3 oktober 2020
🍭🍭🍭
Sambil mengotak-atik ponsel, Radin menyuap sesendok demi sesendok sereal yang direndam susu—hasil curi dari kulkas, tentu saja milik Arga. Meski begitu isi kepalanya melayang tak tentu arah. Mulai memikirkan banyak hal yang tidak seharusnya dipikirkan.
Iseng dibukanya fitur email, niat hati hanya ingin membaca kembali pesan yang datang entah dari belahan bumi mana, sudah berhari-hari tapi belum ia balas atau bahkan tak akan pernah dibalasnya. Notifikasi muncul disaat yang sangat tepat, membuat pemilik ponsel itu terpaksa menyemburkan kembali sereal yang ada dimulutnya dan terbatuk heboh.
sorayasamorn93@gmail.com
19.45
halo, Radin
lama tidak ada komunikasi diantara kita
semoga saya tidak salah kirim email
bagaimana kabar kamu?Ini bikin gue gila lama-lama...
Masih berusaha untuk menyangkal eksistensi Soraya yang mulai menghampiri hidupnya lagi, Radin buru-buru menutup aplikasi tersebut dan meletakkan ponsel dalam keadaan mati total diatas meja. Sementara dirinya terdiam cukup lama, lalu menopang kepala menggunakan kedua tangan. Mendadak pening.
Pikirnya hanya sampai pada malam itu semua mimpi tentang Soraya datang. Esok hari, mungkin akan kembali menjadi kenangan dulu. Tapi pada realitanya, Radin masih menerima pesan dari alamat email yang sama dalam beberapa hari. Benar-benar membuatnya ingin menggila.
sorayasamorn93@gmail.com
19.00
halo, Radin
maaf kalau saya ganggu kamu
tapi saya dulu pernah janji untuk kirim email ke kamu
sebagai permintaan maaf
ini benar email kamu?sorayasamorn93@gmail.com
14.30
surat-surat dari kamu masih saya simpan
kalau sekarang saya yang kirim surat boleh kan?
tapi bukan dalam bentuk kertassorayasamorn93@gmail.com
11.30
halo, Radin
kamu lagi ada kegiatan apa sekarang?
pasti sibuk ya sudah nyusun skripsi
semangat!Tidak tahan terus dihantui dengan perasaan yang masih menggantung, Radin kembali mencari keberadaan Soraya dengan segala cara yang ia bisa. Beberapa kali ia mengunjungi rumah lama sang dosen, lalu akan berakhir dengan rasa kecewa luar biasa karena rumah itu kini dihuni oleh pemilik yang berbeda. Tidak ada setitikpun jejak yang tertinggal, membuatnya frustasi setengah mati selama hampir dua tahun belakangan.
Omong-omong, ia juga sering mampir ke makam Nurish dan Tafira. Tidak tau apa alasannya, tapi yang pasti tempat itu menjadi sesuatu yang wajib didatangi setidaknya satu kali dalam sebulan. Dengan harapan lain, siapa tau bisa bertemu seseorang. Meski pada akhirnya akan sama. Penantian yang tak berarti mengantarkan dirinya pada sebuah rasa tanpa asa.
Siangnya, Radin menuju kediaman Sakha karena berjanji akan menjemput temannya itu sebelum ke kampus. Ya, walaupun sudah tidak ada perkuliahan lagi, namun mereka masih sering datang dengan alasan revisi bersama atau hanya sekadar menghilangkan suntuk di rumah. Tapi nampaknya keadaan disana sedang tidak begitu baik. Karena..
"Sakha! Papa masih bicara sama kamu!"
"bodo amat!"
"kamu jaga sikap sama papa ya! Nurut, Sakha!"
"saya udah dewasa, gak perlu diatur lagi! Lagi pula kita bukan keluarga. Hubungan ini bukan keluarga! Anda cuma peduli sama ibu saya!"
"Sakha!"
Di ruang tamu, sampai ke depan pintu. Radin yang sejak beberapa menit lalu tiba, tak beringsut dari atas motor besarnya. Cowok itu memandang kearah sumber keributan, lalu tidak memasang ekspresi terkejut sama sekali karena memang terbiasa melihat Sakha bertengkar dengan ayah tirinya. Ia hanya mengangguk santun sambil tersenyum tipis kepada si tuan rumah ketika sahabatnya itu sudah berdiri tak jauh didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020