034

872 163 20
                                    

27 september 2020

🍭🍭🍭

Akhir pekan yang dinantikan tiba. Siangnya, Radin mengajak empat serangkai untuk bertemu pada sebuah kafe yang masih berlokasi disekitar kota madya itu. Ia tiba lebih dulu, disusul Sakha beberapa menit setelahnya.

"tumben, gabut lo di rumah?"

Cowok berlesung pipi itu melirik temannya yang baru duduk dengan posisi satu tangan menumpu rahang. "ya gitulah."

"gue kira Zafran sama Bari udah nyampe."

"mereka gak boleh pergi sama ibu kos kalo kamarnya belom dibersihin."

"gila, kejam juga ibu kosnya."

Dua laki-laki itu saling melepar tawa. Kemudian melanjutkan perbincangan ringan sambil menunggu dua orang lainnya. Berhubung Radin memilih posisi tempat diarea yang terbuka, jadi mereka bebas kalau ingin merokok sekalipun.

Tak sampai lima belas menit Zafran dan Bari sampai. Langsung bergabung dimeja yang sama.

"ada konferensi apaan nih?" tanya Bari begitu menghempaskan diri pada kursi kosong yang terdapat disana.

"tau. Sampe nyuruh kosongin jadwal. Udah tau gue sibuk." tambah Zafran.

Radin terkekeh, membuat asap dari rokok yang dihisapnya terlihat keluar dari mulut. "gue tau lo nongkrongin tv ibu kos seharian, gak usah sok sibuk deh." balasnya. Diiringi tawa dari yang lain. "lo semua bosen gak sih sama kehidupan mahasiswa yang gini-gini aja?"

"ya emang gini kan mahasiswa, terus mau gimana?" sahut Sakha.

"gue aja lagi ditahap males ngapa-ngapain. Belajar ogah, tapi kalo cabut-cabutan sayang juga duit semesteran emak gue." Bari mengungkapkan pendapatnya sambil membakar ujung rokok menggunakan pematik.

"elo emang males mulu, Yeti." sambung Zafran, "bener kata Radin, mending wafat bego kalo gak mau ngapa-ngapain."

"pedesss." Radin tertawa cekikikan.

"euhhh, si anjay. Kalo bukan temen kos seperjuangan udah gue getok lo pake asbak." gerutu si jangkung dengan tangan sudah terangkat, hendak meraih asbak diatas meja. Lagi-lagi ditertawakan oleh yang lain.

"oh iya, kalo mau makan pesen aja. Gue yang bayar."

Pernyataan Radin kontan mengundang sorot penuh selidik dari sana-sini. Bukan hanya itu, mereka juga memasang ekspresi menggoda yang sangat menyebalkan.

"Radin kalo lagi bahagia ketauan ya." sindir Bari.

"kayaknya ada sesuatu nih."

Cowok berlesung pipi itu hanya tertawa sambil geleng-geleng kepala menimpali ocehan teman-temannya. Ia kemudian menekan sisa rokoknya keatas asbak guna mematikan api.

"bahagia keliatan, galau apalagi. Bahagia enak sih, kita ditraktir, perut dijamin aman. Tapi kalo lagi galau, buset deh, pengen gue tampol sampe Irak rasanya. Mana nyanyi Risalah Hati mulu lagi, najis."

Terpingkal mereka mendengar ucapan Sakha. Beruntung kafe sedang tidak begitu ramai dengan pengunjung, jadi tidak perlu takut ada yang terusik dengan kericuhan dari meja tersebut.

Mengenai pendapat Sakha, ya mau bagaimana lagi. Radin memang tipe pribadi yang ekspresif. Jadi setiap perubahan sensasi dalam diri yang dirasakan akan muncul dan nampak tanpa disadari.

"sabar, Manaf. Lo tau sendiri kan Radin tampang doang mumpuni, padahal jiwa dan raganya ambyar." kata Bari. "tapi ya gimana ya, Din..lo emang berubah banget semenjak ada bu Raya."

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang