiliki waktu 40 menit sebelum jam 3 sore.

"aku harap 40 menit cukup buat kamu bisa pahamin apa yang aku praktekin, kamu pasti udah bacakan tentang pengetahuan dasar pemasaran jadi kamu fokus karena ini penting banget" Dahyun mengangguk dan memfokuskan pandangannya menuju laptop yang menampilkan beberapa laporan yang sedang di kerjakan Sana sebagai contoh.

-

Dahyun berdiri di depan pintu ruangan kekak Minatozaki dengan seluruh tubuh yang gemetar karena saking gugupnya dia sekarang.

Saat Dahyun hendak mengetuk pintu, tiba-tiba pintu di buka dari dalam dan menampilkan kakek Minatozaki yang tengah berdiri tegap di hadapan Dahyun.

"ah selamat sore kek, apa saya terlambat?" sapa Dahyun membungkuk hormat.

"tidak, malah kau datang lebih awal! Baguslah aku suka seorang yang tidak menyepelekan waktu" ucap kakek Minatozaki penuh dengan wibawa.

"baiklah ayo masuk" ajak kakek Minatozaki yang hanya di ikuti Dahyun tanpa mengeluarkan suara dari mulutnya.

"berhubung kita sedang berada di ruang kerja, jadi tes pertamamu adalah tentang bisnis karena sumber keuangan dari keluarga ini adalah dari semua bisnis yang keluarga kita miliki, kau sebagai menantu laki-laki dari anak pertamaku harus bisa menguasainya agar kau bisa meneruskan bisnis kami" Dahyun bener-benar tercengang dengan ucapan yang di lontarkan kakek Minatozaki, apakah dia semudah itu mempercayakan semua bisnisnya pada Dahyun yang notabenya adalah orang yang baru di kenal.

Sungguh Dahyun tidak ingin semua itu, Dahyun takut jika suatu saat nanti perusahaan itu akan hancur jika dia yang memegangnya.

"tapi kek aku hanya lulusan senior High School dan aku tidak terlalu mengetahui tentang bisnis jadi maafkan aku jika nanti hasil yang aku berikan tidak bisa membuatmu puas" jujur Dahyun yang tidak ingin membuat kakek Minatozaki berharap lebih padanya karena Dahyun tidak sanggup jika harus mengurus perusahaan big seperti itu.

Dari kecil cita-cita Dahyun adalah menjadi Chef karena Dahyun suka jika melihat eommanya memasak dan jadi pemimpin perusahaan Dahyun sungguh tidak pernah memikirkan akan hal itu.

"lalu kenapa kau ingin menikahi cucuku jika kau hanya sebatas itu, apakah kau tidak berfikir panjang apa akhirnya jika dia menikahimu?" tanya kakek Minatozaki dengan hardik.

"maafkan saya kek, saya berjanji akan memperlajarinya secara cepat"

"jika demi kian, setelah tes yang aku berikan selesai hari itu dan seterusnya kau akan pergi ke kantor untuk menjadi pegawai biasa di sana, hitung-hitung kau belajar dan jika kau sudah cukup mahir aku akan menaikan jabatanmu untuk menggantikan posisi Sana" Dahyun hanya mengangguk setuju dengan ucapan kekak Minatozaki karena Dahyun tidak punya pilihan lain selain menyetujuinya.

"terimakasih atas pengertiannya kek, aku minta maaf sebesar-besarnya pada kakek"

"hhh...sudahlah, aku yakin jika nanti kau akan mahir dalam bidang itu dan apakah sebelum ini kau di ajarkan sedikit tentang dasar bisnis oleh cucuku?" Dahyun mengangguk pelan.

"baiklah! Kerjakan berkas-berkas yang ada di meja itu sampai selesai, jika masih belum selesai hingga makan malam kau tidak boleh tidur dan aku akan menambah pekerjaanmu dua kali lipat" setelahnya kakek Minatozaki langsung keluar dari ruangan itu meninggalkan Dahyun yang sedang menatap tumpukan berkas yang berjejer rapih hingga hampir menghalangi pandangannya dari belakang meja itu saking banyaknya berkas yang tertumpuk.

Dahyun berjalan ke belakang meja dan mendudukan bokongnya di kursi yang tersedia di sana sambil menatap tumpukan berkas yang menghalagi wajahnya dan menghidupkan komputer.

Dahyun melirik jam tangannya yang menunjukan waktu pukul 15:00 atau jam tiga sore.

"masih ada tiga jam menuju makan malam" gumam Dahyun yang setelahnya langsung memulai pekerjaannya dengan membukan satu persatu berkas untuk di bacanya.

Fokus! Itulah kata yang bisa menggambarkan seorang Kim Dahyun yang sedang membaca tumpukan map itu dengan fokus dan tanpa ada satupun lembaran yang terlewat.

Indra tidak hentinya berkatifitas dengan mata yang fokus menatap deretan tulisan, tangan yang terus menari di atas papan keyboard, mulut yang tidak hentinya bergumam mengingat kalimat-kalimat penting yang harus di ketik dan hidung yang tidak henti-hentinya bernafas karena semua manusia juga butuh bernafas.

Waktu sudah menunjukan pukul 18:00 dan itu artinya waktu makan malam sudah di mulai, tapi berkas yang di kerjakan Dahyun masih tersisa beberapa dan dapat di hitung dengan hitungan jari termasuk jari kaki juga maksudnya.

Ceklek

Pintu terbuka dari luar dan menampilkan kakek Minatozaki yang sedang melangkah masuk dan mendudukan bokongnya di sofa yang tersedia di sana.

"ck sayang sekali kamu gagal menyelesaikannya padahal itu tinggal sedikit, jadi dengan terpaksa tugasmu akan di tambah dua kali lipat! Siapkan tenagamu karena selain kamu tidak boleh tidur kamu juga tidak di perbolehkan makan malam" dingin kakek Minatozaki menatap Dahyun yang sedang menunduk takut.

"baik kek saya akan melakukannya, maaf membuatmu kecewa" lirih Dahyun yang setelahnya berdiri dan melangkakan kakinya untuk mengambil tumpukan berkas yang harus Dahyun kerjakan di meja yang lain.

Dahyun menyusun berkas yang banyaknya 2 kali lipat dari jumlah yang tadi, Dahyun harus mengerjakannya dalam waktu 12 jam selama waktu tidur dan dalam fikirannya Dahyun bertanya apakah Dahyun akan sanggup melakukannya apalagi Dahyun belum makan hingga itu pastinya akan mempengaruhi konsentrasinya.

-

Di pagi hari sana terbangun dari tidurnya tanpa mendapati Dahyun di sampingnya, Sana bangkit dan memeriksa kamar mandi untuk memeriksa apakah Dahyun sedang mandi, tapi Sana tidak mendengar suara apapun dari dalam sana dan pintu kamar mandipun tidak di kunci hingga itu menandakan jika di dalam tidak ada siapa-siapa.

Sana dengan cepat berlari keluar menuju ruangan sang kakek dan membukanya secara perlahan tanpa menimbulkan suara karena Sana yakin jika Dahyun pasti ketiduran di sana.

Dan ternyata benar jika Dahyun sedang tertidur di meja kerjanya dengan kepala yang hanya di tumpu oleh sebelah tangan dan tangan sebelahnya lagi sedang menggenggam mouse yang masih menyala seperti layar monitor yang berada di hadapannya.

Meja tampak rapih tidak terdapat berkas-berkas yang menumpuk lagi di atasnya dan hanya terdapat beberapa dokumen yang sengaja di letakan di sana.

Tbc...

Sorry for typo.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang