37

1.3K 163 49
                                    

Kala Dahyun sedang bekerja, Sana selalu berdiam diri di dalam kamarnya tanpa berniat keluar hanya untuk sekedar mengobrol dengan sang eomma atau yang lainnya karena Sana masih mengingat betul ucapan Lisa yang menyuruhnya untuk berhati-hati dengan sang eomma.

Mata memandang benda yang di berikan sang kaka ipar yang ia genggam dengan menggunakan tangan kanannya, tatapan ragu tampak terlihat jelas dari seorang Minatozaki Sana.

"apakah Tzuyu sungguh akan membunuhku?" tanya Sana yang entah pada siapa dan pada apa.

"ck itu tidak mungkin karena dia sangat mencintaiku" ucapan percaya diri yang Sana ucapkan terdengar sangat angkuh hingga membuat siapa saja yang mendengarnya akan berdecih malas.

Pistol di masukan kembali ke dalam tas kecil yang sering ia bawa, tas di sampaikan di bahu untuk bersiap pergi yang entah akan pergi kemana.

Sana berencana ingin berjalan-jalan untuk melepaskan penat dan bosan saat di tinggal sang suami bekerja, mungkin dengan menghirup udara taman dan melihat anak-anak Sana akan lebih merasa terhibur.

Kaki melangkah masuk menuju area taman yang tampak sepi karena waktu memang menunjukan waktu kerja dan beraktivitas seperti sekolah atau sebagainya.

Sana benar-benar lupa akan hal itu, entahlah kenapa akhir-akhir ini Sana seperti sedang menyerahkan nyawanya dengan cuma-cuma, apalagi dengan kelakuannya yang tidak pernah meminta izin pada sanga suami atau salah satu dari anggota keluarganya jika ia akan pergi keluar.

"hah sudahlah, aku duduk saja" Sana mendudukan bokongnya di kursi taman yang tersedia di sana, entah Sana sedang bodoh atau bagaimana tapi yang pasti Sana malah memilih duduk di tempat sepi yang jarang di jangkau orang-orang.

Perasaan kini mulai tidak enak dan merasa jika dia sedang di ikuti atau sedang di perhatikan.

Pandangan mata beredar mencari sesuatu yang membuatnya tidak nyaman, tapi pandangannya tidak sama sekali menangkap hal-hal yang mencurigakan.

"kenapa bulu kudukku berdiri?" tanya Sana sambil mengusap tengkuknya yang terasa mendingin.

Rasa takut mulai menggerogoti Sana saat Sana dengan tidak sengaja melihat siluet seorang bersembunyi di pohon besar yang berada tidak jauh dari tempat tubuhnya berada.

Tangan dengan panik mencari ponsel hingga saat mendapatkan ponselnya Sana langsung menelphone kontak sang suami beberapa kali, namun salah satu dari sekian telephonenya itu tidak sama sekali di angkat Dahyun hingga Sana kini makin panik dan tidak sengaja memencet kontak sang kakak ipar.

Tiba-tiba seseorang dari belakang membungkam mulut Sana dan menahan tangan kanan Sana di belakang, tubuh mulai melemah karena sedari tadi terus memberontak.

Pandangan mulai kabur membuat tubuhnya hampir ambruk dan bungkaman di mulut mulai di lepaskan secara perlahan, ponsel yang tadi ia pegang mulai meluruh jatuh ke tanah.

"yeoboseo!" suara berat yang berasal dari ponsel Sana membuat si pelaku panik dan langsung bergegas menginjak hanphone Sana, tapi sayang itu tidak kena karena Sana dengan sekuat tenaga menendangnya walau dia sudah hampir lunglai.

"oppa...!" teriak Sana dengan sekuat tenaga berharap jika Lisa dapat mendengarnya.

"SANA!" suara teriakan seorang pria yang terdengar panik keluar begitu saja dari dalam handphone Sana, dengan kesal si pelaku langsung menginjak handphone itu dan kali ini kena hingga ponsel Sana sekarang sudah hancur tak berbentuk.

Bersama hancurnya handphone milik Sana, Sana sekarang sudah benar-benar tidak sadarkan diri dan yang Sana ingat untuk terakhir kalinya adalah 'Gelap'.

-

Diwaktu yang berbeda di perusahaan Minatozaki, Dahyun kini baru saja selesai melaksanakan meeting bersama kedua pria atasannya di kantor atau kakek dan appa mertuanya.

"kerja bagus Kim, kau sangat hebat sudah berhasil membuat mereka menandatangi kontrak dengan kita" puji kakek Minatozaki menepuk pundak suami dari cucu kesayangannya itu.

Sebelumnya meeting mereka berjalan hingga waktu makan siang karena ini adalah meeting projek besar yang di dalamnya terdapat Dahyun, Dahyun di sini selaku yang memimpin meeting harus ekstra fokus dan memastikan jika tidak ada yang mengganggu fokusnya hingga Dahyun dengan sengaja meninggalkan handphonenya di ruangan sang appa mertua.

"terimakasih kek, tapi itu tidak sebanding dengan usaha appa mertua yang menyiapkan ini semua" tuan Minatozaki tersenyum menepuk pundak sang menantu yang begitu baik padanya atau pada kakek Minatozaki walau kakek Minatozaki selalu bersikap tegas pada Dahyun jika sedang di kantor.

"sudahlah, sebaiknya kita rayakan keberhasilan kita ini dengan makan-makan bersama di rumah" semuanya tampak mengangguk sambil memasuki ruangan tuan Minatozaki.

Dahyun mengambil handphone miliknya dan langsung memasukannya kedalam saku celana panjangnya tanpa berniat untuk mengeceknya terlebih dahulu.

"Dahyun ah!" panggil tuan Minatozaki yang sedang memainkan hanphonenya.

"ne? Ada yang bisa Dahyun bantu?"

"oh, apa kau tau Sana di mana? Eomma mertuamu bilang Sana dari jam delapan sudah tidak ada di rumah" ujar tuan Minatozaki.

"ah Dahyun tidak tahu appa, mungkin saja Sana sedang keluar dengan teman atau sahabatnya" balas Dahyun yang mulai mengambil duduk di hadapan tuan Minatozaki dan kakek Minatozaki.

"tapi katanya Sana tidak pergi bersana teman-temannya karena eomma mertuamu sudah menanyakan itu pada semua sahabat atau orang terdekat Sana" jelas tuan Minatozaki yang membuat Dahyun sedikit panik.

Handphone di keluarkan dan langsung di nyalakan, saat handphone menyala alangkah terkejutnya Dahyun saat dia melihat banyaknya telephone masuk yang berasalp dari handphone Sana.

"astaga Sana" pekik Dahyun saat menerima pesan dari nomor yang tidak di kenal.

"datanglah ke alamat xxx jika kau ingin seseorang yang mungkin sangat kau kenal selamat, jangan sesekali kau memanggil polisi atau mambawa orang luar yang tidak bersalah jika kau tidak ingin melihat jasad seseorang ini di gantung di tempat itu" Uknown.

"wae?" Dahyun menyerahkan handphonenya ke appa mertuanya dengan lemas dan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.

"BRENGSEK!" teriak kakek Minatozaki sesaat sesudah membaca pesan itu.

"hah, kau pergilah turuti apa yang dia minta, aku dan kakek akan menyusul dari belakang bersama polisi beserta para detektiv terbaik kami, bawa ini untuk mengabari kami" tuan Minatozaki menyerahkan headset bluetooth pada Dahyun dan kunci mobil untuk kendaraannya.

"baik appa" Dahyun berlari menuju parkiran perusahaan tanpa memperdulikan tatapan para karyawan yang melihatnya.

-

Disinilah Dahyun, di sebuah pabrik tua yang sudah di tinggalkan lama oleh perusahaan yang memilikinya.

Bangunan itu tampak mengerikan dengan di lengkapi mesin-mesin cetak yang sudah lama tidak berfungsi hingga sebagian dari mesin-mesin itu menjadi berkarat dan sedikit membuat bunyi yang mengerikan jika terkena angin.

Dengan ragu Dahyun berjalan masuk ke dalam pabrik itu sambil melirik ke sana kemari memastikan jika di sekitarnya tidak ada bahaya yang akan menyambutnya.

"hey, selamat datang di tempat penyiksaan milikku, masuklah lebih dalam, aku akan menyambutmu dengan hormat karena kau adalah penonton specialku"

Sebuah suara tiba-tiba muncul begitu saja dari sebuah speaker yang sepertinya tersambung pada CCTV yang menyorot Dahyun dan seluruh mesin-mesin berkarat yang ada di sana.

"ayo masuk, jangan ragu karena aku akan menuntunmu menuju tempat di mana aku akan membuat dirimu terhibur dengan menghukum orang yang sangat-sangat bersalah dan selalu menjadi seorang yang merugikan"

Tbc...

Sorry for typo.

Aduh Sana?

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang