025

999 187 33
                                    

10 september 2020

🍭🍭🍭

Sebuah mobil sedan berwarna donker terlihat berhenti didekat gedung fakultas dalam keadaan mesin menyala. Didalamnya sudah terisi tiga orang, dan kini mereka tengah asik bermain game online sambil memakan batagor yang dibeli dari kantin. Menunggu si pemilik kendaraan yang belum juga muncul sejak setengah jam yang lalu.

Panjang umur kalau kata orangtua zaman dulu, karena yang dibicarakan tiba. Radin langsung membuka pintu kiri depan dan menghempaskan diri disana. Tanpa bersuara sama sekali, dipasangnya sabuk pengaman.

Bari, yang kedapatan tugas menyetir terpaksa menghentikan kesibukannya saat ini. Ia meletakkan ponsel dipintu, kemudian melirik penasaran kearah salah satu temannya itu.

"ketemu?" tanya Bari.

Radin mengangguk.

"lo emang nge-chat atau gimana? Bilang mau ketemu sebentar gitu?" Sakha yang duduk dibangku tengah bersama Zafran ikut penasaran.

"intinya gue ketemu sama bu Raya. Udah deh, keburu sore nih. Mesin juga lo nyalain dari kapan? Abis bensin gue, njir."

"emang merki banget nih orang bener-bener. Gue baru nyalain lima menit sebelom lo dateng, Tanjunggg. Tuh bensin juga kaga gue minum, tenanggg." gemas Bari.

"ya kirain dari setengah jam yang lalu."

"dateng-dateng ngomel. Ketemu gak sih sama bu Raya? Asem amat tuh muka."

"Bari banyak omong lo ye."

"ya lagi elo—"

"yha elah nih bujang geblek dua pake ribut segala tinggal jalan doang. Kalo lagi perang keburu mati ditusuk Nippon lo berdua." karena telinganya gatal mendengar kegaduhan tersebut, Sakha akhirnya menyerah dan menimpali. Dan kalimatnya selalu sukses menjadi pelerai, sementara.

"udah jalan cepet jalan." tambah Zafran juga.

Sementara itu, didepan sana Bari dan Radin malah saling bertukar pandang dan memicing. Sampai-sampai Sakha gemas sekali dan memutuskan untuk menggebrak kursi keduanya dari belakang hingga membuat mereka tersentak kaget.

"jatuh cinta bego lo tatap-tatapan gitu." kesalnya.

"anjim." desis Bari. "gue masih normal ye." tegasnya tak terima.

"normal, normal..si koas tuh ampe eneg pdkt sama lo. Dibikin status kaga, jadi gebetan doang iya berbulan-bulan."

"lo kenapa jadi bahas gue kelinci sulappp? Ada masalah ape lo—"

"PUYENG, BANGKE! MAU JALAN AJA RIBUT DULU SEJAM, TURUN LO SEMUA. NAEK ANGKOT SANA LO PADA. BIAR GUE NYETIR SENDIRI AJA SAMPE BANDUNG."

Final. Zafran yang lebih banyak diam adalah yang paling menggelegar jika sudah menaikkan intonasi. Sambil menatap garang temannya satu persatu, cowok berhidung mancung itu sudah mengangkat satu tangan beserta seplastik batagor miliknya. Hampir memukul Sakha, Bari dan Radin bergantian kalau tidak ingat masih ingin menelan makanan tersebut dengan tentram.

Ngeri, si jangkung Bari lantas melepas rem tangan. Lalu mendorong persneling dan mulai menginjak gas meninggalkan lingkungan universitas. Hanya untuk menempuh perjalanan yang cukup panjang saja harus dihiasi dengan adu mulut lebih dulu. Tapi, sesungguhnya, mereka tak benar-benar diliput amarah dan hanya menganggap hal tersebut sebagai hiburan kecil ditengah akrabnya persahabatan antar satu sama lain.

Oke, mari lupakan dulu kejadian tak berguna tersebut. Selama perjalanan, ke-empatnya tak berhenti membicarakan berbagai topik. Demi mengusir kantuk dan lelah ketika melewati ruas jalan tol yang cukup panjang. Tertawa, bernyanyi, atau bermain tebak-tebakan. Seperti itulah caranya membunuh rasa bosan.

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang