Keesokan harinya di rumah keluarga Minatozaki, Dahyun saat ini sedang berada di dalam ruangan milik nyonya Minatozaki untuk membahas kelanjutan pernikahannya dengan Sana berdasarkan kertas yang di berikan nyonya Minatozaki.
"kamu tahu apa alasanku memanggilmu?" Dahyun mengangguk pelan tidak berani menatap sang eomma mertua, walaupun begitu Dahyun saat ini sebenarnya sedang berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk membalas ucapan nyonya Minatozaki.
"jadi, apa sekarang kamu bisa menceraikan Sana?" ujarnya tanpa perasaan dan terkesan bengis untuk ukuran seorang nyonya besar dari keluarga terkenal seperti Minatozaki.
"cih, segampang itu kau mengucapkannnya? Sepertinya aku tidak bisa karena aku tidak pernah menandatanganinya, lagian jika aku menandatanginyapun aku tidak akan bisa menceraikannya karena aku berhasil membuatnya mencintaiku" balas Dahyun dengan tengil sambil memberikan secarik kertas yang terdapat tulisan perjanjian konyol dan materai yang hanya di tanda tangani oleh nyonya Minatozaki.
"dasar banci!" umpat nyonya Minatozaki sambil meremas surat yang berisi perjanjian konyol itu dan langsung melemparkannya ke muka Dahyun.
"kenapa kau begitu terobsesi membuatku dan Sana bercerai hmm?" tanya Dahyun yang berusaha berani dan bersikap menyebalkan agar si lawan tidak membuat Dahyun jatuh karena Dahyun dapat melawan.
"karena aku tidak rela jika putri satu-satunya yang akan mewarisi perusahaan Minatozaki mencintai dan memiliki keturunan dari seorang banci miskin sepertimu" hardik nyonya Minatozaki yang berhasil membuat Dahyun jengkel dan meremas gelas teh yang ia pegang.
"setidaknya aku masih memiliki harga diri dan menghargai apa yang di sebut perempuan tidak seperti pria berandal yang dengan seenaknya melecehkan perempuan, mereka tidak pernah menganggap jika harga diri seorang perempuan dan masa depan seorang perempuan itu penting karena bagaimanapun perempuan dia hanya akan berdiam diri di rumah memasak untuk suaminya" bela Dahyun yang balik membuat nyonya Minatozaki kesal setengah mati.
"ayolah Dahyun, jangan bersikap seperti sampah yang meminta di pungut seperti itu? Aku sudah menyediakan hunian mewah yang pastinya kau impikan di Osaka Jepang"
"awalnya aku setuju karena aku tidak mencintai anakmu, tapi untuk kali ini aku tidak bisa karena aku mencintainya dan cinta tidak bisa di tukar ataupun di gantikan" Dahyun menghela nafas meletakkan gelas teh yang sedari tadi ia jadikan bahan pelampiasan emosinya di meja marmer yang berada di ruangan milik nyonya Minatozaki ini.
"jika kau berada di dalam posisiku maka kau akan bagaimana? Aku tidak bermaksud menyuruhmu merasakan apa yang aku rasakan karena kita adalah sosok berbeda dan berkepribadian yang berbeda juga. Aku pastikan jika kau akan memilih cinta di banding harta dan uang yang ku tawarkan padamu, uang memang bisa di cari tapi jika cinta sudah hilang maka itu akan sulit di cari kembali" Dahyun menunduk setelah melepaskan semua apa yang ingin ia ucapkan pada nyonya Minatozaki.
"kau salah karena aku akan memilih uang, jika cintaku memang tulus maka aku yakin jika takdir akan berpihak padaku dan mempertemukanku kembali dengan cintaku, namun jika tidak ya maka aku hanya bisa pasrah dan hanya bisa menghabiskan uang yang kau berikan" woah ternyata nyonya Minatozaki tidak ingin mengalah dan tidak ingin terjebak dalam kata-katanya sendiri.
"sungguh aku sangat kasihan pada istriku, ibunda yang dia anggap sebagai inspirasi dan contoh baik untuk kehidupannya ternyata memiliki hati yang amat busuk dan busuknyapun lebih busuk dari pada bangkai ataupun sampah" ucap Dahyun sambil berdecih pelan namun itu berhasil membuat nyonya Minatozaki marah dan menyiram wajah Dahyun dengan teh yang berada di dalam gelas milik nyonya Minatozaki.
Untung saja teh mereka sudah lumayan dingin, jadi Dahyun tidak akan mengalami apa-apa saat cairan teh itu mengenai permukaan kulit wajahnya.
"kau sangat menyebalkan" desis nyonya Minatozaki yang hanya di balas tertawa oleh Dahyun, tawa milik Dahyun sungguh nyaring dan menggelegar di seluruh penjuru ruangan itu seperti tertawa nikmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
Fiksi PenggemarOnly my couple SaiDa. Jangan menganggap serius apa yang aku tulis di cerita ini karena ini hanyalah sebuah imajinasi yang datang di waktu gabut akibat pandemi, bahkan saking gabutnya aku berak sambil bawa handphone buat nemenin aku di kamar mandi. Y...