7

1.3K 182 15
                                    

Keesokan harinya di kamar yang sama, terlihat sepasang suami istri tengah tertidur dengan saling memeluk dan saling menghangatkan tanpa ada niatan untuk bangun walau waktu sudah menunjukan pukul 9 pagi.

Ketukan demi ketukan di pintu makin terdengar jelas hingga membuat salah satu dari mereka terusik dan membuka matanya.

Sana? Ya Sana yang terbangun terlebih dahulu di bandingkan Dahyun yang masih tertidur nyaman dengan memeluk pinggang ramping Sana hingga pinggang mereka hampir menyatu.

Sana saat ini masih tidak menyadari jika dia sedang di peluk Dahyun karena Sana juga masih belum bangun sepenuhnya, dia sekarang ini masih mengumpulkan nyawanya yang pergi entah kemana dengan mengerjapkan matanya beberapa kali hingga dia bangun sepenuhnya.

Mata yang tadinya terbuka setengah dan pandangannyapun masih buram, sekarang sudah terbuka sepenuhnya dan pandangannyapun sudah kembali jernih sejernih wajah pria yang sedang tertidur sambil memeluknya.

Bibir di tarik keatas menjadi sebuah senyuman kala melihat wajah pria tampan yang sedang tertidur dengan tangan yang berada di pinggang, walaupun ketukan di pintu makin mengeras tapi Sana sama sekali tidak terusik dan malah melanjutkan aktivitas memandang pemandangan paginya yang indah.

Tanpa sadar, tangan yang sebelumnya berada di pinggang kian naik karena merasa terusik dengan suara ketukan pintu yang makin ke sini makin mengeras dan brutal.

Tangan Dahyun saat ini mulai gencar bergerak mencari kanyamanan di tubuh Sana hingga akhirnya dia menemukan kenyamanannya yang berada tepat di atas payudara Sana, Dahyun tanpa sadar sedikit meraba dan meremasnya hingga Sana saat ini tengah melotot sebelum akhirnya dia berteriak dengan nyaring.

"kyaaaaa..." teriakan Sana yang sangat nyaring itu berhasil membuat Dahyun terbangun dan meloncat turun dari atas ranjang dengan panik.

"apa? Ada apa? Kenapa kau berteriak?" tanya Dahyun panik dengan mata yang setengah terbuka.

"yak tanganmu itu menyentuh milikku pabo!" teriak Sana yang berhasil membuka mata Dahyun dengan sepenuhnya.

Dahyun terdiam mencerna ucapan Sana yang di rasa tidak ia mengerti. Maksud Sana yang miliknya itu apa? Dahyun berfikir keras hanya karena sederet kalimat singkat yang muncul di otak polosnya.

Seketika Dahyun melotot dan pipinyapun langsung bersemu merah setelah mengetahui apa yang di maksud Sana. Pantas Saja tadi tangannya seperti memegang sesuatu yang lembut selembut squishy.

"yak kenapa kau diam? Apa kau sengaja menyentuhnya hah?" bentak Sana yang makin membuat Dahyun gelagapan.

"bu-bukan begitu Sa-Sana, ak-aku hanya tidak sengaja menyentuhnya! sumpah Sana aku tidak sengaja maafkan aku" Sana saat ini hanya menatap Dahyun tajam di ranjangnya sambil menyilangkan tangannya di depan dada seolah-olah dia menghalagi Dahyun untuk melihatnya.

"maaf sungguh aku hanya terusik dengan ketukan pintu itu"

Dan benar, suara ketukan di pintu kamar Sana masih belum berhanti bahkan makin ke sini ketukannya makin keras dan makin brutal.

Dalam hati Sana mengutuk seseorang yang mengetuk pintu kamarnya dengan begitu keras dan brutal seperti itu.

"apakah tangannya tidak merasakan sakit saat dia terus mengetuk seperti itu?" batin Sana.

"yak kau mandilah, biar aku saja yang membuka pintunya!" suruh Sana yang langsung di lakukan Dahyun karena Dahyun masih takut pada Sana setelah apa yang ia lakukan.

Sana dengan gontai berjalan lesu menuju pintu keluar kamarnya dan langsung membuka pintu itu setelah ia sampai di depan pintu.

Ternyata yang mengetuk pintu secara brutal itu adalah eommanya, eoh sungguh tangan eomma Sana sangat kuat walaupun dia mengetuk pintu kamar Sana sudah hampir 30 menit.

Kalau kekuatan tangannya saja sudah sekuat itu bagaimana jika kekuatan permainannya di ranjang, woah sungguh itu mungkin akan membuat appa Sana atau tuan Minatozaki merasa sangat puas dengan permainan yang di berikan nyonya Minatozaki.

"eoh eomma, waeyo?" tanya Sana lembut dan dengan suara seraknya.

"eomma kesini ingin membangunkanmu karena kau tidak biasanya bangun siang seperti ini, kau cepatlah bersiap dan turun ke bawah untuk sarapan sekalian bawa pria itu juga" suruh nyonya Minatozaki menatap putrinya lembut.

"baiklah eomma, mianhe karena telah membuatmu repot-repot membangunkanku! Aku mungkin hanya kelelahan karena semalam" nyonya Minatozaki seketika langsung ambigu karena ucapan Sana yang seperti membahas kegiatan di malam hari.

"apa maksudmu? Kau sudah melakukan itu dengannya? Yak Minatozaki Sana, bukankah kau tidak mencintainya? Kenapa kau melakukan itu? Bagaimana jika kau hamil hah!" sungut nyonya Minatozaki dengan emosi yang menggebu.

Sana yang mendengarnya langsung menepuk jidat karena eommanya salah mencerna semua ucapan yang ia ucapkan pada sang eomma.

"astaga eomma, kenapa eomma sangat byun sekali eoh? Maksudku yang kelelahan karena semalam itu, aku sangat lelah atas semua prosesi pernikahan yang panjang itu, lagian kenapa aku harus melakukannya dengan orang yang belum aku cinta" jelas Sana yang berhasil membuat nyonya Minatozaki menghela nafas lega.

"ingat jangan sampai kau kelepasan melakukan itu dengannya karena bagaimanapun juga dia hanya pengganti pengantinmu yang asli, jika kau hamil kau akan terus terikat dengannya karena bayimu, kau mau itu terjadi hah?"

"huft...eomma, jika aku hamil karena melakukan itu dengannyapun aku tidak masalah karena ayah dari anakku adalah suamiku bukan orang lain" ujar Sana lembut.

"tapi Sana dia hanya orang miskin, eomma gak mau kalo kamu punya keturunan dari orang seperti dia! Udah culun, dekil terus cengeng lagi, pokoknya eomma gak mau kamu hamil anak dari dia titik" tegas nyonya Minatozaki yang setelahnya langsung meninggalkan Sana yang hendak membuka mulutnya untuk membalas.

"apa aku salah bicara?" tanya Sana pada dirinya sendiri.

"ssh sudahlah, lagian lambat laun juga dia pasti akan menyukai Dahyun dan menerima sepenuhnya keputusan appa, aku sangat percaya pada appa yang sudah memilihnya karena itu berarti appa mempunyai penilaian khusus pada Dahyun" monolog Sana yang berusaha mengambil sisi positif dari kejadian itu.

Sana memundurkan langkahnya dan menutup kembali pintu kamar miliknya agar tidak ada yang melihat aktivitas pribadinya di dalam kamar kecuali Dahyun karena Sana sadar jika Dahyun bukanlah orang lain lagi baginya walaupun dia baru mengenal Dahyun satu hari yang lalu.

Satu langkah Sana meninggalkan pintu, dia di kejutkan dengan suara ketukan pintu yang kali ini lebih sopan dan itu sudah di pastikan jika yang mengetuk adalah pegawai di rumahnya.

"nona Sana, ini ada titipan dari tuan Jeongyeon" ucap pegawai itu dari luar pintu kamar Sana.

Sana membuka pintunya setelah menyuruh pegawai itu meletakan barang titipannya di depan pintu dan langsung menutup pintunya setelah ia mengambil barang titipan yang sebenarnya itu adalah pesanan yang ia pesan melalui Jeongyeon.

"Sana apa itu?" tanya Dahyun yang baru keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang kini tidak seperti gaya handuk yang Dahyun pakai semalam, Dahyun kali ini memakai handuk di atas pinggangnya seperti lelaki normal lainnya yang selalu memperlihatkan perut sixpacknya jika habis mandi.

Sumpah demi apapun saat ini Dahyun di mata Sana keliatan sangat sexy di tambah dengan kulit putih Dahyun yang jika terpapar cahaya akan bersinar seolah dia seorang malaikat.

Tbc...

Sorry for typo.

Masih nyisa sedikit ternyata kuotanya, jadi bisa up walau hanya satu chap.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang