22 agustus 2020
🍭🍭🍭
"bu Raya!"
Si pemilik nama menoleh, lantas membekukan pergerakan kaki Radin saat sedang berlari kearahnya. Lebih kepada respon yang tidak disadari, karena tak bisa menyembunyikan keterpanaan dari sosok wanita dengan paras jelita tak jauh satu meter didepannya. Rasanya, momen ini cocok untuk disebut sebagai permulaan.
"maaf, selamat sore, bu." ralat cowok itu sembari mengangguk sekali. Melanjutkan sisa langkah agar lebih dekat dengan Soraya sembari membenarkan posisi tali tas yang tersampir pada bahu kanannya.
"iya, kenapa, Radin?"
Hari memang sudah sore, namun awan gelap terlihat memenuhi langit. Menutupi keindahan mentari petang dan juga birunya jagat raya. Tidak seharusnya bulan sabit muncul saat ini, bukan?
"Radin? Saya tanya kamu barusan, kenapa malah senyum?"
Tentu saja Radin terkesiap. Dengan cepat merubah kembali mimik wajahnya ke mode normal sambil terus merutuki diri melewati suara batin. Karena tidak tau harus menjawab apa, ia pun terdiam sesaat. Lalu fokusnya tertuju pada barang bawaan yang ada ditangan Soraya.
"saya bantu, bu." ucap Radin menawarkan bantuan.
Soraya melirik kedua tangannya yang penuh dengan barang pribadi. Ada laptop, totebag berisi kotak makan siang, tas, dan juga silabus. Memang banyak, tapi masih bisa dibawa tanpa harus meminta bantuan orang lain. Sambil terkekeh pelan, maniknya kembali tertuju pada Radin.
"saya gak repot kok, terima kasih tawarannya." tolak Soraya halus. Menciptakan hawa canggung dari mahasiswa semester lima yang kini malah nyengir kikuk sembari mengusap tengkuk tanpa alasan. "mau pulang? Udah gak ada kelas?"
"oh, iya, bu. Udah selesai buat hari ini."
Mengimbangi pergerakan Soraya, Radin pun mengekor langkah dosennya itu kembali menelusuri koridor utama fakultas menuju area parkir mobil. Tidak benar-benar berjalan sejajar demi menjaga ruang pribadi si lawan bicara.
"besok ada kelas saya?"
"ada, bu. Jam satu sampe setengah tiga."
"oke."
Apanya yang oke, batin Radin. Dibalut rasa penasaran yang membabi buta, akhirnya ia pun memberanikan diri membuka suara lebih banyak.
"ibu hadir?"
"saya hadir."
Mendengar dua kata singkat yang berarti positif itu saja sudah berhasil membangunkan keceriaan didalam diri seorang Rafardhan Deen Tanjung. Karenanya ia langsung mengulum bibir, menahan agar tidak berseru girang detik itu juga. Wah, padahal Soraya bukan baru saja menerima ajakannya menonton bioskop, tapi bisa seheboh itu jiwanya merespon. Andai saja teman-temannya tau, bisa habis dirinya dijadikan bahan tertawa.
"ibu mau langsung pulang? Kayaknya sebentar lagi turun hujan, kalo bisa nyetirnya pelan-pelan aja, bu."
Dengan amat terheran-heran, Soraya menoleh kearah Radin. "hm..okay?"
Gugup, akhirnya cowok itu gelagapan sendiri. Mungkin kalimat yang terlontar dari mulutnya barusan terlalu mudah dikategorikan sebagai bentuk perhatian lebih. Apalagi status mereka hanya sebatas dosen dan mahasiswa. Akan sangat aneh kedengarannya.
"um...oh.." gumamnya tidak jelas, "ah! Kalo diliat dari awannya, kemungkinan hujannya bakal deres, bu. Pasti banyak saluran air yang meluap dan akhirnya banjir, atau karena saking deresnya, kaca mobil bisa jadi susah buat baca jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020