30 agustus 2020
🍭🍭🍭
Balada bocah kecil bernama Arga yang ngotot setengah mati minta dibelikan cokelat, sampai menangis heboh sepagian ini. Berakhirlah Radin pada toko cokelat dan dessert yang sudah memiliki nama cukup terkenal diberbagai kota itu. Perjanjian awal batagor Mang Ujang, entah mengapa malah berubah menjadi cokelat yang harganya juga otomatis bisa menguras kantong.
Usai melihat-lihat dan menimbang cukup lama, pilihan cowok itu berlabuh pada cokelat batang dengan berbagai rasa. Ada rasa berry, kacang almond, dan lain sebagainya. Semua sudah pasti akan disukai oleh Arga karena dari penampilannya juga sudah menarik perhatian.
Bukan hanya untuk keponakannya saja, Radin juga membeli beberapa dessert tambahan untuk kakak dan mama. Satu akan diberikan sebagai permintaan maaf, karena telah mencuri toner dan membuat isinya berkurang cukup banyak. Sementara satu lagi diberikan sebagai ungkapan terima kasih, karena selalu mengingatkan hal-hal terpenting meski sederhana.
"ada tambahan lagi?"
"udah," jawabnya sambil tersenyum tipis. Tapi tunggu sebentar, "Mbak,"
"iya?"
"hm..kalo cokelat untuk permintaan maaf yang mana, Mbak?"
"permintaan maaf?"
Sukses membuat pegawai toko cokelat itu menahan tawa setengah mati, Radin membawa pulang dua paperbag polos ditangannya. Senyum lebar tak kunjung luntur, bahkan sejak ia keluar dari toko, menyetir sampai rumah, dan berakhir malah terlihat seperti orang yang kurang waras.
Semua makanan pemanis itu disimpan dalam kulkas, terkecuali satu paperbag lainnya, karena kebetulan memang kondisi rumah sedang sepi. Sedangkan dirinya langsung pergi lagi untuk segera ke kampus.
Sepanjang perjalanan isi kepalanya tak bisa berhenti membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Meski niat hati mengharap kata maaf, namun rasa grogi yang tak dapat dikendalikan kadangkali malah semakin membuat kacau situasi. Untuk sekarang ini, doa mungkin menjadi satu-satunya penyelamat. Tidak, bukan karena Soraya semenyeramkan hantu. Melainkan karena Soraya secantik bidada—
"EH BIDADARI!"
Radin refleks menoleh, memicing sebal kearah orang yang baru saja mengetuk kaca mobil disebelahnya keras-keras. Ia memang sudah berada di parkiran sejak sepuluh menit yang lalu, namun belum membuka pintu dan beringsut sama sekali.
"ngapain bengong didalem?" tanya Zafran begitu si pemilik keluar dari kendaraannya. "mikirin bu Raya?"
Yang ditanya hanya terdiam, tak ingin menjawab. Mengundang kekehan geli dari laki-laki satunya sembari merangkul bahu Radin. Keduanya berjalan santai menuju kelas.
"suka banget ya, Din?"
"ck, apa sih."
"serius gue."
"enggak."
"HAHAHA!"
Otomatis Radin melotot dan langsung menjauhkan tangan Zafran dari bahunya. Ia melihat sekeliling panik, berharap tidak ada yang mendengar tawa sekencang terompet sangkakala dari salah satu sohibnya itu.
"mulut lo berisik banget sih!" protesnya. Semakin membuat Zafran kehilangan kendali untuk menahan tawa.
"mulut lo yang berisik. Diem kenapa, Dinnn, diem. Sekali aja depan bu Raya gak konyol."
"gue gak bisa diem, kecuali bu Raya nyium gue. Baru diem."
"mau lo itu mah, bego!"
Zafran mengibaskan tangan sekali, menggelengkan kepala yak habis pikir, lalu berjalan lebih dulu untuk segera sampai di kelas dengan tawa cekikikan yang tak kunjung berakhir. Lain dengan Radin yang juga sudah senyum-senyum sendiri persis orang sinting.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020