60. Kereta Desember

159 15 8
                                    

Desember 2004

"konferensinya sampai Minggu ketiga Le, banyak yang harus gue siapin" ujar Dimas dalam sambungan telepon

Ale sedikit merengut mendengarnya "kan enak mas tahun baruan di Jakarta bareng anak anak ." Lirihnya menyanggah Dimas

"Yah Le, namanya tugas bawa nama kampus , Lo support gue kan? Udah berhasil lho gue ini." Cibir Dimas di ujung sana

"Iya bro ,prioritaskan masa depan Lo .gue cuma mikir ...would be nice kalo kita bisa ngumpul tahun baru ini di rumah gue " Lirih Allegro

"Oh iyaaa, buat yang terakhir di sana ya? Mau digusur?" Lanjut Dimas teringat

"Iya Mas, tempat maen masa kecil " Lirih Ale

Dimas sedikit tergelak "tentunya definisi Maen nya berbeda antara kita berempat , sama elo dan Ate " Ujarnya diantara tawanya

"Dimas aaah" Keluh Allegro gusar

"Becanda Le , lagipula kenangan kan tetap kenangan" sambung Dimas lagi

"Tapi kalo kenangan gak enak diinget inget lagi kan tetep bikin sakit mas" Timpal Ale kesal

"Gak enak? Kalo gak enak Lo gak mungkin ulang ulang terus sama Jati" Dimas kembali tertawa tawa ,Ale makin kesal

"Heh, cabul Lo kok ngeselin sih? NgeDolly dulu sana" ujar Ale emosi

Dimas di ujung sana tertawa terpingkal pingkal "enak Aja,mumpung di Jawa timur gue ke Tebu Ireng dong" Sombong Dimas

"Emang bisa pesantren kilat gitu?" Bingung Ale lagi

"Kagak, nganterin titipan bang Tama sama orang situ,abis itu gue ya NgeDolly" Lempeng Dimas

Ale terdiam "seriusan Lo mas?" Lirihnya

"Ya nggak lah bangsat, gue udah ngelakuin kesalahan besar beberapa bulan lalu ,udahlah gak mau gue ulang ulang lagi ,gue bukan takut dosa, takut ribet aja" Jawab Dimas Lagi.

Ale tertawa perlahan ,keadaan menjadi lebih sunyi diantara mereka berdua

"Dan Lo gak perlu nyakitin diri Lo sendiri juga Le, Lo gak perlu segitunya buat Jati" Lanjut Dimas Lugas

Allegro terdiam memandangi maket, foto foto lokasi dan rencana prewedding ,konsep konsep souvenir dan menu ,semua terhampar di meja besar di paviliun rumah singgah Jati.

"Gue baik baik aja kok mas, gue yang maksa jadi ketua panitia,mas Jati itu orangnya gak enakan nanti vendor pada semena mena gue yang harus jaga biar sesuai standar" jelas Allegro panjang lebar

Dimas mencebik "dia bakalan ninggalin Lo anyway Le ,apa yang Lo harapin lagi sih Le? Jati terenyuh dan ninggalin Amanda di pelaminan?" Tajamnya dingin

Allegro terdiam lagi ,Dimas tidak disisinya figuratif maupun realita dan Dimas adalah pencela yang sadis jika dia tidak setuju Dimas dan Allegro berbagi jiwa yang sama jika terkait kritik mengkritik

"Gue mau berguna mas, gue mau berguna buat Mas Jati sampai kami selesai...." Lirih Allegro

"Tapi kan Le" Allegro yang tidak kuat menutup sambungan telepon itu dan terduduk memandangi semua hal terkait pernikahan Jati yang terhampar di meja bundar di depannya.

"Le ,kenapa?" Jati yang baru saja datang melihat Allegro terduduk bengong di depan Meja besar Paviliun itu

Allegro tertawa ringan "letih aja Mas gapapa" ujarnya samar lalu kembali menenggelamkan diri Pada hamparan detail di hadapannya

Jati memeluknya dari belakang "kamu jangan sok kuat lho ....aku bisa cari orang buat urus ini semua...." Lirih Jati ...

Allegro menarik napas panjang "kalo gue berhenti gue gak akan bisa mulai lagi mas...ini penting ....ini hadiah gue buat pacar gue ....kenapa kalian gak biarin gue berhasil sih ....?" Emosi Allegro seraya melepaskan pelukan Jati kemudian keluar serta terduduk di beranda.

01.Matahari KepagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang