002

2K 294 33
                                    

16 agustus 2020

🍭🍭🍭

Langit sore dipenghujung senja yang masih menampakkan keindahannya kepada sang bumi—menemani aktivitas rutin pada sebuah tempat terapi anak di kota itu. Soraya menekuk lutut, mengambil posisi sejajar dengan seorang gadis kecil dihadapannya. Senyum sendu terukir dari wajah tatkala sang anak tidak kunjung bisa fokus menatap keberadaan orang-orang yang ada disekitar, termasuk dirinya sendiri.

Diraihnya jemari kecil itu super lembut, sambil sesekali mengusap punggung tangannya. Soraya memandang sekali lagi sang anak, lalu memberikan satu kecupan singkat dikening gadis kecil itu. Baru setelahnya ia berdiri kembali.

"ada salam dari gurunya Tafira, bu. Mau ketemu." ucap Mbak Sari, seseorang yang selama ini dibayar melewati standar gaji hanya untuk merawat anaknya yang memiliki kebutuhan khusus.

Soraya mengangguk, "saya kesana sebentar ya, Mbak."

Setelah dibalas dengan anggukan pula, ia segera melangkahkan tujuannya ke sebuah ruangan besar diujung koridor. Disana terdapat sebuah tempat konseling dengan para orangtua yang menitipkan anak mereka untuk diterapi. Sebelumnya Soraya juga sudah menerima pesan singkat melalui akun sosial media dari salah satu therapist yang bernama Renita mengenai pertemuan sore ini.

Begitu sampai didepan ruangan tersebut, Soraya langsung mengetuk pintu dan segera masuk. Disambut dengan senyuman hangat dari Renita yang juga langsung memeluknya singkat sebagai salam pembuka.

"baru pulang ya? Duduk dulu sini, Ay."

Soraya menuruti, sementara Renita langsung membuatkan cappucino hangat untuknya.

"gimana kerjaan di kampus, lancar?" tanya Renita yang memang mengetahui bahwa Soraya baru saja diturunkan untuk menjadi pengajar mahasiswa semester lima.

Jangan heran jika keduanya terlihat akrab satu sama lain. Mereka adalah teman sejak duduk dibangku sekolah dulu. Maka itu Renita lebih senang memanggil nama Soraya dengan sepenggal kata saja, Aya. Keduanya juga mengambil jalur pengetahuan sosial dan pernah berada dalam satu kelas yang sama. Tapi begitu lulus ujian nasional, mereka berpencar sesuai dengan fokus keinginannya masing-masing. Soraya berkecimpung di dunia kriminologi dan melanjutkan sarjana 2 bidang pendidikan, sementara Renita terjun ke jurusan psikologi dan memilih melanjutkan pelatihan di CAE Indonesia.

CAE Indonesia adalah singkatan dari Cipta Aliansi Edukasi—pelatihan, pendidikan dan pembimbingan spesialisasi untuk menangani masalah perkembangan dan belajar anak berkebutuhan khusus.

"lancar sih, cuma aku masih aja ketemu sama mahasiswa yang susah diatur." jawabnya sembari menyandarkan tubuh pada sofa kulit di ruangan tersebut.

"pasti cowok?" tebaknya. Anggukan kepala dari Soraya lantas membuatnya terkekeh, "nakal?" tanyanya lagi.

"enggak nakal, cuma yah..nyebelin gitu."

Perempuan yang masih berstatus lajang itu lagi-lagi tersenyum, kemudian menghampiri Soraya dan mengambil duduk tepat disebelahnya. Tak lupa meletakkan segelas cappucino diatas meja.

"memang lagi masanya buat cowok. Kalo di sekolah mereka seneng main-main, nah di kuliah tambah seneng aja deh tuh. Tapi nanti juga berubah sendiri kok." Renita menjelaskan tanpa diminta, sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Sementara yang diajak bicara hanya menimpali dengan anggukan singkat. Ia menyesap cappucino hangatnya sekali, lalu kembali meletakkan diatas meja.

"jadi gimana, Ren? Perkembangan anakku?"

Renita langsung teringat akan tujuannya meminta waktu temannya itu untuk bertemu sore ini. Ia mengeluarkan buku panduan belajar dari loker alumunium berwarna-warni yang setiap pintunya terdapat nama masing-masing anak.

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang