26. Sasaeng

3.3K 412 6
                                    

Rara melangkah keluar dari Dorm. Dengan langkah santai,Rara berjalan pelan menuju halte Bus. Saat berjalan,Ia merasakan ponselnya bergetar di dalam sakunya. Ternyata itu telpon dari Junyoung. Segera Rara mengangkat telpon itu.

"Yeobseyo " Rara mengangkat panggilan tersebut.

"Eoh,Rara-ya. Eodiya?" Bukan suara Junyoung yang Rara dengar melainkan suara Soojin.

"Soojin-ah. Aku baru keluar dari Dorm. Aku sedang berjalan menuju halte Bus." Rara menjawab pertanyaan yang di lontarkan Soojin disebrang sana.

"Palliwa! Ya,kalau begitu biar aku suruh Junyoung untuk menjemputmu ya."

"Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Tunggu sebentar saja."

"Ani,kau tunggu saja di halte. Junyoung akan menjemputmu. Arajji?"

"Tapi,Soojin-ah. Ya! Soojin-ah.."

Telpon dimatikan secara sepihak begitu saja oleh Soojin. Belum sempat Rara menjawab gadis itu sudah membuat keputusan sendiri. Huh,ya sudahlah. Rara kembali memasukan ponselnya kedalam saku.

Saat Rara hendak kembali melangkah,ia merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Rarapun berbalik mencoba untuk memastikan.

Sekilas tidak ada siapapun di belakangnya,tapi sudut matanya melihat ada seorang gadis bertopi hitam sedang bersembunyi di balik pohon besar di pinggir jalan ini.

Rara mencoba untuk berpura-pura tidak melihat itu. Iapun kembali melangkah dengan tempo yang sedikit di percepat.

Semakin cepat Rara berjalan,ia semakin merasakan seperti sedang di ikuti oleh seseorang di belakangnya.

Rara terus mempercepat langkahnya namun saat ia hendak berlari,tiba-tiba saja ada tangan besar yang membekap mulut dan hidungnya kemudian menyeretnya kesebuah gang kecil di pinggir jalan itu.

Disana ternyata sudah ada beberapa orang perempuan yang sedang menunggu. Laki-laki yang baru saja menyeretnya kesini di beri sebuah amplop berwarna coklat yang terlihat cukup tebal kemudian pergi begitu saja.

Rara mengatur nafasnya sejenak karena ia hampir kehabisan nafas akibat bekapan tangan pria tadi.

"Ya! Kalian ini siapa? Kenapa kalian menyeretku kesini?" Bentak Rara tak segan-segan karena ke 4 perempuan yang ada di hadapannya itu masih terlihat seperti anak berusia belasan tahun.

"Eonnie tidak perlu takut. Kami hanya ingin menanyakan beberapa hal saja pada eonnie." Ucap gadis berambut sebahu dengan setelan baju yang sangat ketat melekat di tubuhnya.

"Apa yang ingin kalian tanyakan?!" Rara berbicara dengan intonasi yang sama dengan sebelumnya.

"Boleh aku minta nomor telpon Haechan? Aku yakin Eonnie pasti punya kan." Kini perempuan bertopi yang mengintainya tadi yang bertanya.

"Aku tidak punya. Kalaupun aku memilikinya aku tidak akan memberikannya pada kalian!"

"Bahkan jika nyawa taruhannya?" Gadis berambut coklat panjang yang kini bersuara sambil mengeluarkan sebilah pisau lipat dari dalam saku Roknya.

Rara tentu saja terkejut melihat itu. Keterkejutannya semakin bertambah saat 2 orang perempuan meraih kedua tangannya dari belakang dan memegangnya sekuat tenaga hingga Rara tidak bisa bergerak sedikitpun.

Perempuan berambut sebahu itu mulai menggerayangi tubuh Rara mencari sesuatu. Saat ia menemukan ponsel Rara,iapun mengambilnya dan langsung membukanya.

Rara tidak mengerti kenapa gadis itu bisa membuka ponsel Rara dengan mudah padahal ia yakin sudah mengunci ponselnya itu dengan kata sandi yang tingkat keamanannya lebih tinggi daripada menggunakan pola.

"Cih,benar-benar sampah tidak berguna." Serunya setelah memeriksa isi ponsel Rara lalu melemparkannya ke tanah begitu saja.

"Kalau begini apa boleh buat. Kita terpaska harus membuat eonnie buka mulut." Gadis yang memegang pisau itu mendekat kearah Rara.

Tubuh Rara mulai mengejang ketakutan. Ia tidak mengira jika hidupnya akan berakhir ditangan para sasaeng tidak beradab seperti mereka ini.

Gadis itu mengarahkan ujung pisaunya ke pipi Rara. Rara memejamkan matanya tidak ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Eonnie cantik,boleh kah aku tahu kapan Taeyong akan pergi?" Tanya gadis itu berbisik di telinga Rara.

"A...aku tidak tahu. Sungguh aku tidak tahu." Rara kini berbicara dengan nada ketakutan membuat keempat gadis gila itu tertawa.

"Ahahaha,ya. Coba lihat,kasihan sekali eonnie kita ini. Apa eonnie takut,hmm?" Salah satu gadis yang memegang tangan Rara berusaha mengejek rasa ketakutan yang Rara tunjukan.

"Ah,baiklah karena eonnie sudah menghiburku,aku tidak akan menggores wajah cantik eonnie yang mulus ini."

Rara sedikit lega saat benda tajam itu menjauh dari wajahnya namun seketika rasa perih ia rasakan di telapak tangan kirinya yang berada dibelakang tubuhnya.

"Itu sebagai ganti karena eonnie tidak menjawab pertanyaanku."

Rara bisa merasakan darah yang mengalir dari sayatan di tangannya itu. Rara tak kuasa menahan rasa sakit dari goresan yang cukup dalam di tangannya.

"Akhh,sebenarnya apa yang kalian inginkan?! Aku tidak tahu apa-apa tentang mereka!"

"Oh wow. Eonnie kita sudah kembali ternyata." Gadis beramput pendek itu terlihat senang saat melihat Rara kembali bersikap seperti sebelumnya.

"Jika kau tidak mau tubuhmu terluka lebih parah lagi,cepat jawab pertanyaan kami!" Gadis berambut panjang itu tak lagi menggunakan bahasa formal pada Rara.

"Cepat beri tahu aku kapan dan kemana mereka akan pergi sore ini atau aku akan membuatmu kehilangan jari-jari tanganmu itu."

Sugguh ancaman yang mengerikan. Rara tidak mengira mereka akan benar-benar melukainya seperti ini tapi ternyata ia salah jika menduga keempat sasaeng itu meliliki belas kasihan untuknya.

"Ya! Menjauh dari temanku!"









Nah lho siapa tuh yang dateng:v
Maafin ya konfliknya gk gede-gede banget. Soalnya ini tuh cuman cerita halu doang dan aku gk suka bikin konflik yang terlalu serius kaya cerita orang lain.

Mending bikin momen yang uwuu ajh ya kan:v

☆ + 💭💭💭=💚💚💚💚💚
Voment juseyo!😊
Komen banyak banyak ya:3

Work For My Idol || NCT ot21 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang