033

973 176 38
                                    

*tida bisa tidur, sekali² update malem*

26 september 2020

🍭🍭🍭

Kasus tewasnya jaksa terkenal atas nama Nurish Adam telah resmi ditutup hari itu. Para pelaku yang berhasil ditangkap pun sudah menerima vonis dari hakim sesuai dengan perbuatan mereka dalam menghilangkan nyawa orang lain karena maksud dan tujuan tertentu. Beberapa pihak akhirnya bisa bernafas lega, tak terkecuali empat serangkai yang tengah duduk sejajar pada satu sofa berukuran panjang dengan fokus mata tertuju lurus pada layar televisi.

Sakha terdengar menghela nafas antara senang dan sedih, langsung disambar oleh Zafran untuk dipeluknya. Dan terjadi lagi, mereka saling merangkul bak teletabies.

"gue masih gak nyangka." gumam Sakha setiap kali mengingat usaha mereka beberapa waktu lalu.

Zafran mengangguk paham, "baru satu, kasus dingin yang lo koleksi masih puluhan. Semangat, lur."

"anjir,"

Sambil menertawakan percakapan singkat itu, mereka beranjak dari tempat. Sama-sama mempersiapkan diri sebelum berangkat ke kampus.

"Din, bawa mobil." pinta Sakha sembari melemparkan kunci mobil kepada Radin dan langsung ditangkap dengan baik oleh temannya itu.

"gue masih ngantuk, Bari aja." ucap Radin, dioper kembali kunci yang ada ditangannya pada Bari.

Pada akhirnya cowok jangkung itu hanya bisa menggerutu sebal. Tidak menolak juga karena sadar diri selama ini hanya menjadi penumpang sana sini. Selama hampir empat tahun, Bari terpaksa merelakan tenaganya untuk menjadi supir pribadi Radin dan Sakha. Pun begitu juga dengan Zafran. Selama dua laki-laki itu masih menyerahkan takdir mereka sebagai penghuni kosan.

Seperti biasa selama perjalanan diisi dengan bincang-bincang santai. Tak terasa mobil pun memasuki area universitas. Satu persatu melompat turun dari kendaraan, kemudian berjalan menelusuri koridor utama.

"bu Raya ada gak ya?"

Mendengar gumaman tersebut, yang lain lantas menoleh ke satu arah.

"iya tau yang udah digas balik mah beda." celetuk Sakha.

Radin terkekeh pelan, kemudian menepuk bahu temannya itu beberapa kali. "guys, umur dua puluh itu udah waktunya mencari pendamping hidup. Jangan mau kalah sama Zafran. Gue cabut dulu." ujarnya percaya diri. Setelah itu berlalu entah kemana masih sambil tersenyum lebar.

Sisa tiga orang lainnya yang masih berdiri ditempat. Tak lama terdengar helaan nafas panjang dari pria yang paling tinggi. Bari melipat kedua tangan didepan dada, lalu melirik Zafran dan Sakha bergantian.

"rasanya gue pengen ke FK." ucapnya.

"buset jauh," timpal Sakha. "ya udah sana samperin ke Salemba."

"menurut lo gimana? Lanjut gak ya gue sama dia?"

Zafran tersenyum tipis, kemudian menepuk lengan Bari sekali. "kalo suka, kejar."

Hanya itu sebentuk kalimat yang terlontar. Setelahnya, Zafran menjadi orang kedua yang berlalu pergi. Tidak langsung ke kelas, malah melanglangbuana ke tempat lain. Alias menghampiri sang primadona lebih dulu, berhubung masih ada waktu sebelum perkuliahan dimulai.

Kini, hanya ada dua manusia yang saling bertukar pandang. Dan mereka saling melempar senyum tertahan kemudian. Tak lama, Bari merangkul bahu Sakha sembari melanjutkan langkah menuju kelas.

"dari dulu beginilah cinta, deritanya tiada akhir.."

"najis. Terus aja quotes by Patkai! Bosen banget gue dengernya."

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang