1 september 2020
🍭🍭🍭
Berjam-jam duduk di rumah sebesar istana ternyata tidak membuahkan hasil yang cukup bagus. Karena Soraya bersikeras menolak permintaan Radin untuk melihat hasil visum maupun autopsi jenazah suaminya. Hal tersebut tentu menciptakan tanda tanya besar dikepala mahasiswa dua puluh tahun itu. Mengenai alasan apa yang melatarbelakangi Soraya hingga bersikap sangat tertutup terhadap kasus kematian suaminya ini.
Terpaksa ia menghubungi Arian. Memohon yang kesekian kali untuk diberikan kesempatan melihat hasil pemeriksaan fisik korban, serta apapun yang tertuang dalam berkas perkara. Meskipun Arian tidak menangani secara langsung kasus tersebut, setidaknya dengan bantuan koneksi akan lebih cepat.
Setiap kali berada diruang lingkup kepolisian, Radin tak pernah lepas dari pantauan para petugas yang memang ikut andil dalam kasus tersebut. Seperti halnya hari ini, ia datang bersama Bari. Menyelidiki beberapa bukti lagi meski hanya bermodalkan logika dan doa sebanyak-banyaknya.
Beberapa foto korban yang diambil saat proses autopsi berlangsung terpampang diatas meja, tepat didepan mereka semua. Dilengkapi dengan keterangan sesuai dengan kondisi saat itu.
Luka sayatan dibagian leher depan agak ke kanan sepanjang 11 cm, dengan kedalaman 2 cm. Luka tusuk pertama disebelah kiri leher, kemungkinan dilakukan oleh pelaku sebagai percobaan. Karena kedalamannya lebih kecil dari luka tusuk kedua. Dengan panjang 4 cm, dan kedalaman 3 cm. Ditempat yang hampir sama, terdapat luka tusuk kedua. Panjang 4 cm, kedalaman 6 cm dan menembus sampai ke kerongkongan.
Menurut hasil yang didapati oleh tim forensik, penyebab utama kematian korban adalah karena luka sayatan yang mengenai pembuluh darah arteri utama dibagian leher. Dimana pembuluh darah tersebut mengikat banyak oksigen didalamnya. Dan ketika terbuka atau terpotong, maka kehilangan darah pun akan lebih cepat terjadi.
Perdarahan yang berat dapat berakibat fatal hingga berujung pada kematian. Dalam kondisi tersebut, jantung akan bekerja lebih cepat untuk mendapatkan oksigen dari jaringan, sementara tekanan darah menurun drastis.
Tak ditemukan luka lebam khas penganiayaan, ataupun kondisi lainnya. Hanya itu saja hasil pemeriksaan fisik.
Barang bukti sebilah pisau berlumuran darah dengan ukuran sekian sentimeter, pun tidak terdeteksi sidik jari. Menurut analisa tim yang bersangkutan, pelaku menggunakan sarung tangan saat beraksi.
Bukti rekaman kamera pengawas pada waktu-waktu tertentu. Saat pelaku masuk ke dalam mobil, dan saat pelaku keluar setelah melakukan aksinya dalam waktu singkat. Lalu ada pula foto dari sisi yang lain, dimana sebuah minibus datang dan mengangkut pelaku untuk pergi dari lokasi kejadian. Nomor kendaraan tidak terdaftar.
Setelah berdiskusi selama beberapa waktu, Radin dan Bari undur diri dari kantor sang kakak ipar. Mereka langsung menuju basecamp andalan untuk meneruskan penyelidikan ala-ala ini di rumah.
"kalo plat nomor spesifikasinya berdasarkan peraturan dari Korlantas, jadi itu sifatnya internal." ucap Zafran ditengah keheningan empat lelaki yang sedang bersantai di ruang tamu itu.
"maksudnya?" tanya Sakha tak paham.
"ya jadi ada kriteria spesifik tersendiri dari kendaraan itu yang cuma tercantum di TNKB. Kayak misalnya berapa ukuran atau ketebalan ban mobil itu, terus ciri-ciri khusus dari kendaraan yang gak bakal diketahui sama oknum pencetak plat nomor pinggir jalan." jelas cowok berhidung mancung itu sambil meneliti rekaman CCTV saat di lokasi kejadian.
Secara tak langsung perkataan Zafran membuka sebuah ide didalam kepala Radin. Laki-laki berlesung pipi itu langsung menegakkan punggung, lalu menepuk tangan super keras satu kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020