45(Epilog)

1.9K 179 23
                                    

Tak terasa waktu dari kejadian penculikan itu sudah berjalan satu bulan dan waktu satu bulan itu selalu Dahyun pakai untuk membuat Sana bahagia sesuai janjinya pada nyonya Minatozaki, membuat Sana bahagia ternyata adalah hal yang mudah karena Dahyun membahagiakan Sana hanya dengan perlakuan kecil dan juga perlakuan konyol Dahyun yang terkadang berubah-ubah sesuai mood yang Dahyun miliki.

Namun akhir-akhir ini Dahyun sedikit berbeda karena Dahyun selalu saja meminta hal yang aneh-aneh pada Sana seperti ingin memakan seafood padahal Dahyun memiliki alergi hingga Sana tidak memperbolehkannya dengan berujung Dahyun tidak mau bicara pada Sana dalam kurun waktu 24 jam non stop walau Sana sudah berusaha sekeras mungkin untuk membujuk Dahyun.

Keinginan Dahyun yang lainnya adalah Dahyun ingin naik bianglala dan ingin menyebrangi Jembatan kaca Zhangjiajie di china yang bisa membuat lutut orang yang menyebranginya gemetaran, padahal aslinya Dahyun sangat takut akan yang namanya ketinggian.

Saat ini Dahyun sedang cemberut karena Sana tidak mau menuruti keinginannya yang ingin memakan mangga muda, sebenarnya wajar jika Sana menolak karena waktu sudah menunjukan waktu tengah malam dan Dahyun tiba-tiba membangunkan Sana dengan alasan ingin makan mangga muda. Heol jika saja Dahyun bukan suami Sana, maka Sana berjanji akan melemparkan Dahyun dari atas balkon kamarnya.

"chagiya, aku maunya sekarang?" rengek Dahyun memeluk pinggang Sana dari belakang dengan sesekali menciumi leher Sana yang terbuka.

"Dahyun ah besok saja ne? Ini sudah tengah malam sayang, aku takut jika nanti kamu sakit perut karena makan buah asam malam-malam begini" tolak Sana untuk yang kesekian kalinya hingga membuat Dahyun menyerah dan melepaskan pelukannya di pinggang Sana menengkurapkan tubuhnya memeluk bantal yang ia tiduri.

Helaan nafas Sana keluarkan melihat sikap Dahyun yang begitu kekanakan jika sedang menginginkan sesuatu seperti perempuan yang sedang mengidam.

Tubuh di balikan menatap Dahyun yang sedang tidur telungkup memeluk bantalnya yang kepalanya menghadap nakas menatap lampu tidur yang mereka gunakan untuk menerangi ruangan saat lampu utama mereka di matikan.

"sayang besok saja ne? Aku janji kita akan membelinya besok" Sana mengusap lembut rambut Dahyun yang kini sudah sedikit memanjang dengan halus dan dengan di selingi kecupan lembut dari Sana di kepala Dahyun.

"terserahmu saja" dingin Dahyun yang enggan membalikan tubuhnya menghadap Sana yang kini sedang mengusap lembut rambutnya.

"sayang please jangan bersikap seperti itu ne? Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu" bujuk Sana yang mati-matian menahan emosi karena sikap Dahyun yang selalu saja membuatnya emosi.

"oke terserah kamu saja" Dahyun bangkit dari tidurnya mengambil coat yang sering ia pakai untuk bepergian jika sedang musim dingin atau di malam summer seperti ini.

"mau kemana?" tanya Sana yang melihat Dahyun sedang memakai coat dan topi miliknya.

"mau cari angin di sini gerah" dingin Dahyun yang hendak membuka pintu kamar.

"yak kalo kamu berani buka pintu itu, jangan harap jika besok kamu boleh masuk lagi kesini" teriak Sana yang membuat Dahyun berhenti bergerak.

Dahyun membalikan badannya menatap Sana yang sedang terduduk bersila di ranjang dengan wajah dan mata yang terlihat datar.

"terserah kamu" akhirnya Dahyun langsung membuka pintu pergi begitu saja meninggalkan Sana yang kini terdiam menatap kepergian Dahyun.

"sebenarnya dia kenapa sih? Gitu aja ngambek, padahal aku gak ngapa-ngapain loh? Aku cuma mau bermaksud baik biar dia gak sakit" monolog Sana yang di akhiri dengan helaan nafas berat dan langsung menidurkan dirinya di ranjang yang sedang ia tiduri.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang