24 agustus 2020
🍭🍭🍭
Ceritanya siang itu kamar kos Bari sudah dipenuhi oleh tiga manusia yang begitu datang langsung seenak jidat merebahkan diri disana sini. Rencananya mereka akan mengadakan konferensi tanpa meja bundar, demi meluruskan berbagai macam spekulasi mengenai Radin yang meluncur dari otak masing-masing.
Sayang seribu sayang, Zafran mendadak harus terdistraksi. Sang kekasih tiba-tiba menelepon dan mengatakan dirinya sudah berdiri didepan gerbang indekos, meski tidak ada perjanjian apa-apa sebelumnya. Terpaksa Zafran menemui, lalu tak lama terlihat ia membawa kekasihnya itu berjalan menuju ruang kamar yang dihuninya. Melambaikan tangan dari jauh kearah tiga orang temannya, seolah mengatakan bahwa ia tidak bisa ikut mendengarkan cerita Radin karena harus menemani si pacar, yang memang nampak tengah menangis.
Berakhirlah Radin, Sakha dan Bari duduk bersila sambil bertukar pandang.
"Zafran sering bawa ceweknya kesini, Bar? Emang gak apa-apa?" tanya Radin mulanya.
"ya gak apa-apa sih, ini kosan kan terbuka buat tamu cewek ataupun cowok. Yang penting pintunya jangan ditutup aja kalo pas berdua doang." jawab Bari, salah satu penghuni tempat yang dimaksud.
"tapi itu ceweknya kayak lagi nangis gak sih?" Sakha menyambung.
"ya udah lah ya, kan udah ditemenin juga sama cowoknye. Sekarang gini aja dah, tujuan kita ngumpul kesini buat apaan gue tanya? Bahas Radin semalem kan?"
Dengan mantap Sakha mengangguk, sementara Radin menghela nafas pasrah.
"kenapa duduknya harus ngelingker gini sih? Mau main jelangkung lo pada?" protes Radin yang paling tidak suka dihadapkan dengan situasi penuh intimidasi seperti saat ini.
Benar saja, Sakha langsung bergeser. Menyandarkan punggung pada daun pintu dibelakangnya. Sedangkan Bari terlentang bebas diatas kasur setapak kesayangannya. Mereka tak lagi membuka mulut, seolah mempersilahkan tokoh utama hari ini untuk menceritakan kisahnya dengan sukarela.
Disanalah awal mula Radin mendongeng mengenai kejadian kemarin sore secara rinci. Apa yang membuatnya jadi bertamu ke rumah Soraya bahkan sampai diajak makan malam.
"bu Raya single parent."
"BAH!"
Radin tersentak, langsung menyoroti Sakha dengan pandangan kesal. Satu suku kata itu biasanya diucapkan oleh Zafran, namun karena yang bersangkutan tidak disini, jadilah Sakha ketularan.
"cerai gitu gara-gara anaknya pas lahir autis?" tebaknya.
"lo kalo ngomong jangan sembarangan, gan." Radin memperingati tegas. Secara otomatis membuat lawan bicaranya bergidik ngeri.
"meninggal?" kali ini Bari yang bersuara. Masih dalam posisi yang sama sejak awal, dengan ekspresi super santai tanpa ada gurat terkejut sama sekali didalamnya.
Dengan berat hati, Radin mengangguk dua kali. "kasus yang semalem gue tanyain ke elo," ucapnya sembari melihat kearah Sakha, "dia suaminya bu Raya yang meninggal karena kasus pembunuhan."
Kalau tidak sadar dirinya adalah laki-laki, Sakha yakin pasti sudah memekik heboh sekarang. Super tercengang, ditutupnya mulut dengan satu tangan. Kedua mata yang terbelalak seolah berusaha untuk mengkonfirmasi ulang informasi tersebut, namun bungkamnya Radin sudah menjawab secara jelas.
"bentar, jadi maksud lo.."
Radin lagi-lagi mengangguk mantap, "gue udah cari-cari informasi dari internet semalem sesuai kata kunci. Dan dari berita delapan bulan lalu yang gue dapet, Nurish Adam itu seorang jaksa penuntut umum. Dia ditikam didalem mobil pas pulang dinas sama orang gak dikenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020