Wolves / Galactus?

3K 158 7
                                    

"Lang!" Panggil Vava sembari berlari ke arah Elang,Elang menghentikan langkahnya menunggu Vava agar mendekat ke arahnya.

"Capek?" Tanya Elang ketika Vava sudah berada didekatnya dan terlihat ngos-ngosan. Vava mengangguk sembari mengatur nafasnya.

"Gue gak bawa minum,mau beli dulu nggak?" Tawar Elang.

"Boleh tuh,sekalian ngobrol bareng gitu" Jawab Vava,Elang tersenyum manis lalu menggandeng tangan Vava untuk membeli minum dan mencari tempat duduk.

"Nih Es krim,kesukaan lu" Elang memberikan es krim kesukaan Vava.

"Masih inget ternyata,Thanks" Vava menerimanya dan segera memakannya.

"Tumben lu jogging" Ujar Elang.

"Pengen aja,lagian udah lama nggak jogging kek gini" Jawab Vava disela-sela makannya. Elang hanya mangut-mangut mengerti.

"Sendirian Va?" Tanya Elang lagi setelah Vava selesai memakan es krimnya.

"Iyalah"

"Abang lu kemana?"

"Kagak tau,palingan juga ngumpul sama Wolves" Jawab Vava seenaknya. Elang tersenyum tipis lalu berujar,
"Gue yakin,Wolves bisa hancur dengan sendirinya secara perlahan"

Vava menatap Elang dengan kebingung,

"maksud lu?"tanya Vava, Elang hanya tersenyum menanggapinya,lalu mengelus surai indah Vava dengan lembut.

"Elu cukup lihat hasilnya aja Va" jawab Elang.

"Kok gitu,gue lu anggep apa sih?" Vava memanyunkan bibirnya.

"Lu pengennya gimana?" Goda Elang.

"Hah?"

"Otak lu lagi dongo Va! Yaudah yuk pulang,gue anter" Elang berdiri dari duduknya,dan berjalan meninggalkan Vava yang terdiam ditempat.

"Mau sampai kapan disitu Va? Otak lu kalau kepanasan kok jadi lemot" Panggil Elang dari Kejauhan,Vava yang menyadari jarak antara dirinya dan Elang yang semakin jauh akhirnya berlari mengejar Elang.

"Tungguin woi" Teriak Vava.

"Gue tadi nebeng tetangga,jadi kalau pulang harus pesen ojek dulu" Ujar Vava saat sudah berada disebelah Elang.

"Gue anter. Sampe kamar juga gapapa"

"Gila lu!"Vava memukul bahu Elang.

"Gila apanya njir,gue cuma mau mastiin kalau lu berhasil masuk kamar dengan selamat sentosa tanpa ada keluhan apapun" Jelas Elang

"Oh" Jawab Vava dengan cengar-cengir khasnya.

"Otak lu aja yang gesrek dari tadi" Ejek Elang.

"Pengen coklat" Vava memanyunkan Bibirnya. Elang memberhentikan langkahnya lalu menatap Vava,perlahan terukir senyum indah diwajah Elang. Lantas Elang mencubit kedua pipi Vava.

"Yaudah ayo beli" Tawar Elang.

"Bukan coklat batangan lho ya"

"Terus coklat apa?"

"Es"

"Yok" Elang menggandeng tangan Vava.

"Beli nya dideket rumahmu itu lho Lang" ucap Vava

"Ntar gue harus muter-muter dong Va,gausah lah,beli dipinggir jalan aja"

"Ogah" Ketus Vava.

"Apa?" Tanya Elang

"Gamau Lang,pengennya yang itu" Bujuk Vava.

"Ntar pulangnya lu jalan kaki ya" Tawar Elang.

"Kok gitu,tega ih" Kesal Vava.

"Hemat Sayang" Ujar Elang dengan lembut.

"Gue ngambek nih"

"Yaudah beli dideket rumah gue,terus ntar gue nganter lu pulang,tapi mampir rumah gue dulu,mau ganti pakaian. Biar cakep ketemu mama kamu" Elang tersenyum

"Terserah,yang penting beli es terus lu nganter gue pulang"

"Untung sayang" Ujar Elang pelan.

"Bilang apa tadi?" Vava bertanya memastikan,karna Elang yang berbicara terlalu pelan.

"Untung sahabat" Jawab Elang,Vava hanya mengangguk mengerti sembari tersenyum.

🌼

Kehilangan sesuatu yang berharga mungkin pilihan terbaik untuk menempuh jalan yang terbaik. Atau mungkin rehat sejenak dari sesuatu yang menjadi rutinitas memang jalan terbaik agar tubuh dan otak bisa beristirahat.

Sedikit saja mengabaikan tanggung jawab memang hal yang beresiko,tapi berbeda jika kita mempasrahkannya kepada orang lain sebentar ketika kita berada disituasi yang tak memungkinkan.

Zidan,memilih mengabaikan Wolves untuk beberapa saat,untuk tugasnya sebagai wakil ketua Wolves ia pasrahkan kepada Priya yang lebih bijak diantara temannya yang lain. Bukan tanpa alasan ia melakukannya,ini semua agar ia bisa tetap berdamai dengan adiknya. Sebagai seorang kakak,memang kewajibannya melindungi adik. Ia tak mungkin melindungi adiknya dari Wolves,yang merupakan genknya sendiri,ia tak bisa memihak salah satunya.

Jordan,Dengan keyakinannya,ia memilih Rehat dari Wolves. Dekat dengan anggota Galactus kadang membuatnya berfikir untuk bergabung dengan Galactus,namun ia sendiri tak mungkin memusuhi adiknya,Arka. Berada diposisi yang hampir sama dengan Zidan,membuatnya juga berfikir untuk mencari jalan terbaik. Ia hanya ingin Wolves dan Galactus menjadi saudara,tanpa ada masalah yang membentengi. Ia mengetahui apa rencana Galactus,karna ia sahabat dekat dari Elang dan Azka,namun ia tak bisa memberi tau Wolves,karna ia tak ingin membuat situasi semakin memanas.

"Udah encer?" Tanya Zidan setelah beberapa saat mereka masuk kedalam pikiran masing-masing. Jordan hanya menggelengkan kepala lemas.

"Tuhan,kenapa harus kek gini" Pasrah Jordan.

"Lu tu sahabat Elang kan,kenapa lu kagak ngomong samaa dia,susahnya apa coba?!" Ujar Zidan,untuk sekian kalinya ia mengatakannya.

"Hampir 100 kali lu ngomong gitu,dan gue selalu jawab, ngertiin posisi gue,gue bukan anggota Galactus" Kesal Jordan. Zidan menghembuskan nafas panjang disertai kekesalan.

"Kenapa juga lu kagak nyoba ngomong sama adek lu?" Usul Jordan.

"Lu tadi ngomong kan,kalau adek gue kagak tau masalah ini"

"Iye bener,lu kasih tau sekalian"

"Gue gak mau nyalain kompor dirumah gue" Ketus Zidan.

"Emang lu bisa masak?" Tanya Jordan kebingungan.

"Tolol!" Desis Zidan.

"Gini gini gue punya ide" Ujar Jordan,Zidan menyimak apa yang akan diucapkan sahabat tololnya itu.

"Gimana kalau kita bagi 2"

"Apanya yang dibagi 2 njing" Zidan mulai emosi.

"Kita,semisal lu Wolves gue Galactus,ataupun sebaliknya. Gimana?"

"Lu udah gede,bahkan udah kuliah,tapi kenapa otaklu lemot. Tumbenan lho njing. Dahlah lu gausah ngasih saran" Zidan Berbicara dengan emosi.

"Yaudah maap" Ujar Jordan pelan.

"Yang keras!" Ucap Zidan.

"Sudi!" Kesal Jordan.

🌼🌼

Jangan lupa Vote ya man-teman🌻

23'8'2020

ARKA & VAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang