Radin-Raya shipper siap kalo patah hati???
6 oktober 2020
🍭🍭🍭
"astaghfirullah, Radin..sinting lo, boskuuu!"
Baru sampai rumah sudah disambut oleh pekikan heboh dari pita suara Sakha yang selalu ingin dicabutnya karena kesal. Usai memarkir kendaraannya di garasi, cowok itu berjalan keluar. Lantas memandang tiga temannya yang sudah bercokol entah sejak kapan sambil menyandarkan tubuh pada tiang depan rumah.
Tiga gelas teh dan cemilan berserakan diatas meja. Entahlah teras rumah nampaknya sudah dikuasai oleh geng baru semenjak Radin masuk kuliah. Ya, teman-temannya ini. Ia menggeleng tak habis pikir. Lalu menarik nafas tak kentara sembari melipat kedua tangan didepan dada, membuat kedua bahunya terangkat sedikit.
"lo bertiga abis subuh langsung ngacir kesini ya? Hah? Anjir masih jam enam sekarang, udah nongkrong disini aja."
"kalo kita gak kesini, gak ketauan deh ada yang abis nginep di tempat bu dosen." celetuk Bari sambil memasang ekspresi jahil.
"eh iya, terus lo semua bilang apa sama nyokap gue tadi?" Radin refleks membulatkan mata, harap-harap cemas.
"tenang, pas kita kesini udah pada berangkat kok. Cuma ada kak Medi di dalem, libur katanya hari ini." jawab Zafran.
"oh, oke. Terus kenapa pada di teras?"
"nih, anak kunyuk satu ribet banget. Segala gak mau di dalem karena ada kak Medi." Bari menunjuk Sakha dengan ekspresi sebal. "kenapa sih, lo pada suka yang lebih tua?"
"lebih berpengalaman, Barrr."
Sambil mengangkat alis, Radin menepuk tangan keras lalu menunjuk Sakha. Begitu bangga dengan jawaban sederhana temannya itu. Singkat, padat, dan jelas. Tak perlu diulang, apalagi dibahas berkelanjutan.
"masuk, kamar gue aja. Bebas mau ngapain deh lo, gue mau tidur."
"Din, jangan ngaco! Semaleman gak tidur lo ngapain aja, bangke?!" todong Bari. Dicekalnya tangan Radin saat ia hendak melenggang masuk ke dalam rumah.
"gak ngapa-ngapain." jawabnya lagi.
"gue endus-endus, kok wangi parfum perempuan?"
"jangan posesif anjay, Giana juga bukan lo!" sergah cowok berlesung pipi itu sambil mendorong kening Bari menggunakan telunjuknya. "ya parfum siapa lagi lah emangnya? Banyak tanya."
"ah gitu, gue diomelin."
Sementara Bari merengut ditempatnya, yang dua tertawa lepas. Pagi-pagi saja sudah ada tontonan gratis. Setelah itu mereka beringsut dan berpindah tempat ke kamar Radin. Memang sudah biasa dan tak perlu canggung lagi terhadap pemilik rumah.
Begitu membuka pintu kamar, Radin kontan menghela nafas pasrah. Ia dikejutkan dengan banyaknya hadiah sidang berupa buket bunga, buket makanan, boneka beruang, scraft nama beserta gelar, dan lain sebagainya. Pandangannya lantas tertuju pada Bari, Zafran dan Sakha.
"siapa yang naro?"
"ya kita lah," jawab Sakha cepat. "lo pikir aja sendiri. Mobil gue sampe penuh cuma buat bawa hadiah dari cewek-cewek lo di kampus nih! Kita udah kayak manajer, terus lo artisnya. Kampret emang."
"tau, gue sama Zafran sampe pangku-pangkuan karena gabisa duduk." sambung Bari hiperbolis.
Mau kesal juga bagaimana. Berhubung semua itu adalah hadiah, jadi terima saja dengan rasa terima kasih tinggi. Sekali lagi dihelanya nafas, kemudian mengangguk tanpa maksud. "ya udah, makasih. Makanin aja kalo mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020