22 oktober 2020
🍭🍭🍭
"Mas Arian belum pulang, kak?" tanya Radin, langsung menempati kursinya dimeja makan dan bergabung dengan anggota keluarga yang lain. Aroma sabun yang khas menguar bersama angin karena si bungsu itu baru selesai mandi.
Medina menggeleng sambil terus menyiapkan hidangan untuk masing-masing piring, "lembur," jawabnya singkat. Kemudian ikut duduk dan mereka mulai menyantap makan malam bersama.
"kerja gimana, Din? Lancar?"
Yang ditanya mengangguk singkat, "lancar, pa. Oh iya, weekend ini Radin mau ke Jogja. Kating satu himakrim ada yang nikah disana."
"kamu libur?"
"iya, dua hari doang. Pagi berikutnya paling balik."
"sama siapa kamu? Kok nikahnya jauh banget?"
"sama temen-temen yang lain. Dia emang orang Jogja, begitu lulus langsung balik kesana. Waktu itu sempet ngejabat juga di organisasi, ya lumayan deket lah. Kalo gak dateng gak enak." jawabnya panjang lebar, "sekalian jalan-jalan juga sih, hehehe."
"dasarrr, ya udah hati-hati kalo gitu." ucap mama.
Medina yang sejak tadi menyimak mulai bersuara, "pacar kamu gak pernah dibawa? Gak mau dikenalin sama keluarga?"
Lantas fokus kedua netra Radin tertuju lurus pada milik sang kakak yang duduk berhadapan dengannya. Terselip senyum menggelitik dari wajah perempuan yang sembilan tahun lebih tua darinya itu. Jadi, sudah bisa dipastikan bahwa pertanyaan tersebut sengaja diluncurkan untuk memancing pembicaraan kearah yang lebih spesifik.
Radin ikut tersenyum, kemudian kembali berkutat dengan makanannya. "mama sama papa gimana kalo Radin nikah muda?"
Mama dan papa serempak memandang kearah putera mereka yang usianya bahkan belum mencapai dua puluh lima tahun. Bagi standar laki-laki, tentu saja berbeda dengan perempuan. Menikah itu tidak ada batasan untuk target usianya. Mau cepat atau lambat. Jika memang sudah siap lahir batin serta finansial, silahkan saja. Tapi kalau tiba-tiba, siapa juga yang tidak bertanya-tanya.
"boleh gak?" ulangnya kalem.
"kamu belum kenalin pacar kamu sama keluarga, kenapa tiba-tiba mau nikah?" timpal sang mama heran.
"ya udah itu gampang, boleh apa enggak nih?"
Masih dengan ekspresi aneh, mama melirik Medina sekilas. Tapi si sulung hanya mengulum bibir sambil mengendikkan bahu.
"kamu gak ngehamilin pacar kamu kan, Radin?"
Tawa Radin sukses meledak. Sampai geleng-geleng kepala mendengar respon mamanya yang sangat berlebihan. Menunjukkan hipotesa tanpa bukti.
"enggak, mama apaan sih." sanggahnya.
"Radin punya pacar, tapi usianya lebih tua dari dia. Makanya dia minta izin dari sekarang, boleh gak kalo nikah muda." Medina menambahkan, langsung ke poin utama. Membuat mama dapat menghela nafas lega, sementara papa tetap dalam mode datar khas orangtua.
"ihhh, kamu bikin mama takut."
"ih apa sih? Lagian mama mikirnya negatif aja sama anak sendiri." cemberut cowok itu.
"emang beda usianya jauh?" kali ini papa buka suara.
"tujuh tahun."
"kamu pacaran sama siapa sih, Radinnn? Emang gak ada yang seusia kamu? Kalo enggak lebih muda gitu? Itu bos kamu, atau gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020