27 agustus 2020
🍭🍭🍭
"kak Medi sayangnya Radinnn!"
Tak ada salam, tak ada ketuk pintu, sambil berlari-lari kecil seorang pria bertubuh tinggi merangsek masuk ke sebuah kamar yang pintunya memang sedang terbuka lebar. Ia langsung duduk ditepi meja rias, tempat dimana sang kakak sedang sibuk membersihkan wajah dari sisa make up sehabis aktivitas kantor hari ini. Begitu Medina melirik kearahnya, Radin segera menyunggingkan senyuman lucu. Dua lesung pipi muncul, disertai sepasang mata menyipit bak bulan sabit.
"ada mau apa?" tanya Medina tanpa basa-basi. Mengundang binar kagum dari manik disebelahnya.
"kok tau sih?"
"ya jelas lah, dari nadanya aja udah keliatan nih anak pasti ada maunya."
"udah cantik, pinter, perhatian pula sama adek." puji Radin sedikit berlebihan, "sebenernya sih Radin gak ada perlu sama kakak, perlunya sama Mas Arian."
Mendengar nama sang suami disebut, Medina lantas kembali menatap kearah adiknya dengan rasa penasaran. Kali ini bahkan sudah menyerong posisi agar tatapannya bisa lurus sampai ke titik utama. Wanita yang lebih tua sembilan tahun dari Radin itu kemudian memicingkan mata.
"Mas Arian?" tanyanya memastikan, kemudian diangguki oleh pemuda didepannya. "mau ngapain sama Mas Arian?"
"ada sesuatu yang penting. Pokoknya Radin minta tolong sama kakak, nanti kalo Mas udah pulang, sampein ya."
"urgent banget gak? Soalnya Mas Arian pulang agak malem hari ini."
"oh..it's okay. Kalo gak capek aja, kak." jawabnya tanpa ingin memaksa, "kakak cantik deh kalo gak make up." puji cowok itu sekali lagi.
Sebuah decakan pun menyambut, mengiringi gelak tawa Radin akan sikap sang kakak yang tidak pernah mau dipuji oleh dirinya. Jangan lupakan tangan yang sulit dikendalikan, dengan tanpa mengurangi rasa penasaran sama sekali, diraihnya botol toner berukuran cukup besar keluaran sebuah brand ternama dari atas meja.
"kakak pake ginian?"
"hm,"
"apa ini namanya?"
"toner."
"bikin mulus ya? Radin minta dong."
"hajar ya?" timpal Medina dengan sorot galaknya, "udah sana ah, kakak baru sampe mau mandi dulu."
"pokoknya Radin mau minta!"
Seolah tak peduli tubuh besarnya sudah didorong, Radin masih bersikeras ingin mencoba merasakan sensasi dari pemakaian toner mahal milik sang kakak. Sampai akhirnya ia pun menurut untuk segera pergi meski dihiasi ekspresi bibir mengerucut sebal. Lalu memilih kembali ke ruang tengah dan bergabung dengan anggota keluarga lainnya yang memang tengah bersantai disana.
Beberapa menit terlewati, entah mengapa malam ini terasa jauh lebih lama dari biasanya. Bisa jadi semua itu adalah efek dari menunggu dengan sebuah harap yang tak kunjung berakhir. Radin sudah melakukan berbagai macam hal untuk membunuh waktu, namun rasanya belum juga cukup. Dari mulai bermain dengan dua kucing peliharaan, bercanda bersama Arga, dan yang terakhir yaitu berkutat dengan stick playstation sendirian.
Berujung dalam kondisi mata terpejam lelah, sementara tubuh menolak untuk beringsut. Radin sampai ketiduran didepan layar televisi dengan posisi tengkurap bertumpu bantal sofa. Yang lain jangan ditanya, sudah menempati kamar masing-masing.
Tapi semua itu tidak berlangsung lama, karena yang bersangkutan terbangun dengan sendirinya tanpa sebab. Sembari mengusap mata, ditolehkannya kepala untuk menjangkau seluruh ruangan sekitar. Kemudian mengecek ponsel dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Rasa haus mengajak kedua kakinya untuk beranjak, membawa serta langkah itu ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020