005

1.6K 265 27
                                    

19 agustus 2020

🍭🍭🍭

Suasana kamar yang besarnya hampir sama dengan satu ruang kelas itu mendekati sunyi, kalau saja tidak ada suara-suara berisik dari keripik singkong yang dikunyah Zafran. Kamar Radin memang sudah biasa kedatangan tamu tak diundang, alias penampungan bagi ketiga teman akrabnya untuk menginap disana. Ada Bari dan Zafran yang asalnya dari kos-kosan, jadi surga betul kalau sudah tidur di tempat terbaik seperti ini. Sementara Sakha hanya ikut-ikutan saja.

"Bar, ambilin charger dong diatas kasur."

Bari yang sedang berfokus pada modul ditangannya tak menggubris perintah dari sang tuan rumah. Baginya sekarang tugas lebih berarti daripada ocehan Radin.

"heh, bocah kampret! Denger gak lo, ambilin chargeran." ulangnya, kali ini sambil menendang kaki si pria seratus delapan puluh empat senti meter itu dengan ujung jempol.

Pada akhirnya Bari harus menahan nafas kesal, lalu meraih benda berwarna putih yang dimaksud untuk mengisi daya baterai tersebut. "tolong apa tolonggg." dengusnya mengingatkan. Kemudian dilemparnya charger-an itu, yang dengan sigap ditangkap oleh si pemilik.

Sementara Radin kini nyengir lebar, "iya, tolong maksudnya. Galak banget sih lo sama gue."

"nyebelin lo ah. Tadi sampe mana tuh rangkuman gue, bangke?!"

Jangan tanyakan sedang apa Zafran disana. Sudah pasti memperhatikan keributan tersebut dengan wajah datar, sesekali tersenyum karena tertarik atau kalau ada sesuatu yang lucu.

"ya elah lebay banget sih. It—"

"apa at it at it?!" potong Bari dengan mata setengah mengantuk.

Radin kontan mengatupkan mulut rapat-rapat dan mengulurkan tangan panjangnya untuk membalas ucapan tersebut dengan sebuah tindakan yang anarkis, menoyor misalnya. Namun belum sempat semuanya terjadi, pintu kamar terbuka perlahan. Memperlihatkan satu anggota lainnya, Sakha, yang baru datang dengan wajah kusut.

Selagi ada kesempatan, Bari langsung mendorong Radin agar menjauh dari radarnya. "kenapa lo dateng-dateng asem?"

Yang ditanya malah menghempaskan diri diatas kasur, "biasa lah, the beast ikut campur."

Ketiga orang yang sejak tadi bercokol disana kontan saling pandang. Mereka sebenarnya sudah paham siapa yang dimaksud dalam percakapan tersebut. The beast, adalah sebutan yang selama ini diberikan Sakha untuk ayah tirinya. Ya, Sakha adalah satu-satunya orang diantara mereka yang terlahir dari keluarga kaya raya, namun juga broken home. Alias kedua orangtuanya bercerai. Lalu keduanya sama-sama sudah memiliki keluarga baru.

"makan gih lo, nyokap gue tadi masak banyak karena gue bilang kalian mau nginep." ucap Radin pada Sakha. Mengingat sebelum pria kelinci itu tiba, mereka bertiga sudah makan malam lebih dulu.

Sakha mengangguk samar, "nanti, lur. Gue merem bentar."

Kalau sudah dalam mode seperti itu, tak ada satupun yang berani mengulik lebih lanjut. Pasalnya ini sudah menyangkut masalah internal keluarga. Ada kalanya suasana hati Sakha baik untuk mencurahkan isi hati, sehingga ada reaksi timbal balik dan solusi dibagian akhir dari yang lain. Namun, ada pula gejala badai emosi individual seperti saat ini. Maka membiarkan laki-laki itu beristirahat sebentar tanpa mengganggunya adalah pilihan yang tepat.

Satu lembar keripik singkong tanpa diminta mengenai sisi wajah Radin yang masih setengah menganga ditempat. Serta merta ditolehkannya kepala kearah Zafran, yang sudah memberikan isyarat agar dirinya tetap bersikap seperti biasa saja.

✔ I Fix You in a Case // Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang