Ciuman Dahyun kini mulai turun ke arah leher dan mencium belahan dada sang istri yang sedikit terekspose akibat ulahnya.
Tangan dengan gesit mempereteli kancing piama Sana hingga Dahyun dapat melihat payudara kembar Sana yang masih terbungkus oleh bra berwarna hitam dan dengan spontan Dahyun meremasnya secara lembut sampai Sana harus manggigit bibir bawahnya agar dia tidak meloloskan desahannya.
"Dahyun ahhh aku sudah tidak tahan!" bisik Sana yang membuat Dahyun tersadar dengan apa yang dia lakukan dan menghentikan aktivitasnya.
"yak kenapa berhenti?" kesal Sana yang berusaha memulai kembali aktivitas mereka dengan mencium bibir Dahyun, Dahyun yang mulai sadar dengan perbuatannyapun langsung membungkam bibir Sana dengan tangan kanannya.
"Sana ini salah!" lirih Dahyun yang berusaha mati-matian menahan nafsunya yang memuncak.
"mwo? Apa yang salah dengan itu, kita suami istri Dahyun" tegas Sana yang di balas tatapan lirih Dahyun.
"aku belum mencintamu, kau hanya perlu tau itu" ucap Dahyun sambil mengancingkan kembali piama Sana dan merapihkan rambut Sana yang sedikit berantakan akibat ulahnya.
Sana menahan tangan Dahyun yang sedang merapihkan rambutnya untuk di raihnya dan di kecup secara lembut.
"cinta akan tumbuh saat kita memiliki anak sayang" lembut Sana mengusap sensual rahang tegas Dahyun.
"aku tau, tapi aku belum siap memiliki baby karena aku masih muda"
"kita bisa pakai pengaman sayang" bujuk Sana yang keukeh untuk memaksa Dahyun supaya Dahyun melakukan itu dengannya.
"Sana kumohon mengertilah!" tegas Dahyun yang masih terdengar lembut.
"kenapa kau selalu menolak saat aku menginginkan itu? Apa kau tidak pernah mengingankan hal yang sama seperti yang aku inginkan?"
"bukan seperti itu Sana, kumohon hormatilah keputusanku ini! sebelumnya aku tidak pernah meminta sesuatu padamu dan permintaanku kali ini tidaklah sulit untuk di kabulkan!" Sana terkesiap Saat mendengar nada sarkasme Dahyun yang seperti sedang prustasi.
"tidak sulit hmm? Itu menurutmu Dahyun, aku perempuan dan aku sangat ingin menjadi seorang ibu" tolak Sana dengan nada tegasnya.
"Sana!"
"kau fikir aku nyaman dengan status suami istri yang hanya sebuah status? Aku ingin merasakan bagaimana rasanya menikmati status pernikahan dan di perlakukan selayaknya seorang ratu oleh suaminya Dahyun!" tekan Sana yang setelahnya turun dari pangkuan Dahyun dengan sedikit meralihkan piamanya yang hanya sebatas paha itu.
"Sana dengarkan aku!"
"apa kau fikir mencintai sendiri itu tidaklah sakit hmm? Aku berjuang keras untuk mendapatkan perhatianmu dengan segala cara yang aku bisa, tapi kau sama sekali tidak menggubrianya walau aku tidak mendapatkan sikap dinginmu"
"Sana!" ucap Dahyun yang berusaha meraih tangan Sana.
"aku mencintaimu Dahyun, apa kau tidak melihat itu di mataku huh?" teriak Sana yang berhasil memancing emosi Dahyun yang sedari tadi berusaha sabar.
"SANA CUKUP!" bentak Dahyun mencengram bahu Sana agar Sana diam dan mendengarkannya.
"pernikahan kita hanya baru berjalan sekitar enam hari, jadi tolong kamu pahami aku! Aku tidak ingin jatuh cinta pada orang yang salah" lembut Dahyun yang tidak di sambut baik oleh Sana.
"ohh...jadi aku perempuan sembarangan maksudmu? Arraseo aku cukup tau di mana posisiku" ucap Sana dengan nada bergetarnya.
Dengan perlahan air mata Sana mengalir hingga membuat Dahyun prustasi melihatnya.
"Sana! Semalam kita sudah membicarakan ini jadi berhenti melakukan itu, jujur aku muak dengan sikapmu yang seperti ini" prustasi Dahyun yang berusaha tidak menjadikan hal ini sebagai penyebab pertengkaran mereka.
"kau muak denganku Dahyun? Woah sungguh aku baru mendengar kalimat menyakitkan darimu sejauh umur pernikahan kita yang baru enam hari itu" Sana terkekeh geli dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
"Sana, aku mohon hentikan ini aku pusing jika terus seperti ini" Dahyun bersimpuh sambil memegang telinganya yang berdengung akibat ucapan Sana yang terus menerus terngiang di kepalanya.
"jika kau ingin aku berhenti maka kau juga harus berhenti mencegahku melakukan sesuatu yang pantas aku dapatkan"
"Sana stop ini bukan dirimu" Dahyun bangkit dan memeluk Sana erat walau harus beberapa kali mendapatkan pukulan di punggungnya.
"kau tidak mengerti Dahyun" berontak Sana memukul-mukul punggung Dahyun dengan sekuat tenaganya.
Dahyun diam walau punggungnya sakit karena Sana terus menerus memukul punggungnya dengan sedikit kuat.
Pelukan di aratkan untuk menenangkan Sana yang mulai terisak hebat sambil mencengkram kuat hoodie belakangnya.
"bagaimana aku bisa mengerti jika kamu saja bahkan tidak bisa mengerti bagaimana aku" lirih Dahyun yang mulai melemah.
"aku belum siap Sana, aku belum memikirkan apa yang akan terjadi" lanjut Dahyun.
"aku paham kamu jika kamu seperti itu, tapi kita bisa memikirkannya bersama bukan?" ujar Sana dengan tangis yang mulai mereda.
"tetap saja aku tidak bisa melakukan itu, aku akan memintanya jika aku sudah siap Sana" lembut Dahyun melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Sana setelah mengecup lembut bibir sang istri.
"kau laki-laki Dahyun, seharusnya aku yang mengucapkan itu padamu karena pada saat kita melakukan itu kau tidak akan merasakan sakit seperti yang aku rasakan, kau hanya tinggal melakukannya saja Dahyun"
Dahyun diam tidak merespon Sana, Dahyun hanya sibuk mengusap pipi Sana yang terdapat jejak air mata yang sempat mengalir.
"ayolah Dahyun kita harus melakukan itu karena kita suami istri, aku ingin merasakan bagaimana rasanya itu Dahyun" prutasi Sana yang sudah kehabisan akal bagaimana caranya membujuk Dahyun.
"Sana kumohon berhenti membahas itu, aku sudah bilang jika aku tidak mau maka kau harus mengerti itu!" tegas Dahyun yang membuat Sana diam.
Dahyun mengambil nafas berat melihat wajah terdiam Sana.
"malam ini aku mau menginap di apartemen hyungku, kau jangan mencariku" Dahyun pergi dengan perasaan campur aduk menuju kamar untuk mengambil beberapa barang yang akan ia bawa menginap di apartemen Lisa.
Tak lama Dahyun turun kembali dengan tas yang berada di punggungnya dan menghampiri Sana yang terdiam mematung menatapnya.
"aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik dan aku akan kembali besok" pamit Dahyun melangkah pergi, namun baru beberapa langkah Dahyun berjalan, Sana menarik hoodie yang Dahyun pakai dari belakang.
"aku minta maaf sayang, jadi kumohon jangan pergi" ucap Sana dengan suara bergetarnya.
Dahyun membalikan badannya menatap Sana teduh tanpa kemarahan.
"aku hanya ingin menenangkan diriku terlebih Dahulu karena jujur saat ini emosiku sedang tidak stabil dan aku takut jika nantinya aku akan menyakitimu. Aku janji akan pulang besok dan aku akan pulang pagi-pagi sekali sebelum kau terbangun" bujuk Dahyun yang membuat Sana mau tidak mau harus menuruti kemauan Dahyun.
"baiklah tapi jangan berbuat macam-macam" peringat Sana yang hanya di angguki Dahyun.
"terima kasih sudah mengerti, sudah jangan menangis lagi aku minta maaf" Dahyun mendekat dan mengecup singkat pucuk kepala Sana.
"aku pergi dulu" Dahyun melangkah keluar meninggalkan Sana yang sedang terdiam menatap punggung Dahyun yang mulai menjauh.
Tbc...
Sorry for typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
accident
FanfictionOnly my couple SaiDa. Jangan menganggap serius apa yang aku tulis di cerita ini karena ini hanyalah sebuah imajinasi yang datang di waktu gabut akibat pandemi, bahkan saking gabutnya aku berak sambil bawa handphone buat nemenin aku di kamar mandi. Y...