"Hyun kamu anterin tuh paket yang atas nama Minatozaki Sana ke alamat yang udah tertera di paketnya!" suruh Chaeyoung selaku anak dari pemilik perusahaan jasa pengiriman barang terbesar yang ada di korea selatan dan Cheyoung juga sudah di percaya oleh appanya untuk memegang kendali cabang pusat yang di tempati Dahyun hingga Chaeyoung dapat dengan mudah memerintah siapa saja yang berada di kantor itu.
"oke tapi bentar aku mau ke toilet dulu" setelahnya Dahyun langsung berlari munuju toilet karyawan yang tersedia di sana.
Setengah jam Dahyun berada di dalam toilet, Dahyun kemudian kembali dengan tangan yang terus memegangi perutnya yang sepertinya terasa sangat sakit hingga wajah Dahyun ikut pucat karena menahan sakit di perutnya.
"hyun nih paketnya" ucap Caheyoung menyerahkan kotak yang lumayan besar ke tangan Dahyun dan Dahyunpun reflex menerimanya.
Seketika Dahyun terdiam melihat kotak yang ada di tangan kirinya, entah kenapa saat Dahyun membaca nama yang tertera di sana, Dahyun menjadi agak ragu dan perutnyapun semakin terasa sakit saat membacanya.
"Hyun cepet anterin paketnya, kata yang ngirim juga paketnya jangan sampe di terima pas acara pernikahannya selesai"
"jadi ini kado buat temennya yang mau nikah Chae?" tanya Dahyun.
"kayaknya sih iya, buruan pergi Hyun aku takut nanti yang ngirimnya protes ke aku gara-gara kamu telat nganterinnya?"
"Chae kayaknya aku gak bisa deh, entah kenapa tiba-tiba perasaan aku jadi agak gak enak pas liat paket itu" tolak Dahyun yang tidak di setujui oleh Chaeyoung karena karyawannya yang lain sudah pada berangkat ke tempat peket tujuannya dan yang ada di kantor hanya tinggal Dahyun yang tadi pas mau berangkat Dahyun tiba-tiba izin ke toilet yang gak tau mau ngapain, mana lama lagi.
"Chae tolong kasihani sahabat uke mu ini" mohon Dahyun yang masih di abaikan oleh Chaeyoung.
"oke kalo kamu gak mau berarti nanti kita gak jadi pergi ke rumah Jeongyeon buat rayain pernikahan temen perempuannya dia" ancam Chaeyoung yang membuat Dahyun terdiam.
"gimana, kamu mau?"
"Chae perasaan aku lagi gak enak, terus perut aku juga dari tadi sakit terus" mohon Dahyun yang tetap tidak di setujui oleh Chaeyoung dengan segala caranya.
"oke aku anterin, tapi kalo aku udah anterin paket yang ini kamu harus bolehin aku istirahat di rumah?" tawar Dahyun yang langsung di setujui oleh Caheyoung tanpa berfikir lama.
"udah sekarang cepet pergi" usir Chaeyoung yang di balas dengusan malas oleh seorang Kim Dahyun sebelum ia benar-benar pergi keluar dan mengendarai motor maticnya menuju tempat tujuan paketnya harus di terima.
Sesampainya di tempat tujuan, Dahyun langsung menghampiri penjaga yang berdiri di depan pintu gerbang untuk menyakan dimana seorang yang bernama Minatozaki Sana.
"oh itu paket dari nona Myoui ya?" tanya ramah pria penjaga yang di belas anggukan gugup oleh Dahyun karena pria yang menjaga gerbang depan itu ganteng banget, maklumlah Dahyunkan uke.
"baiklah mari ikut saya" ajaknya yang langsung menarik tangan Dahyun agar dia ikut bersamanya menuju ruang rias pengantin.
sesampainya di sana Dahyun melihat sepasang suami istri yang sudah lumayan tua sedang termenung di salah satu sofa yang berhadapan sambil memijat pangkal hidung mereka masing-masing dan di temani seorang pengantin wanita yang tampak cantik, namun dia sepertinya sedang menangis karena Dahyun melihat ada air mata yang mengalir di pipinya.
"emm...permisi, saya di sini hanya ingin mengantarkan paket dari nona Myoui Mina untuk nona Minatozaki Sana" Dahyun meletakan kotak itu di meja kecil yang tersedia di samping pintu masuk karena mereka hanya diam dan menatap Dahyun tanpa ada niatan ingin mengambil paket itu dari tangan Dahyun.
"umm bolehkan anda menandatanganinya sebagai bukti kalau paketnya sudah di terima?" tanya Dahyun menyerahkan kertas yang harus di tanda tangani oleh salah satu dari mereka sebagai tanda bukti jika paketnya sudah di terima.
Untungnya seorang pria paruh baya yang tadi duduk sambil memijat pangkal hidungnya bersedia menandatanganinya hingga membuat Dahyun lega karena tugasnya sudah selesai dan dia bisa pergi istirahat di rumah karena sakit yang ada perutnya.
"baiklah kalau begitu saya permisi dulu, tuan nyonya" pamit Dahyun yang setelahnya langsung berjalan ke arah pintu dan meraih gagangnya untuk membuka pintu itu.
Tepat saat Dahyun hendak membukanya pria paruh baya yang tadi menandatangani tanda terima paket yang di antarkan Dahyun, memanggilnya hingga Dahyun berhenti dan membalikan badannya ke arah mereka.
"ne? Apa ada sesuatu yang anda butuhkan?" tanya Dahyun yang berusaha ramah walaupun sedikit kesal.
"bisakah kamu menikahi anak saya?" pintanya yang membuat Dahyun berekspresi cengo dan sedikit memekik walaupun tidak terdengar oleh mereka.
"yeobo!" tegur istrinya yang hampir berteriak.
"maaf tuan, jika anda ingin bercanda saya rasa sekarang ini bukan waktu yang tepat hehe" ucap Dahyun yang berusaha menanggapinya secara santai dan tidak panik.
"apakah wajah saya terlihat sedang bercanda" seriusnya yang berhasil membuat Dahyun menelan ludahnya kasar.
"tapi saya belum siap menikah tuan, saya masih muda dan lagi pula jika saya menikah saya harus izin pada orang tua saya dulu"
"berikan alamat rumah kamu agar orang-orang saya bisa berbicara pada orang tua kamu" ucapnya yang masih bersikeras ingin menikahkan Dahyun bersama putrinya yang hanya terdiam manatap Dahyun dan ayahnya.
"tuan saya mohon jangan paksa saya, saya masih muda dan saya masih belum mapan untuk menikahi putri anda karena jika nanti saya menikahi putri anda saya akan memberi makan apa dia nanti"
"saya akan bayar kamu berapapun asalkan kamu bisa menyelamatkan nama baik saya dengan menikahi putri saya"
"saya tidak peduli berapapun uang yang anda tawarkan karena kebahagiaan bukanlah sebatas uang tuan, lagian jika putri anda tidak memiliki calon untuk di nikahi kenapa anda menggelar pernikahan sebesar dan semewah ini tuan"
"calon anak saya kabur dan kamu tahu jika orang terhormat seperti saya harus menjaga nama baik di mata orang banyak, apalagi anggota keluarga saya adalah seorang yang selalu memperdulikan citra di mata orang banyak. Jika pernikahan ini batal harga diri saya mau di taruh di mana, saya mohon tolong saya" dia menghembuskan nafas kasarnya sebelum melanjutkannya.
"kamu bisa menandatangani surat perjanjian yang akan saya buat agar kamu nanti bisa terbebas jika pengantin yang asli sudah kembali" lanjutnya yang langsung di tatap oleh tatapan tidak percaya oleh Dahyun.
"apakah pernikahan adalah sebuah perjanjian di mata anda tuan? Apakah anda tidak berfikir jika putri anda nanti tidak bahagia atas pernikahan ini? Aish jinja aku tetap tidak mau" Dahyun dengan nekat langsung melangkahkan kakinya kembali ke arah pintu keluar karena Dahyun memang benar-benar belum mau menikah, lagi pula umur Dahyun baru 20 tahun dan Dahyun juga masih mau menikmati masa lajangnya dengan mencintai para pria tampan yang sejenis dengan hyungnya.
Sebelum Dahyun membuka pintu keluar Dahyun langsung di kejutkan oleh terbukanya pintu dengan menampilkan semua anggota keluarga Kim yang sedang memasuki ruangan itu dengan wajah panik dan tergesa-gesa.
Tbc...
Sorry for typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
أدب الهواةOnly my couple SaiDa. Jangan menganggap serius apa yang aku tulis di cerita ini karena ini hanyalah sebuah imajinasi yang datang di waktu gabut akibat pandemi, bahkan saking gabutnya aku berak sambil bawa handphone buat nemenin aku di kamar mandi. Y...