21 agustus 2020
🍭🍭🍭
Empat bungkus nasi padang mendarat diatas meja, tepat disebelah luminarc jug berisi sirup melon yang bahkan kesegarannya bisa mengalahkan Pevita Pearce kala mengenakan setelan olahraga—tentu saja kata Bari. Zafran tak ingin berlama-lama membiarkan penghuni perutnya meronta kelaparan, karena itulah ia berinisiatif membagikan nasi bungkus tersebut kepada tiga orang teman lainnya.
Kini meja makan yang terbuat dari kayu jati itu dipenuhi oleh oknum-oknum dengan perut kosong. Sehabis mengisi kolom kehadiran pada satu mata kuliah hari ini, ke-empatnya langsung menuju basecamp utama. Kalau bukan di rumah Radin, ya dimana lagi.
Laki-laki berlesung pipi itu mendesah malas saat melihat lauk pelengkap yang ada didepannya, yakni ayam goreng. Secepat kilat arah pandangnya beredar, dan langsung tertuju pada sajian milik Bari. Tak ingin membiarkan si jangkung itu makan dengan tenang, Radin segera menggeser bungkusan milik Bari, lalu menukar dengan miliknya.
"wahhh."
Kedua mata Radin berbinar, kala sepotong daging bumbu rendang nampak berkilau kini menjadi miliknya. Ia pun kembali melihat kearah Bari, kemudian melemparkan cengiran lebar tanpa rasa bersalah kepada si korban. Sementara temannya itu hanya menatap datar, lalu menghembuskan nafas penuh kesabaran sebelum mengaduk nasi didepannya menggunakan tangan kosong. Lebih tidak ingin berdebat hanya karena sepotong rendang.
"Arga belum pulang, Din?" kali ini Zafran membuka percakapan, tak luput dari daun singkong yang sedang digigitnya.
Sakha yang melihat itu otomatis tertawa sampai tersedak.
"kenape sih?"
"kayak kambing amat lo gigitin daun. Coba pose kayak tadi, terus gue foto. Alangkah baiknya pemandangan ini dibagikan ke sang permaisuri." komentar Sakha.
"alah, muka gue cakep mau lagi gimana juga. Gak bakal ilfil dia." jawab cowok berhidung mancung itu tak acuh, "itu daun singkong lo kenapa dipinggirin?"
"gak doyan, pahit."
Lantas Zafran berdecak, kemudian meraup daun singkong yang ada dibungkusan milik Sakha. Sangat menyayangkan jika makanan itu dimasak namun berakhir sia-sia. Tak jauh didekat mereka, dua lainnya hanya memperhatikan sambil cekikikan.
"abis makan mau ngapain?" tanya Zafran lagi.
"main game." timpal Sakha.
"game apa?"
"football aja, ps lo masih bisa kan, Din?"
Radin mengangguk, "mainnya gantian?"
"oh iya!" Sakha menepuk dahi, baru ingat. "sticknya cuma dua ya."
"tolol sih." gumam Radin. "pubg aja lah."
"biar seru, harus ada konsekuensi dong buat yang kalah." Bari tak ingin kalah menimpali, mengundang fokus tiga orang lainnya yang masing-masing menunjukkan ekspresi penuh tanya. Senyum tipis lantas terukir dari bibir cowok jangkung itu. "yang kalah..gebet bu Raya satu bulan."
PFFFTT UHUKKK
Ambyar sudah makanan yang ada didalam mulut Radin, mengakibatkan semua pihak merutuki dirinya dengan kata-kata berbau rasa kesal. Sakha mengoceh seraya menoyor kepala temannya itu sebal, Zafran sudah menyoroti dengan sinis, sementara Bari tetap tenang meskipun harus pasrah karena wajahnya yang paling banyak terkena imbas semburan nasi-nasi malang dari efek tersedak Radin.
Buru-buru dituangnya sirup kedalam gelas, tanpa melewatkan satu tetes pun untuk tidak melewati kerongkongannya yang terasa sedikit perih. Tak kalah dengan yang lain, ia pun balas menyoroti Bari dengan sama kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020