001

2.6K 339 40
                                    

15 agustus 2020

🍭🍭🍭

Pada pertemuan pertama yang tak terduga, Radin sudah harus menelan wejangan sedap mantap dari sang wali tingkat baru. Sebagian pertanyaan dalam kepalanya terjawab sudah, ketika tanpa diminta Soraya menjelaskannya secara langsung. Bu Lusi—wali tingkat sebelumnya, kini sudah direkrut oleh salah satu lembaga pemerintahan untuk menjadi anggotanya. Maka dari itu, Soraya diminta untuk turun langsung menggantikan posisi yang kosong tersebut. Kurang lebihnya demikian.

"kamu pernah ikut organisasi apa sebelumnya? Himpunan?"

Cowok itu mengangkat kepala sekilas, "iya, bu." jawabnya lalu kembali menurunkan pandangan kebawah.

"saya sedang bicara loh, bukan marah."

Kode yang meluncur bebas dari mulut Soraya mampu membuat Radin tersadar dengan sikapnya yang sudah seperti orang bodoh sejak tadi. Ia lantas memandang dosennya itu beberapa detik, kemudian kembali memalingkan wajah dan memilih untuk menatap botol minum merah muda diatas meja kalau bisa sampai matanya keluar. Oh, tidak. Begitu saja lebih nyaman.

Radin membatin dalam hati, ingin mengutuk isi pikirannya saat ini. Dimana ia malah merasa seperti sedang diceramahi oleh kekasih daripada dosen. Kalau tidak Soraya sendiri yang memperkenalkan diri di kelas beberapa waktu lalu, Radin tidak yakin akan mengenalinya sebagai dosen. Sampai kapan pun. Serius.

Soraya mengikuti arah pandang Radin yang jatuh kearah botol minum miliknya, lalu menghela nafas tertahan. "kamu haus? Mau minum?"

"hah?" refleks buruk cowok itu, serta merta langsung ditutupnya mulut rapat-rapat. "enggak, bu. Maaf, saya kurang konsentrasi."

"berarti kamu kurang cairan. Nih, minum." Soraya menggeser botol minumnya ke hadapan sang mahasiswa.

Sementara Radin sudah membulatkan mata dengan mulut sedikit terbuka dan hampir saja mengeluarkan kata-kata yang—ah, oke, masih bisa ia tahan kali ini. Maklum, dosennya cantik bukan main. Jaga imej sedikit adalah satu-satunya cara untuk menutupi first impression buruk Soraya terhadap dirinya.

"gak mau punya saya?" tanyanya, ia lalu mengambil air mineral kemasan lainnya dari kardus dibawah meja. Persediaan untuk masing-masing dosen. Diserahkannya botol yang masih tersegel itu pada Radin, tentunya dengan wajah setenang air danau yang belum kedatangan buaya.

"bu, bukan begitu maksud saya. Saya cuma, anu—"

"anu apa?"

Goblok, kenapa gue gagap sih?

Sekali lagi Soraya menghela nafas, kali ini disertai gelengan kepala yang menunjukkan secara non verbal bahwa ia benar-benar tidak habis pikir dengan isi kepala peserta didiknya itu.

"kalo sekarang semester lima berarti usia kamu dua puluh atau dua satu kan?" tebaknya, "tolong jaga dan perbaiki sikapnya terutama pada orang yang belum dikenal. Itu kesan pertama saya melihat kamu, belum dewasa."

Cukup menohok, karenanya Radin hanya bisa mengangguk bodoh dan mengiyakan setiap kata yang terlontar dari bibir manis sang dosen. Sedikit kurang fokus, akibat pemandangan terlalu indah didepannya.

"cukup, silahkan keluar. Kamu belum makan siang kan?"

Cowok itu mengangguk lagi, "makasih bu, saya permisi." katanya sembari bangkit dari kursi.

Baru saja akan melangkah keluar, Soraya sudah lebih dulu mengacaukan gerakan kaki Radin dengan menyebut namanya.

"itu dibawa." tunjuk Soraya kearah botol air yang masih utuh diatas meja.

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang