56.More Than That

101 14 2
                                    

"cek cekin lagi Nad jangan ada yang tertinggal ." Ale masih dengan serius memandangi komputernya,sedang membalas beberapa Email dari kolega pak Pur .kebanyakan mengundang seminar .

"Udah kok Le ,tinggal Jalan .jadwal warung mie udah di rubah ya?" Ale mengangguk .

"Lagian Desember juga Si Amanda udah disini lagi .gak terlalu berubah lah ...jawab Ale ."

Nadia mengangguk angguk "Eh tapi jangan lupa Dimas bakalan sibuk sama si Wulan harus di akomodir ya jadwalnya "

Tiba Tiba pak Purwandi Memasuki ruangan dengan tergesa gesa .

"Nad ,kamu siapin waktu Minggu ini .Pak Binsar gak bisa kalo kamu reschedule sidang .beliau akan lama di Sorbonne .sekarang hari."

"Senin pak." Lengkap Ale .

"Saya akan bilang akademik minta waktu buat ruangan hari Jumat jam 13.00,kamu sidang ."

Nadia memandangi Ale " gapapa sih Nad.elo ke Jakarta kan Sabtu pagi."

Nadia terdiam ."Bapak pikir saya siap?"

Purwandi mengangkat bahunya ."kamu tinggal bilang iya,saya langsung ke akademik ini ..atau mau nunggu November 2005 ,Pak Binsar baru bisa tanggal segitu ."

"Harus banget sama pak Binsar pak?" Tanya Ale

"Ini si princess milih materi spesialisasi nya pak Binsar ,saya cuma dosen pembimbing dua.Jadi ya harus sama pak Binsar"

Ale memandangi Nadia yang masih terdiam
"Udah Nad,hajar" Ujarnya tak sabar

"Baik pak,saya segera siapkan ." Tegas Nadia .pak Purwandi mengacungkan jempol kemudian segera bergerak ke Akademik .

"Wow ,le gue panik."Ale menghampiri Nadia dan menepuk nepuk pundaknya

"Check list Lo siapin .gue, Jati dan Dimas bertiga bagi tugas ,elu siapin materi" Sigap Ale ,Nadia tersenyum dan mengangguk

********
"Ini biar apa sih lan?" Dimas memandang cermin besar di depan ranjang Wulan ....

wajah perempuan itu tampak ceria dengan banyak sekali kepang kecil di kepalanya "Bayinya yang minta...." Ujarnya senang

"Lo yakin itu bukan bisikan setan?" Kesal Dimas

"Bisikan setan itu waktu kita tindih tindihan ,ini mah malaikat ....malaikat dalam perut mama ,ya sayang " Wulan mengelus elus perutnya yang mulai membuncit

"Itu emang besarnya segitu atau bareng napsu makan kamu nambah ?"

"Gak sensitif amat sih? perempuan gak suka dibilang gendut"

Ya mana gue tau, Nadia kan gak pernah gendut ...bathin Dimas ....

"Makanya kalo kontrol aku di ajak masuk ...biar aku paham ,gimana dimensinya itu perut " Cerocos Dimas

"Ya namanya ada bayi di dalem,wajarlah gede " Bela Wulan

"Kamu yakin itu di dalem bayi doang ? Bukan kos kosan " Gerutu Dimas

"Lambe mu mas " Toyor Wulan .

"Bukannya gitu Diajeng"  Ujar Dimas tak sabar

"Bukannya gimana?" Wulan mengangkat rambutnya ,Dimas mengipasi lehernya yang penuh keringat .

"Nanti kalo si dedek makin besar kamu akan membawa berat si dedek.kalo kamu ikutan besar juga .bayangin gimana kamu jalan "

Dimas memegangi telapak kaki Wulan "ukuran sepatu kamu kira kira 37 ,tinggi kamu 160 an . Berapa kira kira maksimal bobot kamu ? bayangin kalo kaki kamu harus nopang kamu" Dimas pelan pelan memijit betis Wulan .

01.Matahari KepagianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang