7 september 2020
🍭🍭🍭
Setiap individu pastilah mempunyai kisah hidup yang berbeda-beda. Lalu cinta, tersemat didalam hati dan menjadi pelengkap dari kisah itu sendiri. Cinta, kehadirannya mengukir segala kenangan dalam periode hidup seseorang. Serta cinta, bisa mengubah segalanya. Cinta, mendatangkan yang sebelumnya tidak ada. Melukis warna pada kertas hitam putih sampai akhirnya menjadi sesuatu yang indah dan tak ternilai harganya.
Katanya, cinta itu membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Tidak heran, karena untuk mendapatkannya pun tidaklah semudah kelopak mata berkedip. Teruntuk Rafardhan Deen Tanjung, semuanya dimulai sejak hari itu..
"gue bener-bener dicuekin sekarang."
Sambil terus mengipasi Radin yang tengah berbaring dikasur setapak milik Bari, Sakha memandangnya prihatin. Saat itu kosan memang sepi, dua orang lainnya sedang berkelana entah kemana untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan siang ini.
"Dinnn, Dinnn, kisah cinta lo gak semulus muka lo ternyata." komentar si wajah kelinci. Tak lama ia tersadar dengan apa yang dilakukan sejak tadi. "ini kenape jadi gue ngipasin elo sih? Kayak sate anjiy."
Dihempaskannya kipas anyaman berwarna cokelat khas warung sate itu keatas meja belajar. Kemudian Sakha ikut merebahkan diri tak jauh dari posisi Radin saat ini.
"ngigo lo berani-beraninya bilang begitu ke bu Raya di kampus." ucap Sakha lagi, "lo tau gak? Sekarang lo tuh terkenal dengan sebutan apa? Radin si pecinta janda!"
Refleks Radin menoleh cepat. "siapa yang berani bilang begitu?"
"banyak. Gue mana tau siapa aja orangnya."
"belom aja rahangnya gue patahin satu-satu."
"dengan tangan lo yang potel itu? Cih." Sakha berdecih malas, "jangan kebanyakan gaya, Din, kalo urusan lo sama bu Raya aja masih runyem."
Benar juga. Kalau tidak setuju dengan perkataan Sakha, cowok berlesung pipi itu pasti sudah memberontak sekarang. Pada akhirnya, yang bersangkutan hanya bisa mendengus kesal. Menghentakkan kaki ke lantai, atau menendang udara tak kasat mata didepannya beberapa kali. Mengutuk kejadian tempo hari yang membuat satu tangannya harus diikat bidai traksi dalam waktu cukup lama.
"tau darimana mereka kalo bu Raya udah pernah nikah?"
Sakha tersenyum kecil, "Din, fans lo itu numpuk di kampus. Cewek semua. Dan lo tau kan kalo kekuatan cewek udah disatuin kayak gimana, apapun bisa jadi meledak. Gak susah lagi buat mereka mah, tibang nyari informasi tentang perempuan yang lo suka doang."
Radin lagi-lagi setuju. "elo juga sih, waktu di rumah sakit kenapa harus ngomongin soal taruhan game coba? Kalo aja mulut lo sama Bari gak bunyi, gue yakin banget sekarang gue dan bu Raya lancar-lancar aja."
"mana gue tau sih yang diomongin ada didepan pintu?" Sakha tak terima disalahkan begitu saja. "lagian ya, ini tuh tantangan namanya. Kalo gak begini, idup lo enak terus jadinya. Dari baru lahir aja udah di-adzanin sama bokap yang suaranya merdu, otak pinter, muka oke, jadi ketua himakrim, cemcemannya banyak, wetsss susah lo dimana gue tanya?"
Walaupun terkadang menyebalkan, namun ucapan Sakha memang tervalidasi lebih banyak sampai ke relung jantung hati terdalam orang yang diajak bicara. Kalah argumen, Radin akhirnya diam lagi. Memikirkan kalimat yang ditujukan untuknya sambil memutar kilas balik kehidupan didalam memori kepala. Seratus buat Sakha Ibrahim Manaf. Radin memang hampir selalu hidup enak sejak kecil.
🍭🍭🍭
Sesampainya di rumah pada pukul tujuh malam. Seperti rutinitas biasa, Radin akan langsung mandi dan bersih-bersih. Walaupun masih kesulitan, namun setidaknya bisa dilakukan sendiri. Oh, jangan lupakan satu hal. Tangan Radin itu patah, bukan lumpuh. Jadi masih bisa digerakkan dengan sangat pelan-pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ I Fix You in a Case // Jung Jaehyun
Fanfictionmencintai seseorang yang sudah pernah menikah? tidak masalah. ⚠ Do Not Copy / Plagiarism ⚠ I Fix You in a Case © chojungjae, August 2020