031

1.1K 199 47
                                    

21 september 2020

🍭🍭🍭

"bangun tidur langsung ngelamun,"

Radin terkesiap ketika ada suara yang menginterupsi kesendiriannya memeluk hampa. Ia hanya tersenyum tipis saat Medina datang dan mengambil duduk tepat disebelahnya, usai menyerahkan sepiring roti panggang yang masih hangat.

"mau curhat?"

"masih pagi, kak."

"terus kenapa?"

"masa pagi-pagi curhat. Lagian kakak gak kerja apa?"

"iya terus kenapaaa? Emang ada aturan kalo mau curhat itu harus jam berapa?"

"enaknya sih di jam rawan galau."

Medina mendengus sebal, "kamu galau dua puluh empat jam, tau?"

Sambil meletakkan piring berisi rotinya diatas meja, Radin tertawa pelan. Tidak menepis pernyataan dari sang kakak karena merasa fakta sederhana tersebut cukup bisa diterima.

"jawab dulu, kenapa kakak gak berangkat?"

"nanti kakak mau ke sekolah Arga, jadi hari ini izin dulu dari kantor."

"ooohhh," Radin mengangguk paham, "mau dianterin gak?"

"enggak ah, males bawa bujang galau kemana-mana." tolak Medina mentah-mentah. Membuat adiknya tertawa untuk kedua kali.

Kalau diperhatikan lamat-lamat, tertawanya Radin itu beda dari yang biasa. Seperti tidak spontan dari hati, dan malah menjadikannya terdengar penuh beban. Pada akhirnya, Medina kembali memancing. Berhubung situasinya sedang bagus, sebab rintik air hujan diluar sana menjadi latar belakang musik yang tepat.

"dosen kamu gimana? Mas Arian belum sempet cerita panjang lebar karena berapa hari ini pulang malem terus." kata Medina.

Bohong, Radin tau itu. Tidak mungkin kakak iparnya belum cerita.

"alhamdulillah, pelakunya udah diringkus semua. Untuk selanjutnya semua urusan bakal diselesaikan sama polisi. Sekarang Radin cuma bisa nunggu informasi dari Mas Arian aja." ungkapnya jujur.

"kalo diliat dari kejadiannya, kira-kira dulu jaksa Nurish ada masalah apa ya sampe berurusan sama pejabat polri?"

Yang ditanya refleks mendelik sebal, "kakak ngapain jadi kepo kesitu sih?"

"ya kan cuma tanya."

"tanya sama orang yang gak tau apa-apa sama aja bohong. Kalopun ada masalah, ya itu urusan pribadi mereka lah."

Medina mengangguk setuju. Kemudian mencondongkan tubuh kearah sang adik sambil menelisik penuh rasa penasaran. Tadinya Radin refleks menjauhkan kepala, tapi secepat mungkin ditahan oleh kakaknya itu.

"terus kamu kepikiran apa sampe kayak gini?" tanya Medina setengah berbisik, "kamu nangis kan semalem?"

"nangis apanya?" balas cowok itu sambil terkekeh tak acuh. Namun lagi-lagi lengannya dihentak oleh Medina, sampai ia akhirnya kembali melihat kearah sang kakak dengan senyum penuh paksaan yang mulai memudar.

"ngaku." cecar Medina.

Walaupun bersikeras bilang tidak, tapi kenyataan seolah mengatakan kebalikan. Kedua bola mata Radin memerah dan sedikit berair. Pun sama dengan kondisi hidungnya. Dan bukti tersebut secara garis besar sudah menunjukkan apa sebenarnya yang terjadi.

Radin tak menjawab, hanya melepaskan cekalan Medina dari lengannya. Setelah itu ia bersandar tenang. Beberapa kali menarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan.

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang