045

1.1K 177 18
                                    

16 oktober 2020

🍭🍭🍭

Satu bulan telah berlalu..

"Din?"

Si pemilik nama yang sedang asik berkutat dengan lamunan tersentak saat lengannya ditepuk oleh salah satu sahabat bernama Zafran. Radin tak menjawab, hanya menoleh singkat lalu menunduk. Helaan nafas berat seolah sudah menggambarkan betapa banyak hal yang tersimpan didalam kepala. Siapapun yang melihat itu pasti akan langsung paham kemana pikirannya melayang.

Zafran yang baru kembali entah dari mana langsung mengambil posisi tak jauh didekat Radin. Kebetulan mereka memang sedang menunggu dua orang lainnya yang hari ini kedapatan jadwal sidang skripsi. Menempati salah satu kursi yang ada diantara rindangnya pepohonan dalam lingkungan universitas itu.

"gue gak nyangka," gumam Zafran. Mengundang tanda tanya dikening satu pihak lainnya.

"kenapa?"

"alur percintaan lo rumit banget. Ngelebihin susahnya minta tanda tangan dospem." tambah cowok itu, "tampang doang lo mumpuni, tapi kalo urusan cewek—anjinggg, gue aja gak tau lagi mau ngomong apa. Miris."

Bukannya tersinggung, Radin malah tersenyum masam. Sudah biasa mendengar kalimat yang serupa sebelumnya. "lo gak putus sama cewek lo?"

"heh, kok ngomongnya gitu?"

"ya biar ngerasain jadi gue. Galaunya sampe mau mampus."

Tawa Zafran hampir meledak kalau saja tidak buru-buru ditahannya. "jangan dong, bercanda gue."

Hening kemudian. Keduanya memilih senyap untuk beberapa waktu. Membiarkan setiap hembusan nafas menyatu dengan udara yang bergulir. Sekali lagi Zafran melirik Radin, dan temannya itu semakin menundukkan kepala. Membuatnya sangat frustasi, bahkan hanya dengan melihat saja dan bukan merasakan langsung.

"satu bulan, Din." kembali dibukanya percakapan, "mau sampe kapan lo begini?"

"gak tau."

"pengen banget gue lelepin di danau," kesal Zafran. "jadi laki yang gentle kenapa sih! Jangan lembek kayak ubur-ubur!"

"kok lo ngegas sih, bangke?"

"kesel gue sama lo!" semprot Zafran lagi, "yang hati lo rasain itu apa sih, Din? Kayak gimana? Lo bukannya merdeka karena Giana akhirnya ngalah?"

"gue juga pernah suka sama Giana, Zafrannn, babikkk! Lo pikir gue ngapain ngajak dia jadian waktu itu? Iya dia emang ngalah, tapi coba lo pikir gimana perasaan dia kalo gue bener-bener langsung balik ke bu Raya? Otak tuh dipake!"

"anjrit, otak lo kecil tuh! Heh, hatinya Giana juga udah sembuh pasti, meskipun dia mungkin belum bisa terikat hubungan sama orang lain. Setidaknya buat dia, lo lebih baik direlakan daripada dipertahanin tapi makin nyakitin. Ngerti?"

Dengan sorot tajamnya Radin menatap Zafran singkat, lalu sengaja mengalihkan pandangan sambil mengerang frustasi. Kalau saja tidak dijamin gegar otak, ia pasti sudah menghantamkan kepalanya ke tembok sekarang. Pada akhirnya tak ada yang bisa dilakukan selain meremas rambut kuat-kuat.

"masih mau balik arah?" tanya Zafran, tak dijawab oleh satu orang lainnya. "ya gue sih ngingetin aja, balik arah juga jangan kelamaan. Keburu dibawa Belanda dah yang lo mau. Gue yakin kalo gagal untuk kedua kali, lo bunuh diri ini mah."

Sambil terus mendengarkan, cowok berlesung pipi itu berpikir keras.

"gue rasa ini emang yang terbaik buat siapapun yang terlibat. Bener kata Giana, kesempatan gak dateng dua kali, Din. Lo masih punya waktu untuk berjuang." Zafran menghela nafas sembari menepuk bahu teman menyedihkannya itu untuk menyemangati, "gue tau kok, posisi lo susah banget. Tapi kalopun gue yang ngerasain, gue juga pasti akan bersyukur karena dikasih kesempatan buat balik."

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang