30

1.9K 176 34
                                    

Tin...tin...

Suara klakson mobil terdengar di telinga Sana, Sana langsung keluar dari mansion menghampiri mobil itu dan memasukinya tanpa banyak bicara.

"eoh kau siapa?" tanya Sana sedikit kaget saat mendapati orang asing yang mengendarai mobilnya yang di bawa Dahyun tadi pagi.

"astaga, kau tidak mengenalku?" Sana menggeleng menatap pria itu dengan penuh curiga dan bersiap-siap akan keluar mobil.

"hey kau mau kemana? Tenang aku bukan penjahat, aku kakak iparmu tau?" Sana langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap pria itu kaget.

"eoh aku minta maaf, aku tidak tahu oppa" sesal Sana tidak berani menatap Lisa yang kini sedang menatap Sana heran.

Lisa menggeleng pelan melihat sikap Sana yang cukup siaga dengan orang baru, setelah melihat ke samping yang tepatnya pada Sana yang sudah siap Lisa langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan mansion keluarga Minatozaki.

"Dahyun sekarang sedang memasak di apartemenku, dia bilang dia ingin menyiapkan makanan favoritmu dengan tangannya sendiri hingga dia menyuruhku untuk menjemputmu, bukankah dia adik yang cukup tidak sopan menyuruh seorang yang lebih tua darinya" ucap Lisa sedikit memberi tahu Sana sekaligus menghapus kecanggungan di antara mereka.

"oppa untuk sikapku yang tadi itu aku minta maaf" akhirnya Lisa dapat mendengar suara Sana walau Sana hanya menucapkan kata maaf padanya.

"tak apa lupakan saja, aku justru kagum dengan sikap siagamu itu karena kau menandakan jika kau adalah perempuan yang tangguh dan bukan perempuan yang lemah. Terus pertahankan sikap siagamu itu, jika ada penjahat yang menyakitimu bunuh saja dia dengan ini" Lisa meletakkan pistol kecil yang hanya berisi dua peluru ke pangkuan Sana.

Sana terbelak menatap Lisa tidak percaya.

"op-oppa!" pekik Sana mengembalikan pistol kecil yang ada di pangkuannya pada Lisa.

Lisa terkekeh sebentar dan mengembalikan pistol itu ke pangkuan Sana kembali.

"suatu saat itu akan berguna untukmu, berhati-hatilah dengan ibumu dan pria itu. Peluru yang ada di dalam pistol itu cukup untuk membunuh mereka" Sana terhenyak mendengar ucapan Lisa yang seakan menuduh jika eommanya dan pria yang Sana tidak tahu itu jahat.

"oppa siapa kau sebenarnya?" tanya Sana heran dengan Lisa yang tiba-tiba seperti itu dan memberikan suatu barang yang menurutnya sangat berbahaya, pasalnya senjata api itu hanya bisa di miliki oleh orang-orang khusus.

"aku bukan siapa-siapa, aku hanya ingin kau dan adiku aman" Lisa menghentikan mobilnya tepat di basemant lantai atas apartementnya.

"ayo turun, jangan katakan apa-apa pada adikku soal apa yang aku ucapkan dan berikan padamu. Jangan temui pria itu lagi karena dia terlalu berbahaya untukmu" Lisa turun untuk membukakan pintu penumpang dan menarik Sana pergi menuju unit apartemennya yang berada di lantai paling atas dekat rooftop.

Sana diam tidak melawan karena jujur dia sangat takut pada Lisa.

"jangan takut padaku Sana, aku tidak akan menyakitimu dan semua orang yang tidak bersalah jika aku tidak lupa" Sana menghentikan langkahnya dan melangkah mundur menjauhi Lisa.

Lisa tertawa mengerikan hingga membuat Sana makin memundurkan langkahnya karena takut.

"aku boleh bertanya?" sana mengangguk sambil terus melangkah mundur.

"kau tinggal di lantai 20 seperti diriku, di suatu malam kau kegerahan dan memilih bersantai di rooftop untuk menikmati angin karena AC di apartemenmu sedang tidak berfungsi. Sedang enak-enaknya kau menikmati angin untuk membuatmu tidak kegerahan lagi tiba-tiba kamu merasakan jika ada seorang yang berpakaian serba hitam lengkap dengan senjatanya mendekatimu, pada saat situasi itu pasti kau akan lari sambil berharap jika kamarmu berada di lantai yang dekat dengan situasi yang kau alami. Jika itu terjadi kau akan memilih berlari pada lantai berapa?" Sana bingung dengan pertanyaan Lisa yang sangat panjang.

"ak-..." Lisa mengisyaratkan pada Sana untuk jangan dulu menjawabnya.

"aku punya 4 pilihan untukmu, pilihan pertama kau akan berlari sejauh mungkin menuju salah satu lantai dari 1 sampai lantai 10, pilihan kedua kau akan berlari menuju lantai 10 sampai lantai 15, pilihan ketiga kau akan berlari menuju ke salah satu lantai 15 sampai lantai 20 dan pilihan terakhir kau akan berlari di lantai 20 dan basemant, pilih salah satu dari pilihan yang aku berikan?" Sana berhenti melangkah mundur dan tampak berfikir.

"aku memberimu 5 detik untuk berfikir"

"5"

"4"

"3"

"2"

"tentukan pilihanmu"

"ak-aku memilih pilihan terakhir" Lisa tersenyum mendengar jawaban Sana.

"wae?"

"di dalam pertanyaannya aku berharap jika aku tinggal di lantai yang dekat dari tempat kejadian itu,di dalam pertanyaan juga ternyata tempat tinggalku memang di lantai terakhir yang artinya aku bebas berlari karena aku hapal betul lantai tempat tinggalku untuk bersembunyi, di basemant aku aku bisa bersembunyi di belakang salah satu mobil untuk menghindari penjahat itu" Lisa tersenyum mendengar alasan Sana yang artinya Sana tidak gila.

"jawabanmu memang benar tapi alasannya salah, jika aku jadi kau aku akan berlari di sana bukan untuk menghindarinya atau takut di apa-apakan olehnya. Aku berlari ke lantai itu karena aku lebih hapal betul lantai tempat tinggalku di banding lantai-lantai yang lain, aku tau di mana tempat-tempat yang pas untuk menunggu jalur langkah penjahat itu agar aku bisa langsung membunuhnya untuk membuatku aman, untuk basemant aku bisa bersembuyi di mobil yang berada di dekat penjahat itu untuk mendekatinya perlahan dan membunuhnya" Sana bergidik ngeri mendengar penjelasan Lisa.

"semoga itu bisa membantumu mengetahui siapa aku" Lisa menarik paksa tangan Sana menuju pintu apartemennya dan langsung merubah mimik wajahnya setelah membuka pintu apartemen yang menampilkan Dahyun yang sedang menyiapkan meja dan makanannya. 

"Dahyun ah apa hyung lama?" Dahyun menggeleng dengan senyum manisnya dan meraih tangan Sana yang sebelumnya di ganggam Lisa untuk di genggamnya.

"kau jangan menyentuh istriku hyung karena dia milikku" ucap Dahyun menyembunyikan Sana di belakang punggungnya.

"ara dia milikmu, jaga dia agar tidak ada yang merebutnya darimu" Lisa langsung duduk di kursi meja makan yang hanya bisa di isi empat orang dan langsung mempersilahkan yang lainnya duduk.

"baik Sana kau coba duluan makananmu agar kau tidak cemburu juga padaku seperti kau cemburu pada Momo" Dahyun menatap Lisa jengkel karena telah membocorkan isi curhatan Dahyun.

"hyung kau sungguh ember" rengek Dahyun yang di balas tawa Lisa dan tawa canggung Sana.

Sana memasukan makanan yang di sediakan Dahyun kedalam mulutnya.

"woah ini sangat enak sayang, kamu hebat" puji Sana yang membuat Dahyun tersipu malu.

"baiklah, hyung akui jika kau sangat hebat dalam mempelajari resep baru, ini sangat enak" timpal Lisa yang membuat Dahyun makin senang.

"gumawo" setelahnya mereka kembali memakan makanan mereka dengan sedikit percakapan ringan yang bernilai receh hingga mereka sesekali tertawa mendengar perkataan bernilai receh yang di lontarkan Dahyun ataupun Lisa.

Tbc...

Sorry for typo.

Ada yang bisa menebak siapa sebenarnya Lisa?

Btw, selamat pagi buat yang bangun pagi.

accidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang