00

7K 428 58
                                    

14 agustus 2020

🍭🍭🍭

Hari ini merupakan hari pertama masuk ajaran baru perkuliahan setelah melewati libur semester genap yang biasanya lebih lama daripada semester ganjil, yaitu sekitar dua bulan.

Dengan langkah kelewat santai, kaki panjang seorang pria dengan tinggi hampir seratus delapan puluh senti meter menelusuri koridor utama Departemen Kriminologi yang berada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, salah satu Universitas dengan almamater kuning di wilayah Jawa Barat. Meski begitu, fokus netranya terus tertuju ke tengah lapangan. Dimana terdapat ratusan mahasiswa baru yang sedang menerima arahan di hari pertama mereka masuk.

Brukkk

Radin langsung meluruskan lehernya kedepan. Menatap seorang wanita yang kini tengah berupaya mengambil botol minum plastik berwarna merah muda karena terjatuh ke lantai, diakibatkan dari adanya benturan heboh dengan tubuh tinggi cowok itu.

"sorry," ujar Radin.

Perempuan dengan setelan kemeja biru bergaris itu mendongakkan kepala untuk membalas tatapan mata lawan bicaranya. Ia hanya tersenyum sekilas kemudian melanjutkan langkah dengan tergesa, melewati Radin yang masih memandanginya dengan alis bertaut menyatu begitu saja.

Menyinggung sedikit soal Radin, cowok yang memiliki nama lengkap Rafardhan Deen Tanjung itu sudah mengemban studi kriminologi di kampus ini sejak tiga tahun yang lalu. Kini ia sudah menginjak semester lima, dan juga sudah mengambil salah satu konsentrasi mata kuliah.

Bukan hanya terkenal satu fakultas, melainkan juga prodi lain. Nama Radin semakin meroket setelah dirinya didapuk menjadi ketua himpunan mahasiswa kriminologi selama kurang lebih satu tahun belakangan. Meski sudah terlepas dari beban terberatnya selama di kampus itu, tidak menutup kemungkinan untuk para kaum hawa tetap menjadikan dirinya sebagai tipe ideal pasangan hidup pada masa mendatang. Mutlak, berkat tampang menunjang tentu saja.

Tak terasa langkah kaki itu sudah membawanya sampai ke ruang kelas. Dengan kepala menyembul dari ambang pintu, disaksikannya keributan yang terjadi dengan ekspresi pasrah. Beginilah kelakuan penghuni kelas ketika tidak ada pengajar. Bak pekarangan rumah khusus ternak ayam, ramainya bukan main.

"komtinya siapa woi?!"

"Radin aja udah!"

"fix, dia aja udah!"

Telinga Radin berdengung nyaring ketika mendapati beberapa orang meneriakkan namanya sebagai kandidat kuat pemimpin kelas, untuk kesekian kali.

"apaan nih, kok gue lagi?!" protesnya terang-terangan.

Sontak seisi kelas langsung menolehkan kepala kearahnya. Suasana riuh kembali terjadi ketika sang pentolan fakultas itu menampakkan diri.

"udah lo aja lagi, kita percayain semuanya sama lo." pekik Sakha, salah satu teman terdekat Radin, selain Zafran dan Bari.

Baru saja hendak dibalasnya pernyataan itu, semua orang lebih dulu berteriak setuju sambil menyebutkan segala macam keunggulan dirinya—yang dengan sengaja dilebih-lebihkan. Alibi keras untuk menunjang latar belakang mereka menunjuk Radin sebagai pemimpin kelas, karena cowok itu dirasa memiliki aura dan wibawa tersendiri yang membuatnya sangat cocok dengan segala hal berbau kepemimpinan.

Radin menghela nafas pasrah. Mulutnya hanya satu, tidak akan bisa melawan lima puluh lima mulut lainnya yang tidak mau berhenti sebelum ia mengatakan setuju.

"gue baru bebas, udah lo kasih beban lagi aja. Sialan emang." gerutunya sembari meletakkan tas diatas meja sebelah Sakha.

Sakha—cowok dengan wajah mirip kelinci itu lantas tertawa kencang. Seakan menikmati setiap kata-kata tidak senonoh yang ditujukan langsung kepadanya, bak lelucon disiang hari. Sudah biasa bagi empat sekawan itu berbicara frontal terhadap satu sama lain.

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang